part 12

20.9K 1.2K 26
                                    

Aku memikirkan lamaran Mas Bagus beberapa hari yang lalu. Memintanya menunggu hingga 1 atau 2 minggu untuk menjawab dan dia tidak keberatan.

Kemarin aku sampai di kota bersama Nadia. Pulang sekolah Nadia langsung aku ajak ke terminal Bus.

Malamnya aku berbicara dengan Ibu perihal kegalauan hatiku.
" Kamu sendiri bagaimana ? Sudah siap menikah lagi atau belum ? "

Sejujurnya aku sendiri bimbang. Mas Bagus menjelaskan kalau kami menikah, Tasya akan mendapatkan kasih sayang seorang Ibu yang tidak pernah dirasakannya sejak lahir, sedangkan Nadia juga tidak akan kehilangan sosok Ayah. Karena sudah setahun lebih Mas Bima juga tidak pernah kelihatan batang hidungnya.

" Entahlah Bu. Aku bingung "
" Coba tanyakan hatimu Kalila "

Kalau bertanya pada hati. Sampai detik ini masih dikuasai laki- laki pengkhianat itu. Namun di sisi lain bukankah aku harus berpaku pada masa sekarang juga menatap masa depan ? Aku tidak bisa terus - terusan hidup monoton seperti ini. Ada Nadia yang harus aku pikirkan.
Untuk menunggu Mas Bima kembali itu jelas tidak mungkin. Selain dia sudah bersama Mira, sampai sekarang pun kami sudah putus komunikasi.

Ibu mengusap punggung tanganku dengan pelan.
" Menikah itu bukan cuma karena cinta, Nduk.."
Aku menoleh. Ibu benar.
" Yang pertama, menikah itu harus diniatkan ibadah.. Untuk cinta juga adanya anak adalah bonus dari Allah "

" Berapa banyak pernikahan karena cinta harus kandas. Tapi tidak sedikit yang karena diniatkan ibadah, seumur hidup tidak dapat menimang bayi pun mereka tetap bersama.."
Ya . Aku dan Bima juga seperti itu. Menikah karena cinta saja. Baru sebentar Mas Bima sudah merasakan bosan, dan aku juga kurang bisa memahaminya.

" Ibu rasa cinta akan datang seiring kebersamaan kamu dengan Bagus " Ibu melanjutkan.
Mas Bagus adalah sosok yang menyenangkan. Aku menyayanginya dan aku rasa mudah untuk mengubahnya menjadi cinta.

Akhirnya aku memantapkan hati. Aku menerima lamaran Mas Bagus.
Tasya juga Nadia sangat senang karena mereka akan menjadi saudara.

Pernikahan diadakan bulan berikutnya. Hanya ijab kabul sederhana dan dihadari sanak saudara dan tetangga yang tidak begitu banyak. Tidak ada perhelatan besar - besaran.

Setelah menikah aku diboyong ke rumah Mas Bagus yang letaknya tidak jauh dari rumah orrang tuanya.

Aku bersyukur Mas Bagus tetap mengijinkan aku bekerja. Toh Nadia dan Tasya juga bisa dititipkan Neneknya kalau kebetulan aku dan Mas Bagus satu shift.

❤❤❤

" Kal.."
Suara di ujung telpon meyeretku kembali ke masa lalu.
" Mas Bima.."
Suaraku tercekat di tenggorokan.

Kami saling diam agak lama tanpa memutus sambungan telpon.

" Aku merindukanmu, Kal..."
Air mata keluar begitu saja dari sudut mataku.
" Apa kabar ? "
Aku masih sedikit terisak.
" Baik Mas. Mas sendiri ? "

" Aku..kurang begitu baik "

Hening.

" Selamat atas pernikahanmu. Maaf aku terlambat memberimu selamat "
Aku tersenyum miris.
" Terima kasih "

Kembali hening.

" Kal.."
" Hmm "

" Aku ingin bertemu dengan Nadia. Boleh ? "
" Silakan Mas. Kamu kan Papanya "

Cinta Lama Bersemi Kembali ( S E L E S A I )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang