💔Tiga puluh delapan

6.4K 338 10
                                    

Selamat membaca . . .
.
.
.

Akulah rumpang yang kamu rampungkan.
__________

Sore itu angin berhembus sepoi-sepoi. Ashira memeluk suaminya dengan erat. Saat mereka tengah berkendara bersama diatas motor vespa milik abah Ashira. Yang tadi di pinjam oleh Afiad untuk membawa Ashira jalan-jalan. Menikmati semilir angin yang berhembus, menerbangkan ujung jilbab merah muda yang tengah di gunakan Ashira.

Sudah seminggu Ashira berada di rumah orang tuanya. Afiadpun juga seminggu ini menemani istrinya disana. Bahkan, seminggu ini dia pergi ketoko bajunya dengan menggunakan motor vespa milik abahnya tersebut. Afiadpun juga sudah mengabari abah dan umminya bahwa ia akan menginap di rumah mertuanya sekitar seminggu sampai sepuluh hari mendatang.

Bukan karena Ashira yang meminta, tapi itu memang sudah inisiatif Afiad sendiri untuk tinggal di rumah mertuanya beberapa hari. Agar Ashira bisa melepas rindu pada ummi dan abahnya dengan puas. Karena ia merasa begitu tidak tega pada Ashira, saat ia melihat dan mendengar pembicaraan istrinya dan mertuanya seminggu yang lalu di ruang tengah. Hingga membuatnya juga meneteskan air mata.

"Mau kemana sih, Kak?" tanya Ashira yang duduk di boncengan suaminya. Seraya melingkarkan tangan di perut Afiad.

"Ketaman, Sayang," jawab Afiad sedikit memekik. Agar suaranya dapat di dengar jelas oleh Ashira. Dan tidak ketutupan desir angin yang berhembus.

"Oh baiklah." Balas Ashira tersenyum senang. Lalu menyandarkan kepalanya pada punggung Afiad. Menikmati semilir angin sore yang sedang berhembus. Afiad melirik istrinya yang sedang tersenyum dari kaca spion. Membuat ia juga menyunggingkan senyum bahagia.

'Teruslah bahagia seperti ini, Ashira.'

Gumam Afiad membatin dalam hati. Seraya mengelus lembut tangan istrinya yang sedang melingkar di perutnya. Membuat Ashira hanya mampu terus tersenyum bahagia.

Tak lama kemudian. Mereka pun sampai di sebuah taman. Yang pengunjungnya cukup ramai. Banyak muda-mudi yang juga mebghabiskan waktu di taman tersebut. Entah mereka sudah halal atau belum. Ada juga anak-anak yang sedang bermain bersama saudaranya, yang juga tak luput dari pengawasan orang tuanya.

Ashira dan Afiad duduk di sebuah kursi panjang di dekat kolam air mancur. Menikmati suasan sore hari, seraya menikmati pemandangan yang ada di sekitar mereka. Sesekali Ashira tersenyum, melihat kedua anak kembar perempuan yang tengah di pangku oleh ayah dan ibu mereka. Menggelar karpet di hamparan rumput di tamana tersebut.

"Indah ya, Kak. Betapa bahagianya mereka," ucap Ashira memandang kearah kedua anak kembar tersebut. Seraya tersenyum sambil mengelus lembut perutnya yang masih rata.

"Semoga itu menjadi cerminan dari kehidupan kita dimasa depan. Bersama buah hati kita nanti."

Balas Afiad tersenyum. Merangkul bahu Ashira. Lalu, mengelus lembut perut istrinya. Meskipun, tetap saja ada rasa sesak yang berusaha ia sembunyikan dari istrinya.

"Aamiin, ya Allah." Sambung Ashira menumpukan tangan di atas tangan suaminya, yang tengah mengelus perutnya dengan lembut. Mereka begitu bahagia sore itu, menikmati waktu bersama. Dengan segala rasa bahagia.

"Ra." Panggil Afiad lirih.

"Hmm?"

"Mau es krim tidak?"

"Mau. Beli dimana?" tanya Ashira dengan netra yang berbinar bahagia.

"Itu."

Tunjuk Afiad pada sebuah toko yang menjual segala macam minuman dingin. Yang memang sudah tersedia di taman tersebut. Ada kolam ikannya juga, ada juga beberapa pendopo kecil yang didirikan di taman itu. Dimana pohon-pohon rindang juga menghiasi taman tersebut. Seperti beberapa pohon keres yang memang sudah di biarkan tumbuh sebagai hiasan. Di bawahnya juga di beri kursi panjang, agar para pengunjung juga bisa duduk berteduh disana.

Dzikir cinta Ashira💔 {Romansa Islami}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang