💔Empat puluh satu

6.4K 359 22
                                    

Selamat membaca . . .
.
.
.

Kau harus tau, bahwa takdir itu begitu suka bercanda dengan nasib manusia. Mungkin hari ini kau bisa tertawa bahagia, Namun esok bisa jadi kau menangis terluka.
_________

Perlahan Ashira membuka netranya, mengedarkan pandangan pada seluruh penjuru arah di ruangan yang bernuansa putih tersebut. Bau obat-obatan terasa begitu menyeruak di penciumannya mencipta bau asing yang tak biasa Ashira rasakan. Rasa pusing dan lemas masih Ashira rasakan. Meskipun kini ia sudah mulai tersadar dari pingsannnya satu jam yang lalu.

Ashira memegang kepalanya yang berdenyut nyeri. Ia belum sepenuhnya sadar dengan apa yang baru saja terjadi beberapa waktu lalu. Saat ia tak sadarkan diri di lantai kamarnya. Tatkala ia menemukan secarik surat hasil diagnosa suaminya. Yang membuat Ashira syok seketika. Hingga kandungannya kontraksi dan sempat mengalami sedikit pendarahan.

"Eugh."

Pelan wanita itu meleguh. Memegang kepalanya dengan satu tangan yang tidak di pasangi selang infus. Bau obat-obatan benar-benar menyeruak di indra penciumannya. Membuat Ashira mual beberapa kali.

"Nduk."

Ucap wanita paruh baya yang duduk di samping Ashira. Yang tak lain adalah umminya. Sejak tadi wanita itu selalu saja mengalirkan air mata, saat mendapati putrinya terbaring lemas di hadapannya di ranjang rumah sakit. Di tambah dengan kenyataan pahit yang ada, yang kini dialami oleh menantunya. Membuat ummi Ashira benar-benar terpukul dengan takdir yang harus di jalani putrinya.

Setelah mendapati Ashira sadar. Dengan cepat ummi Ashira memanggil dokter untuk mengecek keadaan putrinya. Karena takut masih terjadi apa-apa pada Ashira juga kandungannya.

"Bagaimana, Dok?" tanya ummi Ashira saat dokter sudah mengecek keadaan dan tekanan darah Ashira. Gadis itu hanya terbaring lemas. Masih tidak mengerti dengan segala apa yang terjadi beberapa jam lalu.

"Alhamdulillah. Semuanya baik-baik saja, Bu. Tidak ada masalah yang serius pada kesehatan nona Ashira. Juga pada calon bayinya."

"Pendarahan yang tadi sempat dialami oleh nona Ashira, semua itu hanyalah kontraksi kecil. Akibat rasa shok yang tadi sempat dialami nona Ashira."

Sambung dokter tersebut tersenyum ramah. Membuat ummi Ashira menarik nafas panjang. Seraya bergumam "Alhamdulillah." Sedangkan, Ashira hanya memandang umminya dengan tatapan bingung. Seakan ingin bertanya ada apa. Namun ia tahan rasa penasaraan itu hingga dokter tersebut akan berlalu dari ruangannya nanti.

"Yasudah kalau begitu saya permisi dulu."

"Iya, Dok. Terima kasih."

"Sama-sama, Bu."

Jawab dokter tersebut. Lalu beranjak dari ruangan Ashira. Menyisakan rasa lega di hati ummi Ashira. Meskipun jauh di lubuk hati ia tetap merasa khawatir dengan keadaan putrinya sekarang. Di tambah lagi saat nanti Ashira harus mengetahui keadaan suaminya. Semua itu benar-benar membuat ummi Ashira bingung, dengan segala perasaan yang berkecamuk tak karuan.

"Ummik." Lirih Ashira memandang ummi di sampingnya. Yang tersenyum bersama derai air mata. Wanita paruh baya itu hanya mengangguk dan tersenyum. Seraya menggengam tangan Ashira dengan hangat.

"Ummik disini, Nduk. Kamu istirahat ya."

Ummi Ashira mencium tangan putrinya yang ia genggam dengan hangat. Berusaha untuk menyalurkan kekuatan pada putri semata wayangnya tersebut. Agar gadis itu selalu bisa kuat dan tabah saat nanti harus mengetahui kenyataan yang ada.

"Shi-ra kenapa, Mik? Kenapa Ummik sampai ada disini? Apa yang terjadi?"

Tanya Ashira lirih. Berusaha untuk mengingat kejadian sebelumnya, sesaat sebelum ia jatuh pingsan. Disaat ia belum menyadari dengan apa yang terjadi pada dirinya beberapa waktu lalu.

Dzikir cinta Ashira💔 {Romansa Islami}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang