💔Sepuluh

8.9K 512 12
                                    

Selamat membaca...
        .
        .
        .

Akan ada pelangi yang membias. Setelah redanya rintik hujan.

________

Tidak ada manusia yang betah berlama-lama dengan luka. Tidak ada manusia yang ingin terus terkekang dengan kisah masa lalunya yang membawa lara.

Tapi, terkadang untuk membuangnya dari ingatan, dan menguburnya dalam-dalam bukanlah hal yang mudah yang dapat kita lakukan. Karena terkadang ada hal-hal di masa lalu yang memang begitu sulit untuk di lupakan apalagi di buang.

Maka, ketika takdir seperti itu datang menyapa. Kita harus bisa mengambil keputusan yang dewasa untuk menghadapinya. Jika memang kenangan masa lalu tidak bisa di buang atau di lupakan. Maka ikhlaskan saja apa yang sudah terjadi dan teruslah menatap serta melangkah ke masa depan.

Jangan terpaku di tempat silam, dimana kenangan pahit menghambat kebahagian untuk datang. Melangkahlah, tinggalkan yang menaykitkan. Cobalah lukis cerita dan kisah baru. Yang mampu menggantikan segala kenagan di masa lalu.

Karena bagaimana pun, hidup harus tetap berlanjut. Kita tidak bisa terus terpaku di putaran waktu yang terus melaju. Jika hari kemaren kamu terluka, bukan berarti hari ini kamu juga akan terluka.

Semua keputusan ada di tangan mu. Untuk menjalani hidup dengan cara yang bagaimana? Kamu ingin bahagia atau terluka?  Pilihan ada di tangan mu.

Kamu yang memutuskan akan bagaimana kamu menghadapi hari esok. Masihkah, ingin betah dan berlama-lama dengan duka? Atau ingin melangkah mencari bahagia di putaran waktu dan takdir yang berbeda?

Persoalan tentang rasa itu memang sulit. Di mana hati berperan penting di dalamnya. Yang menjadi tempat berlabuhnya kedua rasa yang di timbulkan cinta. Yaitu, bahagia dan kecewa. Karena cinta terkadang hati dan logika tidak lagi seirama.

"Kenapa melamun?" tanya Afiad menatap lamat wajah sendu istrinya yang masih terbalut mukena.

Membuat wajah Ashira tampak cantik, indah bercahaya. Gadis itu hanya menggeleng pelan seraya melempar senyum pada suaminya yang sedang beradu tatap di hadapannya. Masih lengkap dengan peci yang ia gunakan, ia bersila di atas hamparan sajadahnya di depan Ashira.

Ashira dan Afiad baru saja selesai menunaikan sholat setelah mereka melalui malam di dalam satu kamar. Meskipun tidur di tempat yang berbeda.

Semalam Ashira di ranjangnya dan Afiad menggelar kasur tipis di lantai. Ashira sudah melarangnya dan meminta Afiad untuk tidur di sampingnya saja. Tapi, laki-laki itu menolak dengan halus usulan istrinya. Karena ia mengerti akan keadaan Ashira.

Afiad mengerti jika Ashira tidak sepenuhnya siap untuk tidur seranjang dengannya. Ia melakukan itu hanya untuk menghormati dan menghargainya sebagai suami. Dan hebatnya Afiad memahami akan hal itu. Hingga ia memilih tidur di lantai dengan menggelar kasur tipis.

Dan sekarang, mereka baru saja selesai menunaikan sholat malam bersama. Sebagai tambahan amal ibadah dalam catatan amal mereka di sisi tuhan. Sholat sunnah malam yang sudah mereka wajibkan atas diri mereka masing-masing, karena sudah menjadi kebiasaan mereka sejak mondok di pesantren.

"Tidak apa-apa." Balas Ashira tersenyum singkat. Ia menunduk karena tidak berani menatap lama netra hitam pekat di depannya.

Yang membuat dirinya canggung dan terkadang merasakan desiran aneh dalam aliran darahnya. Entah apa itu? Ashira pun tak tahu.

"Ungkapan tidak apa-apa mu mengandung makna yang berbeda dari lafadznya. Makna yang bertolak belakang dengan kenyataan yang ada dan terlihat oleh mata."

Dzikir cinta Ashira💔 {Romansa Islami}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang