Setelah pulang dari luar kota sebulan yang lalu, aku merasakan sikap Mas Bima berubah. Aku perhatikan dia lebih banyak melamun.
Memang dia bersikap lebih hangat padaku namun aku merasa dia menjaga jarak denganku. Bahkan sudah dua bulan dia tidak menyentuhku. Tidak seperti biasanya yang aku tahu dia punya libido yang lumayan tinggi.
Aku mulai berpikir yang tidak - tidak. Mungkinkah terjadi sesuatu di kota lain itu? Aku menepis pikiran burukku.
" Mas.."
Mas Bima berjengkit dengan tepukanku di pundaknya.
" Hei...belum ngantuk ? "
Aku menggeleng." Nadia ? "
" Sudah tidur sejak tadi "Mas Bima sedang duduk di teras kamar kami yang berada di lantai atas. Semilir angin malam mulai membelai kulitku yang hanya dibalut kimono tidur yang tipis. Aku merasa kedinginan. Mengusap lenganku dengan telapak tangan. Berharap sedikit kehangatan.
Aku mengambil duduk di sebelah kanannya. Menempelkan dadaku di lengannya dan sedikit menekan dan menggeseknya. Aku melihat mata Mas Bima berbinar memandangku. Sengaja aku menggodanya. Malam ini dia harus bercinta denganku. Harus!
Aku merapatkan tubuhku dan merebahkan kepalaku di pundaknya. Perlahan rasa hangat menjalar di tubuhku. Panas tubuhnya membuatku hangat.
" Mas sepertinya sedang banyak pikiran ya ? " Aku memainkan jari - jari besarnya dengan jariku yang mungil. Aku tersenyum mengingat dulu awal - awal pendekatan dia memanggilku " Mungil " karena tinggi badanku.
" Ya " Mas Bima menjawab dengan singkat. Pandangannya luris ke depan.
" Masalah kantor ? "" Begitulah "
Aku mulai mengusap dada di balik kaos yang dipakainya.
" Mas jangan terlalu memfosir tubuh. Nanti bisa sakit. Pikirkan kesehatan Mas. Rileks. Aku yakin Mas bisa menyelesaikan semua masalahnya. Percayalah " Aku menggambar pola abstrak di dadanya. Aku menopang daguku di pundaknya dan menghembuskan nafasku di dekat telinga. Mulai menggodanya." Mau kupijit ? " tawarku.
Mas Bima menoleh.
" Boleh.."
Ah sejak kapan aku jadi wanita penggoda. Ya ampun. Demi mempraktekkan ilmu yang kudapat aku rela menggoda Mas Bima. Semoga saja dia tidak menolakku. Kalau dia menolak, malulah aku.Meski sedikit trauma, berpikir apakah kali ini dia akan menghina fisikku lagi. Susah payah aku membangun hasratku agar naik. Semoga Mas Bima tidak mengacaukannya.
Aku mendongak menatapnya, Mas Bima merunduk menatapku.
" Bagian mana punya Mas yang capek ? Sini biar aku pijat... " Aku berkata lirih dengan pilihan kata yang ambigu. Berharap dia mengerti kode yang aku kirim.Tatapan Mas Bima sama sekali tidak beralih dari mataku.
" Nanti aku beritahu. Sebelumnya biarkan aku menikmati dulu bibirmu yang manis.."
Tangan kiri Mas Bima meraih daguku. Bibirnya menciumku dengan lembut tapi menuntut. Hatiku rasanya berbunga - bunga. Baru kali ini dia mengatakan bibirku manis. Aku merasa hasratku semakin naik karena pujiannya.Kedua tangan Mas Bima sudah menggerayangi seluruh tubuhku yang berada di balik kimono.
Aku mendesah dengan sedikit keras saat Mas Bima menghisapnya kuat - kuat. Mas Bima tampak kaget hingga melepas mulutnya dari dadaku. Aku sendiri tidak menyangka mulutku bisa selancang ini.
" Maaf ..Mas.." Nafasku sedikit tersengal karena gairah. Baru kali ini aku merasakan cumbuan Mas Bima dan menikmatinya. Wajahku memerah menahan malu. Aku melihat mata Mas Bima berkabut sayu.
" Tidak apa - apa Kal. Teruskan. Berteriaklah..aku menyukainya " Mas Bima tersenyum dan kembali meraup dadaku dengan bibirnya.
Lenguhanku semakin keras terdengar telingaku sendiri. Memalukan. Tapi ini nikmat. Aku tidak bisa jika tidak bersuara. Bahkan aku menjambak rambut Mas Bima saat dia kembali menghisapku kuat - kuat. Untung saja kamar kami ini terletak di bagian belakang. Ada jarak terbentang dengan rumah tetangga karena bagian belakang rumah dipakai sebagai taman dan kolam ikan. Bagaimanapun juga akan sangat memalukan jika sampai terdengar mereka.
" Kita masuk Kal. Ranjangnya di dalam.." suara Mas Bima terdengar serak di telingaku.
Mas Bima mengangkat tubuhku tanpa melepaskan ciumannya di bibirku.
Aku melingkarkan lenganku di lehernya dan kakiku di pinggangnya. Aku bisa merasakan miliknya sangat keras menempel di tubuhku. Kami sudah sangat bergairah meski masih menggunakan pakaian lengkap.Punggunggku pelan menyentuh empuknya ranjang. Dengan tergesa kami saling membuka pakaian yang melekat dan membuangnya ke sembarang tempat.
Mas Bima kembali merunduk dan menyusuri tubuhku dengan tangan dan bibirnya. Aku bisa merasakan kalau dia begitu menginginkanku untuk menjadi miliknya. Aku bahagia namun ada sudut hatiku yang merasa kuatir. Entahlah...tidak seharusnya aku berpikiran negatif saat aku sedang berbunga - bunga seperti ini.
" Aku mencintaimu, Kalila sayang..."
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Lama Bersemi Kembali ( S E L E S A I )
Short StoryFor Adult Butuh komunikasi yang baik juga hati yang lapang untuk mempertahankan sebuah pernikahan...