9 - 12 TKJ 3

7.8K 639 12
                                    

*2 Tahun Kemudian*

Sejak Arsen masuk kedalam SMK Kusuma, kelas 12 TKJ 3 kini sudah menjadi kelas yang terkenal diseluruh sekolah. 12 TKJ 3, kelas yang dipenuhi oleh murid-murid tampan. Seperti, Arsen, Ganang, Aldo, Verdo, Bagas, Adit, Gazza, dan Micho.

Siapa yang tak kenal mereka berdelapan? Mereka dikenal sebagai Rascal, atau dengan nama lain, 8 Sadam. Tak heran jika kelas itu disebut-sebut sebagai kelas perkumpulan cogan (Cowok Ganteng).

Sejak itu juga, SMK Kusuma terkenal diluar sana. Dengan sebutan Sekolahnya Anak Ganteng. Tapi darisana juga, mulai banyak anak-anak yang iri pada mereka ber 8.

Murid-murid perempuan juga selalu ramai mengelilingi lapangan saat siang hari tiba. Karena disaat itu, 7 anak Rascal akan bermain basket ditengah lapangan, panas-panasan dan berkeringat. Mungkin bagi beberapa orang, itu terlihat 'hot'.

Murid-murid perempuan itu juga terkadang bersorak kencang, meneriaki nama Arsen, biasanya.

"Regaaaa!" seorang gadis berambut ikal panjang itu mengejar langkah Arsen yang terlalu cepat didepan sana.

Arsen semakin mempercepat langkahnya, agar gadis dibelakangnya tidak dapat mengejarnya. Gadis itu sudah hampir mensejajarkan langkahnya dengan Arsen, ia mencekal tangan Arsen dengan kuat.

Laki-laki bertubuh tinggi itu akhirnya berhenti dan berbalik, menatap gadis pendek dihadapannya itu. "Kenapa sih, Amila?"

Amila, bendahara kelas Arsen saat mereka masih kelas 10 itu. "Gue suka sama lo." ucapnya, gadis itu menatap Arsen dengan senyuman lebar.

Arsen mengangkat sebelah alisnya, "2 tahun yang lalu, bukannya lu yang ngatain gua, hm?"

"Gue kan udah minta maaf. Lo ga maafin gue? Rega, plis." gadis itu mengerucutkan bibirnya.

Arsen menepis tangan gadis itu yang sedari tadi memegang tangannya dengan erat, "Gua bilang juga apa? Lu bakal nyesel. Dan itu beneran terjadi, kan?"

Amila menjewer telinganya sendiri, "Maafin gue, ya?"

"Yang boleh manggil gua dengan sebutan Rega, cuma orang yang bener-bener udah deket banget sama gua. Lu siapa, manggil-manggil gua pake sebutan Rega?"

"Ini gue lagi deket banget sama lo, kan?" gadis itu tersenyum lebar, kemudian melingkarkan tangannya disekitar leher Arsen.

Laki-laki itu tampak risih, "Lu ngapain sih?" dia melepaskan tangan gadis itu dari lehernya kemudian sedikit mendorong gadis itu darinya.

Mereka berdua menjadi tontonan murid perempuan disekitar lorong.

"Tuh cewek kegatelan banget sih sama Arsen!"

"Tau tuh, gatel banget, jijik!"

"Arsen juga pasti risih tuh digituin."

"Mampus didorong."

Arsen tersenyum mendengar cuitan orang-orang yang memang benar adanya.

"Bisa pergi sekarang, kan?" Arsen menatap gadis itu dengan tatapan dingin.

"Lo beneran gamau?" Amila membalas tatapan Arsen, gadis itu menyentuh wajah Arsen dengan lembut. "I love you..."

"I love me too." Arsen tersenyum tipis, "Sekarang singkirin tangan lu dan pergi dari hadapan gua sebelum tangan lu patah sama kayak nasib kaki meja lu 2 tahun yang lalu."

Amila menatap Arsen dengan tatapan yang aneh sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan Arsen sendirian disana.

"Sen, lo gapapa?" tanya salah seorang murid perempuan tadi.

Arsen menoleh kemudian menggeleng, "Gapapa. Kenapa?"

"Cuma nanya aja. Amila emang suka ganjen begitu ya?"

Arsen mengangkat bahunya, pertanda bahwa dia tidak tau.

"Jangan deket-deket sama cewek ganjen macam dia, ya?"

Arsen tersenyum pada perempuan itu kemudian melangkah pergi.

"Ihh Ratu, dia senyum ke lo. Kok bisaaa?!"

"Gue juga mau disenyumin. Kok lo doang?"

Perempuan bernama Ratu itu hanya terkekeh, "Arsen manis banget ya kalau senyum. Tapi kenapa, dia jarang senyum?"

Arsen. Nama yang sudah pasti tak asing ditelinga murid-murid SMK Kusuma. Pesonanya benar-benar sudah sangat tinggi. Tapi tak jarang beberapa orang menyebut Arsen sebagai orang yang sombong. Arsen jarang tersenyum, benar-benar jarang.

Bahkan jika ia disapa, ia hanya akan menoleh dan mengangkat kedua alisnya. Tidak menyapa balik, apalagi tersenyum walau hanya sedikit. Bagi orang yang tak paham cara menyapa Arsen, mungkin akan berpikiran Arsen sombong.

Padahal, menoleh dan mengangkat kedua alis adalah cara Arsen menyapa atau menjawab sapaan seseorang. Namun, banyak yang tak paham dengan cara aneh itu.

Entah apa yang membuat laki-laki itu menjadi seperti itu..

ARSEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang