💔Tiga puluh lima

6.5K 345 3
                                    

Selamat membaca. . .
.
.
.

________

Pagi itu Ashira berkutat dengan tumpukan baju kotor yang sedang di cucinya. Setelah ia sarapan pagi dengan keluarganya tadi. Sedangkan, Afiad berada di ruang tengah bersama abahnya. Berbincang-bincang seperti biasa, di temani dengan dua gelas wedang jahe dan kopi hitam di hadapannya. Sebelum nanti lekaki itu berangkat ke toko bajunya, sekitar jam sembilan pagi.

Ashira mencuci menggunakan tangan. Mengucek satu persatu pakaian kotornya dan suami, ada juga beberapa pakaian milik ummi dan abah mertuanya yang juga di cucikan oleh Ashira. Wanita itu mencuci baju di kamar mandi samping dapurnya di bawah. Ia tidak mau menggunakan mesin cuci yang berada di depan kamar mandi. Karena dia memang tidak biasa menggunakan alat itu untuk mencuci. Apalagi bagi Ashira, mencuci dengan mesin cuci itu kurang bersih menurutnya.

Dia sudah terbiasa mencuci dengan tangan. Kebiasaannya sejak mondok dulu. Dimana ia di latih untuk bisa hidup mandiri, jauh dari abah dan umminya. Hingga membuat ia bisa menjalankan dan mengerjakan pekerjaan rumah tangganya dengan baik.

Itulah salah satu manfaat mondok bagi para santriwati. Selain, belajar dan menuntut ilmu agama. Mereka juga bisa belajar pekerjaan dapur, dan juga pekerjaan-pekerjaan yang lainnya. Dimana pekerjaan tersebut memang akan di emban wanita nantinya, saat mereka sudah berkeluarga. Menjadi santri itu banyak manfaat dan keistimewaan lainnya. Mereka itu bukan anak-anak manja seperti kebanyakan pada umumnya. Setiap santri di tuntut untuk mandiri dalam menjalankan hidup mereka selama ini.

Di tuntut untuk bisa menjadi pribadi yang kuat, dalam menghadapi setiap problematika hidup. Jauh dari sanak keluarga. Menahan beratnya rindu pada abah dan ummi mereka. Karena itulah, jika kalian ingin merasakan bagaimana rindu yang sesungguhnya. Maka mondoklah. Dengan begitu, kalian akan tau apa dan bagaimana rindu yang sesungguhnya.

Di pondok para santri akan di ajarkan untuk menjadi manusia yang di siplin dalam segala bidang hal. Terutama untuk waktu sholat. Mereka tidak boleh sedikitpun terlambat mengikuti sholat berjamaah, jika tidak ingin di kenakan takzir. Sholat selalu di kerjakan di awal waktu dengan rutin. Di tambah juga dengan sholat-sholat sunnah yang lainnya. Seperti sholat malam dan sholat dhuha, sebelum mereka masuk kelas. Mereka di tuntut untuk menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda.

Memuliakan guru mereka, bukan malah menantang gurunya, seperti kebanyakan anak didik dan pelajar masa kini. Di mana kerap kali, mereka menantang dan mengibarkan bendera permusuhan pada gurunya sendiri. Sungguh sangat miris rasanya, saat mendengar berita, ada anak didik yang melawan dan menantang gurunya.

Bagi santri, jangankan menantang dan melawan guru mereka. Memandang atau menatapnya saja mereka tak kan berani. Kepala mereka selalu tertunduk takdzim, di hadapan para guru mereka. Bahu dan kepala mereka selalu tertunduk saat berjalan di hadapan yang lebih tua. Karena bagi mereka, akhlak lebih utama dari pada ilmu.

Ashira mencuci satu persatu pakaian kotor yang sudah di rendamnya sejak shubuh tadi. Setelah ia menunaikan sholat dan selesai membaca surah waqiah bersama suami. Sebelum akhirnya wanita itu turun ke dapur untuk menyiapkan sarapan seperti biasanya.

Satu persatu pakaian kotor yang di rendamnya sudah di cuci oleh Ashira. Hanya tinggal beberapa baju putih milik suaminya, yang ia rendam dengan terpisah dari baju berwarna yang lainnya. Begitu juga dengan beberapa sarung Afiad, wanita itu juga merendamnya dengan cara terpisah. Tanpa mencampurnya dengan baju yang lain.

Ashira mengucek salah satu baju putih milik suaminya. Berusaha menghilangkan noda yang menempel pada baju tersebut. Seperti noda darah yang sudah mengering, namun kini telah berubah menjadi warna sedikit kehijauan karena sudah di rendam dengan sabun cuci.

Dzikir cinta Ashira💔 {Romansa Islami}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang