💔Tiga belas.

7.7K 451 11
                                    

Selamat membaca...
        .
        .
        .

Air mata seringkali menjadi bahasa luka. Meski tak semua air mata menunjukkan luka lara.

________

Merenungi nasib yang kadang tidak sejalan dan tak sesuai dengan harapan, adalah hal bodoh yang tidak ada gunanya.

Anisa terpekur, duduk di tepian ranjangnya mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna pink, yang berpita warna abu-abu hadiah dari Ashira. Di hari  resepsi pernikahannya dua hari yang lalu.

Anisa mengamati kotak kecil itu lamat-lamat. Seraya tersenyum sekilas. Menimangnya.

"Aku jadi penasaran, apa isi kotak ini? Apa yang Ashira hadiahkan untukku?"

Gumam Anisa seraya menatap kotak mungil itu di tangannya. Ia teringat bagaimana Ashira yang langsung di bawa pergi oleh suaminya, saat mereka sudah mengucapkan selamat saat itu.

"Aku tahu, hari itu air mata mu berderai menyaksikan aku dan orang yang kau kasihi bersanding, Shira."

Anisa menarik nafas berat seraya menghembuskannya dengan gusar. Mengingat bagaimana wajah Ashira yang sangat mengguratkan kesedihan hari itu. Hingga Afiad menariknya menjauh dari altar pelaminan dan membawa istrinya pulang.

"Tapi, maaf Ashira. Aku tidak bisa berbuat apa-apa hari itu. Aku sedih melihat mu sedih saat itu. Tapi, maaf. Tidak bisa aku pungkiri kalau aku juga merasa bahagia saat itu, bisa bersanding dengan laki-laki yang juga sangat aku cintai."

"Bukankah cinta itu kadang egois? Maka izinkan aku untuk egois dalam mencintai. Aku yakin, kamu bisa bahagia dengan Kak Afiad. Kamu wanita yang hebat, selalu ikhlas akan segalanya. Dan aku harap kamu juga mengikhlaskan aku untuk memiliki Kak Shauqi sepenuhnya, Shira."

Sambug Anisa yang terus bergumam. Setetes air mata Anisa jatuh. Mengingat separuh perasaan-Nya yang pernah egois, merasa bahagia di atas air mata Ashira. Tapi, mau bagaimana lagi. Semua sudah terjadi, dan hari itu Anisa maupun sipapun tidak bisa berbuat apa-apa.

Anisa menyeka air matanya yang sempat menetes sekilas. Lalu membuka tutup kotak mungil berwarna pink yang di pegangnya.

Anisa menatap lamat isi dari kotak tersebut. Saat ia mendapati sebuah tasbih yang sangat indah terhias di dalamnya sebagai isi.

Anisa mengeluarkan tasbih tersebut dari wadahnya, seraya menimamg-nimangnya dengan tersenyum kecil.

"Tasbih yang indah, Shira." Gumamnya lirih tersenyum menimang tasbih di tangannya, yang terlihat sangat mengkilat.

Anisa memeperhatiakannya dengan sangat inci dan lamat. Hingga ia mendapati sebuah nama yang bertuliskan dengan indah di ujung tasbih tersebut.

Anisa memperhatikannya, menilik dengan lamat segurat nama yang tertulis kecil di ujung tasbih tersebut.

"Sha-u-qi?" Lirih Anisa mengeja tulisan kecil yang terukir di ujung tasbih yang di pegangnya.

Sebuah nama yang di tulis dengan tulisan arab kecil tanpa harokat. Tapi, jelas Anisa bisa membacanya dengan benar. Karena tulisan arab kecil itu memang tidak salah,  tulisan itu memang nama Shauqi yang di tulis dalam aksara arab.

Anisa bergeming, menatap lama tasbih di tangannya. Tak terasa setetes air matanya kembali jatuh membasahi pipinya. Anisa menangis saat menyadari dan menyimpulkan tasbih tersebut adalah milik Shauqi. Yang sengaja Ashira hadiahkan untuk-Nya.

"Apa maksud mu memberikan tasbih ini untukku, Ra. Apa kamu ingin menunjukkan kalau Kak Shauqi begitu mencintaimu? Hingga tasbihnya saja bisa kamu miliki?"

Dzikir cinta Ashira💔 {Romansa Islami}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang