part 2

31K 1.4K 47
                                    

Aku kembali mengingat awal pertemuanku dengan Mas Bima. Dia adalah kakak teman karibku sewaktu  SMK, Retno. Mas Bima adalah cinta pada pandangan pertamaku.

Aku menghembuskan nafasku dengan kasar.

Aku merasa kehidupan rumah tanggaku hambar. Aku hanya merasakan cinta Mas Bima di awal - awal pernikahan saja. Setelah kelahiran Nadia dia berubah. Mungkin dia kecewa karena Nadia terlahir sebagai perempuan bukan anak laki - laki seperti keinginannya.

Aku ingat benar saat hamil dia begitu antusias akan mengajak anaknya main bola. Namun saat pulang dari USG dan dokter mengatakan kalau bayi kami berjenis kelamin perempuan wajahnya berubah muram. Tapi itu tidaklah lama. Setelah Nadia lahir pun dia juga merasa senang dan bahagia. Aku bisa melihatnya.

Huft..
Untuk kedua kalinya aku menghembuskan nafasku dengan kasar. Sejujurnya aku ingin rumah tanggaku " hidup ". Aku merasa batinku dan Mas Bima tidak begitu terikat. Entahlah.

Memang Mas Bima memenuhi kebutuhan kami dengan baik. Tidak sedikitpun dia lalai dalam menafkahi.

Yah, meskipun untuk urusan nafkah batin sebenarnya aku tidak merasa puas.

Bagaimana ya menjelaskannya. Ehm, selama menikah aku belum pernah merasakan seperti yang orang - orang bilang itu, enak dalam berhubungan badan.

Bukan...bukan karena Mas Bima cepat menyelesaikan kegiatan kami. Bisa dibilang dia adalah lelaki tangguh kalau yang seperti kubaca di artikel. Dia bisa bermain sangat lama.

Sepertinya masalah memang ada padaku. Aku sulit sekali menaikkan gairahku pun saat Mas Bima masih beraksi di dalamku.

Bagaimana aku bisa bergairah kalau saat bercinta bukannya kata - kata cinta, manis ataupun memuji yang keluar dari mulutnya. Tapi berupa ejekan. Entah dia mengomentari lemak perutku, payudaraku yang kendor bahkan rasa milikku ku..ck..ck..ck..

Tak taukah dia kalau aku selama ini sangat tersiksa. Apa ini yang namanya frigid ? Entahlah..aku tidak mau membicarakan hal ini dengannya. Dan ini sebenarnya membuatku sedikit trauma kalau dia mengajakku memadu kasih.

" Mama.."
Gadis kecilku mebuyarkan lamunanku.
Umurnya masih 4 tahun, tapi aku dan Mas Bima memutuskan Nadia masuk PAUD.

Kami melihat Nadia sangat antusias untuk bersekolah. Tapi kami tidak memaksanya dalam artian misalkan di tengah jalan dia bosan ya berhenti.

" Ayo kita mandi. Kakak mau sekolah kan ? " Aku membahasakan dirinya kakak agar dia tidak kaget jika suatu saat mempunyai adik.
Nadia mengangguk antusias.
" Kakak bawa tas.."
" Iya..bawa tas, pake sepatu, pake seragam. Oke "
Lihat ! Dia tumbuh jadi gadis kecil yang pintar bukan. Di umurnya masih 4 tahun bahkan dia sudah pintar berbahasa dan lain - lain. Kepintarannya pastilah diturunkan dari Papanya.

Saat tiba di sekolahan terlihat sudah ramai dengan anak - anak dan orang tua mereka. Yang namanya anak - anak, tidak sedikit dari mereka yang tantrum . Untunglah Nadia tidak. Dia tampak antusias dengan dunia barunya. Di kelas pun dia tampak menikmati kegiatannya. Aku menunggunya di luar kelas bersama ibu - ibu yang lain.

Tidak butuh waktu lama untuk kami para Ibu menjadi akrab. Yah meskipun kalau kami berkumpul yang dibicarakan pasti orang lain wk.wk.wk

Kebanyakan aku hanya mendengar cerita mereka dan tak tau harus menaggapi apa. Aku yang dasarnya kurang sosial bingung bagaimana harus mengimbangi pembicaraan mereka.

Mereka begitu akrab karena ternyata anak - anak mereka dulu juga sudah sekolah di sini. Dan sekarang giliran adik - adiknya. 

Yang aku takjub. Kebanyakan mereka Ibu beranak lebih dari dua..ada yang tiga bahkan empat ! Ck.ck.ck. Bagaimana mungkin ?! Mereka bahkan terlihat lebih muda dari aku. Hiks..

Wajah mereka tampak segar. Pastilah mereka menghabiskan berjuta uang suaminya untuk perawatan. Body juga tidak kalah dengan yang masih single. Kulitnya tampak kencang.

" Bu Bima, bagaimana ? Mau ikut kan ? " Sebuah suara membuatku sedikit terkejut.
" Eh "

" Wah Bu Bima pagi - pagi sudah melamun "
Aku menggaruk pipiku yang tidak gatal.
"Saya kayaknya nggak bisa deh Bu " Aku hanya beralasan. Mereka berencana ke sebuah sanggar senam langganan mereka. Mereka setiap bulan mengagendakan pergi ke sana. Aku membayangkan saja sudah malas. Kalau tidak rutin yang ada  tubuhku tambah melar. Belum lagi pasti dari sana mereka akan pergi nge- mall, ke salon...entahlah.

" Ayolah Bu Bima. Sebentar aja kok. Nggak nyampe 2 jam " Ibu yang lain membujukku.
" Besok kan anak - anak pulang pagi. Dari senam kita bisa langsung kembali ke sini " Yang lain ikut membujuk.

Aku menghela nafas.
" Baiklah. Saya ikut "
Mereka berlima bersorak.
" Nah gitu dong Bu Bima. Biar kita saling mengenal "
Aku cuma menanggapi dengan senyuman.

Kami melanjutkan obrolan. Mereka membahas perawatan diri.
" Ibu - ibu langganan di salon mana ? " Aku menyeletuk.
" Maksud Bu Bima ? "

" Ya kan Ibu - Ibu bisa cantik - cantik gini pasti perawatannya mahal "
" Wah makasih Bu Bima atas pujiannya. Tapi kami hampir tidak pernah menyentuh salon lho. Bisa dihitung jari. Palingan cuma pas potong rambut aja " Ibu - ibu yang lain mengangguk.

Aku mengejapkan mataku tidak percaya.
" Bukannya apa Jeng. Sebenernya kami mampu ke salon dan perawatan di sana. Dulu kami seperti itu. Tapi sekarang kami sudah mengurangi bahkan hampir tidak pernah ke salon selain potong rambut. Uangnya bisa dipake yang lain hehe maklum anak kita kan banyak Jeng. Lumayan bisa buat jajan mereka kan "

" Kecuali Bu Komandan ini yang masih rajin ke salon "
Seorang Ibu yang sedikit menor tampak tersipu.

" Tapi Ibu - ibu pada cantik. Saya ngiri "
" Nah..makannya ikutan kami ngerumpi "

Aku mulai tertarik.
" Dijamin Bu Bima bisa bikin Pak Bima klepek - klepek "

Keesokan harinya aku mengikuti ibu - ibu ke sanggar senam. Tidak seburuk yang kuduga. Aku hanya merogoh Lima Belas Ribu dan mendapati tubuhku lebih fresh setelah mengeluarkan keringat. Selain itu aku dapat beberapa tips mengenai gerakan yang bisa membantu memperbaiki servis untuk suami. Aku semakin bersemangat. Instruktur senamnya kebetulan cewek jadi aku bebas menanyakan apapun. Ibu - ibu yang ikut bahkan memotivasiku untuk menjalankan hidup yang lebih sehat.

Sepulang dari sana kami langsung kembali ke sekolah dan melanjutkan obrolan.

Aku juga baru tau kalau banyak sekali bahan alami di sekitar kita yang bisa digunakan untuk perawatan tubuh. Kuncinya hanya satu. Telaten !

Aku bertekad akan berubah. Sebagai istri aku ingin menyenangkan suamiku karena aku sangat mencintainya. Selama ini aku hanya merasa melakukan kewajiban saja padanya. Bisalah aku sisihkan beberapa menit setiap hari di sela - sela kegiatan rumah tangga.

Aku tersenyum membayangkan reaksi suamiku nantinya jika aku bisa berubah. Sabar !. Ini bukan mie instan.

" Wah Bu Bima senyum - senyum sendiri. Sedang membayangkan Pak Bima ya. Senam kegelnya masih jalan terus kan ? "
Aku tersipu ketahuan melamun.
" Pastilah Bu " Aku menunjukkan ibu jariku.

Sejujurnya aku merindukan Mas Bima. Ini sudah sebulan dia berada di luar kota karena ada proyek pembangunan perumahan.

Aku tidak sabar menunggunya pulang. Dan mencurahkan segala rasa cinta dan rinduku padanya.

Tbc.

Masih kurang sreg dengan part ini. Tak apalah lanjot terus...langsung konflik langsung selesai. Ingetin penulis kalau ini cuma oneshoot.. 😁 siapa tau khilaf..

Note :

Mau tanya nih 🙋
Misal mau pake cast. Pangeran - pangeran dari negara tetangga gitu boleh nggak sih sebenere. Mereka ganteng - ganteng banget soalnya 😍😍😍

Bingung cari cast.😑 Pengennya yang berwajah orang Asia ( selain Korea ). Ndak bisa pake cast bule karena settingnya lokal hehe..

Kali aja ada teman - teman yang punya ref. Silakan kasih tau ig nya di komen.

Misal nggak dapet - dapet nggak usah dikasih cast aja kali ya 😁

Cinta Lama Bersemi Kembali ( S E L E S A I )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang