6 - Balas Dendam

9.8K 740 4
                                    

Arsen berdiri didepan kelas 10 OTKP 2. Laki-laki itu berpikir keras, apa ia akan menunggu disini sampai pulang? Tentu saja, tidak.

Disaat-saat seperti ini, untung saja otaknya berjalan mulus tapi tak semulus jalan aspal di Jakarta.

Laki-laki itu mengetuk pelan pintu kelas itu sehingga seisi kelas yang semulanya sedang belajar langsung menoleh kearahnya. Mereka semua diam, antara kaget dan terkesima, tidak ada yang tau.

Pria berusia sekitar 60thn yang sedang mengajar dikelas itu langsung menghampiri sosok laki-laki itu, "Ada apa ya?"

Dia meraih tangan pria itu, bermaksud untuk bersalim dahulu sebelum bicara. "Maaf pak, Saya Arsen Raditya Arkharega dari 10 TKJ 3. Bisa saya ketemu sama ketua kelas 10 OTKP 2? Saya ada perlu sedikit." ucapnya dengan sopan dan santun.

Topengnya memang paling tebal. Ia yang menyebalkan bisa berubah menjadi sosok yang sopan dan santun didepan banyak orang.

Pria itu mengalihkan pandangannya dari Arsen menjadi pada murid seisi kelas itu, "Ketua kelas?"

Seorang murid laki-laki bertubuh pendek tampak mengangkat tangan kanannya, "Dipanggil." lanjut Pria itu.

Arsen menatap sosok laki-laki boncel yang tampak melangkah mendekatinya, "Terima kasih banyak, pak."

"Sama-sama."

Arsen menarik tangan laki-laki itu dan pergi agak jauh dari kelas 10 OTKP 2 itu.

"Lu ketua kelasnya?" tanya Arsen, ia memerangkap tubuh anak laki-laki itu diantara tebok dan tubuhnya yang lebih besar dan tinggi.

Laki-laki itu hanya mengangguk sembari menatap wajah Arsen.

"Anak kelas lu, ada yang namanya Kimberly Tania?"

"Ah, Berly? A-ada.." dia menatap Arsen lagi, "Kenapa ya, kak?"

"Ga usah kak, kita seumuran." ucapnya. "Gua butuh bantuan lu."

"A..apa..?"

"Kalau bel pulang udah bunyi nanti, tolong lu tahan si Berly, jangan sampe dia pulang. Bilang aja, ada orang yang nunggu dia, urusan penting. Jadi, dia harus dikelas dan jangan kemana-mana sebelum nanti gua kesana, bisa?"

Laki-laki itu mengangguk-angguk, masih sambil menatap wajah Arsen.

Arsen tersenyum tipis kemudian menegakkan tubuhnya, matanya mulai gencar meneliti tubuh laki-laki itu sehingga ia berhasil menemui name tag laki-laki itu, "Makasih ya, Argio."

Laki-laki bernama Argio itu diam, dia tampak terkejut sebelum akhirnya ia menyadari bahwa Arsen mengetahui namanya dari name tag yang bergelantungan dipakaiannya. "Sama-sama.."

"Dan tentunya, lu bakal dapet hadiah kalau semua ini berjalan lancar.." ucap Arsen saat sosok Argio tampak hendak pergi kembali kekelasnya.

Argio hanya menoleh sekilas, dengan tatapan takut (?) Kemudian ia mempercepat langkahnya dan pergi begitu saja.

~~~

Arsen berdiri didepan kelasnya sendiri, menunggu guru menyebalkan itu menutup  pelajarannya karena bel pergantian pelajaran sudah berbunyi. Tentu saja Bu Arum melirik laki-laki itu dengan sinis, yang hanya dibalas dengan cengiran lebar dari Arsen.

Arsen manis, itu yang ada di pikiran ke 4 murid perempuan yang sekelas dengannya. Tak heran kenapa 4 murid perempuan itu selalu saja menghabiskan waktu mereka dengan cara menatap kearah Arsen dan Verdo. Walau sebenarnya, Verdo lebih tampan.

Bu Arum melangkah keluar, sembari sesekali melirik sinis pada Arsen yang berdiri diambang pintu sembari tersenyum tidak jelas.

Begitu Bu Arum menjauh, Arsen langsung melangkah masuk kedalam kelas itu kemudian duduk ditempat duduknya dengan senyuman yang kian melebar.

ARSEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang