💔Tiga puluh empat.

7.3K 340 7
                                    

Selamat membaca. . .
.
.
.

_________

Jam menunjukkan pukul setengah tiga. Afiad baru saja keluar dari kamar mandinya setelah ia menghilangkan janabat di tubuhnya sejak semalam. Dimana ia menyempurnakan Ashira sebagai istrinya. Lelaki itu menggosok-gosokkan handuk pada rambutnya. Sedangkan, tubuhnya di balut dengan handuk yang lain sebatas pinggangnya.

Afiad menatap Ashira yang masih tertidur pulas di ranjang. Seraya terus menggosok rambut basahnya, untuk menghilangkan tetes-tetes air di setiap pucuk anak rambut lelaki itu.

Perlahan, Afiad menutup pintu kamar mandinya seraya melangkah kearah istrinya yang masih sangat pulas, di ranjangnya. Bergemelut dengan selimut tebal yang menutupi tubuh wanita itu. Afiad duduk di tepi ranjang, di samping istrinya. Menatap wajah Ashira dengan tatapan lekat penuh bahagia. Dimana seulas senyum selalu saja menghiasi bibir Afiad.

"Lelap sekali tidurnya. Capek ya," ucap Afiad tersenyum, mengingat apa yang baru saja ia lewati dengan istrinya semalam.

Afiad mengelap tetes keringat yang merembes di kening dan pelipis istrinya tersebut. Seraya terus saja tersenyum bahagia, memandangi wajah Ashira. Afiad beranjak dari duduknya, dan menyampirkan handuk yang di pegangnya, pada kursi rias Ashira. Lalu, ia pun kembali terduduk di samping istrinya seperti tadi.

"Ra... bangun, Ra."

Afiad mengguncang pelan lengan istrinya yang tertutup selimut. Berusaha membangun sang istri agar menunaikan sholat malam bersama dengannya.

"Ra, bangun sayang. Sudah jam setengah tiga."

Kembali Afiad menyentuh lengan istrinya yang di tutupi selimut. Membuat Ashira sedikit meleguh pelan, saat tangan Afiad mengguncang tubuhnya dengan pelan.

"Eugh...iya kenapa?" Gumam Ashira berusaha membuka netranya dengan sempurna. Seraya menggeliat pelan. Merenggangkan otot-ototnya agar tidak kaku.

"Bangun. Ayo sholat malam. Ini sudah jam setengah tiga. Kamu mandi gih sana. Setelah itu kita sholat malam."

Afiad kembali mengelap kening istrinya yang masih berkeringat. Sedangkan, Ashira hanya menatapnya dengan tatapan sayu sehabis bangun tidur. Wanita itu pun mengangguk dengan pelan, mendengar ucapan suaminya. Ada rasa malu tapi juga bahagia yang di rasakan Ashira. Saat semalam ia melewati malam penuh cinta dengan suaminya.

"Kenapa?" tanya Afiad saat melihat istrinya menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.

"Tidak papa."

Balas Ashira tersenyum, menetralisir perasaannya juga debar dan degup jantungnya yang tengah bergemuruh di hadapan suaminya. Hingga membuat Ashira takut, kalau Afiad akan mendengar degup jantungnya tersebut.

"Baiklah kalau begitu. Sekarang kamu mandi dulu sana."

Sambung Afiad yang di balas anggukan olah Ashira. Seraya mengulas senyum kaku di hadapan suaminya. Saat mengingat kejadian diantara mereka semalam.

Ashira berusaha bangun dari pembaringannya, untuk menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang. Sekilas ia memandang suaminya dengan tatapan malu. Lalu, ia pun hanya menunduk menatap seprainya, menahan segala debar dan degup jantungnya yang sedang bergejolak tak karuan di dadanya. Saat ia berdekatan dengan suaminya sekarang, di sebabkan apa yang sudah mereka lewati semalam. Keadaan diantara keduanya pun hening untuk sesaat, lalu Afiad pun membuka suara saat melihat istrinya hanya tersenyum singkat padanya, tanpa berani mengangkat wajah. Membuat Afiad tau kalau istrinya sedang menahan malu.

Dzikir cinta Ashira💔 {Romansa Islami}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang