💔Empat belas.

7.9K 475 10
                                    

Selamat membaca...
       .
       .
       .

Buatlah pasangan mu bahagia dengan cara mu yang berbeda.

________

Shauqi masih berusaha membuka pintu kamarnya yang sudah di kunci dari dalam oleh istrinya. Ia mengedor-ngedor dengan pelan. Takut Umi atau Abahnya mendengar dan terbangun dari tidur mereka.

"Nis...Ayolah buka pintunya. Aku minta maaf, sungguh!" Bujuk Shauqi merengek sambil mengedor daun pintu kamarnya dengan pelan.

Sedangkan, Anisa tetap acuh di dalam menulikan pendengaran-Nya. Tanpa, mengubris rengek-an dan bujuk rayu suaminya di luar kamar.

"Salah mu sendiri. Kenapa begitu menyebalkan. Setelah membuatku sakit hati, kini kamu malah merengek minta maaf segampang itu, Kak."

Gumam Anisa meringkuk di balik selimutnya. Air matanya kembali jatuh membasahi pipi dan bantalnya. Anisa merasa sangat kesal dan sakit hati dengan ucapan suaminya. Apalagi saat dengan gamblang mengatakan tentang perasaan-Nya pada Ashira. Itu sangat membuat hati Anisa sakit. Di tambah sifat menjengkelkan Shauqi barusan, yang menggodanya di waktu yang tidak tepat.

"Anisa...aku minta maaf. Sungguh, maafkan aku. Aku salah." Kata Shauqi masih setia berdiri di depan pintu kamarnya.

Pemuda itu merutuki dirinya sendiri yang terlalu bodoh dan tidak menjaga serta tidak menghargai perasaan istrinya.

"Aku bodoh. Iya aku bodoh. Sudah membuat mu menangis. Dan malah memikirkan wanita lain, yang sudah jelas menjadi istri orang."

"Aku minta maaf Anisa. Kamu boleh merajuk semau mu. Aku akan tidur di ruang tengah."

Sambung Shauqi seraya melangkah, beranjak menuju ruang tengah. Untuk tidur dan beristirahat disana.

Tapi, saat ia sudah beranjak dari depan kamarnya beberapa langkah. Tiba-tiba...

Cklek!

"Mau kemana? Sebegitu tak berartinyakah aku hingga kamu ingin pisah ranjang denganku?"

ucap Anisa saat gadis itu sudah membuka pintu kamarnya dan berdiri di bibir pintu. Seketika, Shauqi langsung membalikkan badan menatap istrinya yang sudah berdiri dan mematung di ambang pintu kamarnya.

Karena bagaimana pun ia tetap merasa tidak tega pada suaminya jika harus tidur di luar. Apa yang akan di katakan Umi dan Abah mertuanya nanti, saat mendapati putra mereka tidur di luar. Padahal mereka masih pengantin baru. Itulah yang di pikirkan Anisa.

Shauqi langsung merengkuh dan mendekap tubuh istrinya dengan hangat. Namun, Anisa tetap tak bergeming pun juga tidak membalas pelukan suaminya.

"Maaf, Nis. Aku salah, tidak seharusnya aku mengatakan hal menyakitkan tadi di depan mu," ucap Shauqi mengelus lembut punggung Anisa, seraya menenggelam kepala Anisa di dadanya.

"Aku tidak punya hak, mengatur mu atau meminta mu untuk melupakan Ashira, Kak. Aku juga tidak punya hak untuk memaksa mu mencintai dan menerima kahadiranku. Apalah, aku yang hanya sebagai amanah dalam hidup mu."

Balas Anisa bersama linangan air matanya yang sudah merembes membasahi baju suaminya.

"Jangan bicara seperti itu. Kamu punya hak sepenuhnya atas diriku. Kamu berhak mendapatkan perhatian, cinta, kasih sayang juga rasa hormat dariku, Nis. Kamu istriku, amanah yang harus aku tanggung. Maaf, karena aku sudah bersikap bodoh, seakan tidak pernah belajar dan paham agama. Maaf..sungguh, aku minta maaf."

Shauqi melerai pelukan-Nya, menangkup wajah Anisa dengan kedua tangan-Nya. Ia terus membujuk istrinya agar mau memaafkan ucapan-Nya juga sikap acuhnya selama ini. Yang tidak bisa sehangat pasangan lain.

Dzikir cinta Ashira💔 {Romansa Islami}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang