💔Tiga puluh satu.

7.9K 420 11
                                    

Selamat membaca. . .
.
.
.

___________

"Gunakanlah!"

Shauqi memberikan bingkisan plastik putih pada istrinya yang sedang terduduk di sisi ranjang. Anisa memandang suaminya dengan tatapan bingung tak mengerti. Tanpa mengambil uluran bingkisan yang di sodorkan Shauqi di hadapannya.

"Kakak dari mana?" tanya Anisa memandang suaminya, karena Shauqi yang pergi tanpa pamit padanya tadi, saat Anisa sedang berada di kamar mandi. Anisa mengambil bingkisan yang di ulurkan Shauqi di hadapannya.

"Apotik," jawab Shauqi singkat. Melepas jaket hitam yang di kenakannya. Lalu, ia menyampirkan di kursi meja rias istrinya.

"Untuk apa ke apotik? Kamu membeli obat untuk siapa? Untukku? Aku kan sudah bilang kalau aku itu tidak sedang saki--"

"Lihat dulu isi plastiknya. Baru setelah itu bicara. Belum di lihat isi plastiknya sudah bicara panjang lebar seperti itu."

Balas Shauqi memotong kalimat istrinya seraya mengusap gemas rambut Anisa yang tak tertutup jilbab. Setelah itu Shauqi beranjak ke kamar mandinya untuk buang air kecil. Sedangkan, Anisa hanya terpaku di tepi ranjangnya, menatap langkah suaminya yang masuk kedalam kamar mandi.

Anisa menarik nafas panjang, merasa bingung dengan apa yang di lalukan suaminya tersebut. Lalu, ia pun membuka bingkisan yang di berikan suaminya, seraya terus saja mengomel.

"Pagi-pagi sudah dari apotik. Ngapain ke apotik pagi-pagi seper--"

"Tespack?" Celetuk Anisa saat wanita itu membuka bingkisan yang di berikan suaminya tadi.

Ia memandang ke arah pintu kamar mandi, menunggu suaminya untuk keluar dari sana. Untuk meminta penjelasan dengan apa yang baru saja suaminya itu berikan.

"Kenapa harus beli tespack sebanyak ini?" Gerutu Anisa merasa kesal dengan suaminya. Saat ia mendapatkan ada lima buah tespack dalam kresek yang di pegangnya. Dengan ukuran yang berbeda-beda. Ada yang kecil juga ada yang besar.

Tak lama kemudian Shauqi keluar dari kamar mandinya dan menatap istrinya di tepi ranjang yang sudah menatapnya tajam.

"Tunggu apalagi, sudah sana tes dulu!" Pinta Shauqi tanpa merasa bersalah dan bersikap biasa-biasa saja dengan tatapan yang di berikan istrinya.

"Kakak ini gila atau bagaimana? Kenapa membeli tespack bermacam-macam seperti ini?"

Ketus Anisa pada suaminya yang hanya di balas dengan sikap biasa saja oleh Shauqi. Lelaki itu duduk di samping istrinya memandang Anisa dengan lamat.

"Ini masih pagi, Nis. Tidak usah marah-marah seperti itu. Aku hanya ingin memastikan sesuatu dari mu. Apa kamu sedang hamil atau tidak."

Jelas Shauqi dengan lembut menggenggam tangan istrinya dengan hangat.

"Ha-mil? Siapa? A-ku?"

tanya Anisa menunjuk dirinya sendiri dan di balas anggukan oleh Shauqi seraya tersenyum hangat dan terus menggengam tangan istrinya.

"Iya. Memangnya siapa lagi? Masa aku yang hamil." Balas Shauqi terkekeh yang di balas cubitan pelan oleh Anisa di perutnya.

"Tapi--"

"Tidak ada tapi-tapian. Bukankah dua minggu terakhir ini kamu suka mual-mual?" tanya Shauqi lembut yang di balas anggukan oleh istrinya.

"Cepat cape juga kan?"

"Heum."

"Suka kepengen sesuatu secara tiba-tiba meski kadang terasa tidak wajar juga kan?"

"Iya."

Dzikir cinta Ashira💔 {Romansa Islami}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang