Arsen menatap keluar lewat jendela kelasnya. Udara malam ini cukup dingin. Ia baru saja kembali dari supermarket, membelikan banyak sekali cemilan untuk Verdo yang akan kembali bermalam disekolahan.
"Malem ini lu ada jadwal terapi, kan?" Arsen berbalik, menatap Verdo yang sedang meminum susu kotak yang dibelikan Arsen itu.
"Iya..." lirihnya.
"Mau gua anter?"
"Nggak, Rega. Aku bisa sendirian."
"Jangan bohong sama gua. Kalau sampe lu bohong dan ga pergi terapi, lu tau kan apa yang bakal terjadi?" Arsen menatap Verdo dengan tatapan sayu.
"Udah malem, Rega. Kamu pulang sana."
"Ga. Gua mau nunggu lu disini sampe waktu lu terapi."
"Rega. Sakitku ga terlalu parah. Aku aja masih bisa sekolah, kan?"
Arsen menghembuskan nafas lelah, "Nyokap sama bokap tiri lu itu, gatau kalau lu sakit, kan?"
Verdo menggelengkan kepalanya.
"Dan cuma gua sama lu yang tau?"
Verdo mengangguk pelan.
"Terus selain gua, siapa lagi yang bisa jaga lu? Lu gamau bilang ke siapa-siapa, kan?"
Verdo diam, ia menunduk. "Malem ini, aku pasti terapi." Verdo mengangkat kepalanya dan tersenyum. "Kamu pulang aja dan bales chat Lova. Dia nanyain kamu kan daritadi?"
"Iya sih. Janji ya? Awas aja lu boong." Arsen menatap Verdo dengan tatapan mengancam. Verdo hanya mengangguk sambil tersenyum hangat.
"Oke. Kalo ada apa-apa, chat gua ya! Bye, Verdo!" laki-laki itu menarik tasnya dan melesat pergi dengan cepat.
Verdo Kadilon Bhaskara. Walau baru mengenal Arsen dari kelas 10, mereka sudah sangat dekat. Sejak kecil, Verdo tinggal bersama orang tua tirinya, walau mereka memperlakukan Verdo dengan buruk...
Verdo, tidak pernah bertemu dengan orang tua kandungnya. Yang ia tau adalah, dulu orang tua kandungnya membuang dirinya saat dirinya masih kecil. Dan orang tua tirinya lah yang mengasuhnya dan membesarkannya.
Lebih tepatnya, memanfaatkan keadaan. Neneknya Verdo memberikan semua kekayaannya pada Verdo dan karena orang tua tirinya Verdo adalah orang yang tidak memiliki rumah, mereka terpaksa mengasuh Verdo serta mengatur seluruh keuangannya.
Tapi, Verdo tidak pernah marah. Dan tidak pernah mengeluh. Baginya, kehidupan Arsen lah yang lebih menyedihkan. Setidaknya, Verdo masih memiliki beberapa orang yang menyayanginya. Walaupun hidupnya tak akan lama lagi..
Bagi Verdo, Arsen adalah teman berharganya. Arsen terkenal, pandai berbicara, dan sangat baik. Berbeda dengan Verdo yang tidak pandai berbicara dan lebih memilih diam.
Bahkan saat ia menyadari bahwa ia sakit, orang pertama yang ia beritahu adalah, Arsen. Arsen memarahinya panjang lebar dan memaksanya kerumah sakit untuk membeli obat, check up dan terapi.
Verdo menyadari beberapa perubahan pada sikap Arsen. Arsen yang sekarang, tampaknya lebih cengeng. Sejak Lova datang, semuanya berubah. Mungkin karena, Arsen sudah berpura-pura untuk menjadi kuat dalam waktu yang terlalu lama.
Maka dari itulah, Arsen mudah menangis jika sesuatu menyakitin dirinya. Dan semenjak Lova menduakan Arsen itu, Arsen berubah menjadi sangat posesif dan sensitif. Ia melarang Lova untuk berchattingan atau berteman dengan laki-laki lain selain dirinya.
Bagi Verdo, itu wajar-wajar saja. Karena sebelumnya, kepercayaan utuh yang Arsen berikan, telah dihancurkan Lova.
Kelak, jika Arsen berubah. Itu semua, karena Lova. Dan Lova yang harus menanggung semuanya. Itu semua bukan salah Arsen. Semua tergantung, suasana masyarakat disekitarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSEN (END)
Teen FictionKalau kata orang, cinta itu bagian dari hidup. Tapi, tidak bagi Arsen. Arsen Raditya Arkharega, hanya seorang siswa SMK biasa yang menjadi pujaan hati para wanita karena parasnya yang diatas standar. Ia benci dibilang tampan. Karena baginya, itu ha...