💔Satu

14.6K 661 14
                                    

Selamat membaca...
         .
         .
         .

Aku ikhlaskan, segala rasa cintaku padamu, terbang terbawa angin dalam keridhoan Kiyai. AKu tukarkan rasaku padamu dengan barokah yang ku harap dari Kiyai. Aku ikhlas. Sungguh aku iklas. Melepas mu bersama sahabatku.

_________

Mereka berempat berjalan  gontai meninggalkan ndhalem setelah sungkem pada Kiyai Musthofa dan Bu Nyai Jamilah.

Membawa segala rasa sakit dan kekecawaan di dalam hati mereka masing-masing. Namun, mereka membalutnya dengan keikhlasan.

Mau bagaimana lagi? Ini dauh dan titah Kiyai. Tidak ada satupun, santri yang berani menolak keputusan sang Maha guru.

Rasa hormat dan takdzim mereka, jauh lebih besar dari pada rasa cinta yang mereka bangun selama bertahun-tahun. Ketakdziman mereka pada Kiyai, tidak bisa mengalahkan ego dan perasaan suci yang terpupuk lama dalam sanubari mereka.

Mereka tanggalkan semuanya, meskipun rasa sakit menjerat  hati sedemikan rupa. Memporak porandakan, dua hati anak manusia yang saling mencinta. Di bawah lantunan doa sebagai penguatnya.

Ashira  berjalan cepat mendahului mereka bertiga.
Air matanya seketika tumpah saat sudah meninggalkan Ndhalem. Dia menangis sejadi-jadinya. Menahan dan menekan sesak di dadanya.

"Ashira tunggu!" ucap Anisa yang juga sudah berderai air mata. Dia merasa sangat bersalah pada Ashira. Anisa sedikit berlari mengejar langkah Ashira yang semakin cepat meninggalkan Ndhalem.

Tapi, Ashira seakan tuli dengan panggilan sahabatnya. Dia tidak sanggup jika harus menatap wajah Shauqi dan Anisa sekarang. Itu terlalu menyakitkan bagi Ashira.

"Shira ... tunggu," lirih suara Shauqi yang memanggilnya kali ini. Dia menatap punggung sang gadis yang di cintainya, naik turun karena terisak.

Ashira berhenti sejenak, tanpa sedikitpun menoleh kebelakang. Afiad berlalu begitu saja tanpa bicara sepatah kata pun. Dia juga cukup terluka menerima kenyataan yang ada.

Menyakitkan? Mungkin iya. Tapi, itulah perasaan. Bukankah cinta itu memanglah rumit? Dan kadang suka mempermainkan keadaan?

Selama ini Afiad dan Ashira tidaklah dekat. Bahkan sangat tidak dekat. Afiad hanya tahu, kalau Ashira kekasih Shauqi, teman sekamarnya. Mereka berdua memang tidak pernah pacaran atau mengikat sebuah komitmen.

Tapi, mereka berdua tahu kalau mereka memiliki rasa yang sama. Karena itu, Shauqi berjanji akan segera menikahi Ashira setelah mereka selesai mengabdi. Agar cinta mereka bisa bersatu dalam ikatan suci pernikahan.

Namun, nyatanya semesta tidak merestui mereka untuk bersama. Cinta mereka harus kandas, di bawah dauh sang Kiyai.

"Ada apa?" Lirih Ashira bertanya tanpa sedikitpun menoleh pada Shauqi. Air mata terus saja menetes, hingga membasahi jilbab yang ie kenakan.

"Aku ingin bicara denganmu sebentar saja, Ra."

Pinta Shauqi menatap punggung gadis itu yang naik turun karena terisak. Membuat Shauqi begitu tidak tega melihatnya. Hatinya kini terasa begitu sakit. Hingga ia tak tau harus menggambarkannya seperti apa.

Ia memandang punggung Ashira dengan tatapan nanar. Berusaha menahan air mata yanh kini sudah menggumpal di kelopak netranya.

"Kita sudah tak punya alasan apapun untuk bicara, jadi untuk apa kamu masih ingin bicara padaku? Kalau pun ada yang harus kamu bicarakan, itu bukan denganku. Tapi dengan, Nisa."

Balas Ashira semakin terisak dengan kalimatnya sendiri. Air matanya pun semakin deras mengalir. Hatinya benar-benar terasa amat sakit.

"Shira, jangan bicara seperti itu!" Timpal Anisa yang sudah berdiri di samping Ashira. Dengan air mata yang juga sudah menetes membasahi pipinya.

Dzikir cinta Ashira💔 {Romansa Islami}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang