part 21

21.9K 1.3K 83
                                    

Kalila menolak bantuanku untuk mengantar jemput anak - anak. Apa boleh buat aku harus menurutinya daripada dia marah dan melarangku menemui mereka.

Aku mengubah planing karirku. Awalnya aku ingin mengejar posisi penting namun urung. Baru saja aku mendapat email dari teman seangkatanku dulu waktu menempuh S1 mengajakku untuk mendirikan CV bersama. Aku masih mempertimbangkannya. Apakah akan tetap berada di perusahaanku sekarang ataukah mengajukan resign.

Sudah dua minggu aku tidak bertemu dengan Nadia, Tasya juga Si ganteng Nino. Aku akui memang Nino terlahir tampan mirip dengan Ayahnya, Bagus. Meskipun sakit, aku harus tetap mengakuinya sebagai anakku juga. Anak Kalila berarti anakku juga kan.

Rasa rinduku pada anak - anak tidak tertahan. Siang ini aku menjalankan mobilku ke arah kabupaten. Setelah istirahat jumatan dan makan siang aku tidak lagi kembali ke kantor. Katakanlah aku bolos setengah hari.

Aku menuju rumah Ibu - nya Bagus.

Setelah mengetuk pintu beberapa kali akhirnya dibuka.
" Bu.."
Aku mencium punggung tangannya.
" Oh..Nak Bima. Mari silakan masuk "

Aku duduk di sofa ruang tamu.
" Anak - anak mana Bu ?"
" Nadia sama Tasya lagi tidur siang barusan. Nino diajak pengasuhnya nggak tahu ke mana tadi. Biasanya maen ke rumah tetangga "
" Oo.."

" Ada keperluan apa Nak Bima ke sini ? "
" Cuma kangen sama anak- anak Bu. Kebetulan tadi pas lewat "

" Sering - seringlah mengunjungi anak - anak. Mereka sangat senang kalau Papanya datang "
Aku mengangguk. Maunya sih seperti itu. Tapi sama mama cantiknya nggak boleh.
" Iya Bu akan saya usahakan "

" Ayo diminum teh nya "
Aku mengambil cangkir dan menyesap isinya lalu meletakkan kembali ke atas meja.

" Nadia sama Tasya itu kalau selesai jalan sama Papanya sampai rumah cerita terus sama Nenek- nya"
Aku tersenyum membayangkannya. Kalau mereka bahagia terlebih lagi aku.

" Apalagi semenjak Ayahnya nggak ada mereka seperti kehilangan sosok Bapak. Nggak mungkin Kalila merangkap sebagai Ayah sekaligus Ibu buat mereka..."
Wajah Ibu terlihat sendu.
Apa tadi Ibu bilang ? Ayahnya nggak ada ? Pergi ke mana ?
" Bu..maaf...Maksud Ibu Bagus pergi.."
" Bagus  meninggal dua tahun lalu. Sakit "
Aku sangat terkejut dengan kenyataan di depanku. Pantas saja selama ini Kalila selalu terlihat sendiri bersama anak - anak. Aku pikir Bagus adalah laki - laki yang tidak bertanggung jawab. Betapa bersalahnya aku. Maafkan aku, Gus. Aku benar - benar tidak menyangka kalau kamu sudah pergi.

" Maaf Bu. Saya tidak tahu. Saya ikut berbela sungkawa "
Ibu tersenyum tipis.
" Tidak apa - apa. Kalila mungkin belum sempat cerita sama Nak Bima "
Dia memang tidak berniat untuk menceritakannya padaku aku rasa.
" Setelah Bagus meninggal, Kalila baru tahu kalau dia hamil "
Pasti saat itu sangat berat buat Kalila. Mengandung sendiri dengan merawat dua anak.

" Sebenarya Ibu sudah meminta Kalila untuk menikah lagi. Agar ada yang membantunya merawat anak - anak "
Hah ? Tak akan kubiarkan. Kali ini aku akan memperjuangkan cinta Kalila !

" Tapi sampai saat ini Kalila seperti menutup hatinya dari laki - laki. Sudah banyak sebenarnya yang menanyakannya lewat Ibu. Tapi ya itu Kalila selalu menolak. Ibu hanya kasihan sama dia. Dia masih muda. Masih membutuhkan laki - laki di sisinya "
" Mungkin belum ada yang sreg Bu "
" Mungkin. Lalu, Nak Bima sendiri bagaimana ? Sudah punya putra ? Ibu dengar juga sudah menikah lagi "
" Oh nggak Bu. Dua tahun lalu saya sudah bercerai "
" Ooo.."

❤❤❤

Di dalam mobil aku termenung.
Kisah hidupku dan Kalila rumit. Tapi sekarang ada titik terang aku rasa. Bolehkan aku berharap dan berdoa pada Tuhan agar dijodohkan kembali dengannya ? Ini saatnya aku berjuang. Dulu aku kehilangan dia karena kesalahanku. Sekarang tidak akan kuulangi.

Cinta Lama Bersemi Kembali ( S E L E S A I )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang