Arsen membolak-balikkan lembaran biodata Rinarky Aldo Pangestu, ia memotret biodata anak itu untuk membaca alamat rumah laki-laki itu.
Narky tinggal tak jauh dari sekolah, dan kemungkinan besar Narky tinggal sendirian. Setelah berbincang dengan kepala sekolah, Arsen mendapat cukup banyak informasi yang ia butuhkan untuk menghancurkan anak iblis itu.
"Bu Rona~" sapa Arsen dengan nada menggoda.
Guru BK itu memutar tubuhnya dan menatap Arsen dengan tatapan tidak minat. "Jam pelajaran begini, kamu ngapain disini?"
"Saya mau ngambil surat ijin pulang, bu." Arsen yang semulanya bersender pada dinding, kini menegakkan tubuhnya dan menatap Bu Rona dengan tatapan memelas.
"Kamu kenapa?"
"Saya ada urusan keluarga sebentar, bu. Maaf ya, saya ngerepotin."
Bu Rona menatap Arsen, kenapa laki-laki itu tiba-tiba menjadi sedikit sopan? Bu Rona mengambil selembar kertas izin untuk pulang kemudian menulis nama Arsen disana beserta tanda tangan dirinya. "Jangan lupa kamu kasih ke satpam didepan biar kamu diijinin keluar. Hati-hati ya, Arsen."
"Iya bu. Makasih ibu Rona, semoga tambah cantik, manis, imut, baik, sopan, bijaksana, karismatik dan semox kayak duren." Arsen meraih kertas itu, tersenyum kemudian membalikkan badannya. "Tapi boong." bisiknya, ia melangkah pergi dari sana.
~~~
Arsen memasukkan kunci yang Micho temukan kedalam lobang kunci pintu rumah Narky. Ia harap, ini benar-benar kunci pintu rumahnya.
*CEKLEKK*
Arsen tersenyum lebar dan membuka pintu itu perlahan. Ternyata Narky tinggal disebuah kos-kosan sendirian. Kosannya cukup bersih dan luas untuk Narky sendiri.
Arsen menyalakan lampu kemudian menutup pintu itu setelah memasukkan kuncinya kembali kedalam saku seragamnya.
Barang-barang Narky tertata rapih. Ia masih punya banyak waktu sebelum Narky pulang. Arsen bersimpuh dihadapan sebuah lemari kecil berwarna coklat tua. Ia membuka lemari itu kemudian meraih sebuah buku tebal bersampul kuning.
Arsen tersenyum miring, "Diary?" ia membuka buku itu dan membaca sebagian curahan hati Narky yang ia tumpahkan dibuku itu.
11 agustus 2018
Rinarky DiaryGua gatau kenapa. Anak-anak cewek dikelas selalu ngomongin Arsen, Arsen dan Arsen. Gua yang denger aja ampe bosen. Kok mereka ga bosen? Emangnya, sebaik apa sih Arsen itu? Palingan cuma cowok modal tampang kayak biasanya itu. Apa-apa ngandelin muka, tampang. Orang kayak dia, ga harusnya hidup tenang didunia ini, Tuhan...
15 Desember 2018
Rinarky Diary
Lagi-lagi Arsen si caper itu. Kenapa selalu banyak yang ngomongin dia sih? Tampangnya biasa aja ga cakep-cakep banget. Cewek-cewek itu aja yang lebay. Padahal Arsen cuma menang tinggi sama warna kulit doang, makanya tampangnya ketolong. Masih mendingan gua kemana-mana deh kayaknya...8 Januari 2019
Rinarky DiaryPagi ini, murid cewek yang duduk dibarisan didepan gua, ngomongin Arsen lagi. Selalu Arsen dan Arsen. Arsen ganteng, Arsen tinggi, Arsen, Arsen dan Arsen. Sampah, huh.
Arsen menyunggingkan senyuman tipis, ia membaca lembar demi lembar diary laki-laki alay itu. "Waw, benci dari tahun lalu ya ternyata?" ia tertawa pelan.
Arsen menutup buku diary itu kemudian memasukkannya kedalam tasnya. Ia bangkit dan kembali menelusuri ruangan itu. Banyak hal-hal yang menarik disini. Dan yang Arsen tau adalah, orang tua Narky tinggal di Jogjakarta dan Narky sendirian disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSEN (END)
Teen FictionKalau kata orang, cinta itu bagian dari hidup. Tapi, tidak bagi Arsen. Arsen Raditya Arkharega, hanya seorang siswa SMK biasa yang menjadi pujaan hati para wanita karena parasnya yang diatas standar. Ia benci dibilang tampan. Karena baginya, itu ha...