Pagi ini, kedatangan Arsen disekolah membuat sedikit orang terkejut. Sebagian dari mereka tau apa yang terjadi antara Lova dan Arsen namun tidak ada yang tau mengapa hal itu terjadi.
Karena hari ini, jam pelajaran pertama adalah olahraga. Orang-orang pergi ke loker, mengambil baju mereka dan mengganti baju, tak terkecuali Arsen.
"Sen, kemaren lo ga masuk, kenapa?"
Arsen menoleh kearah segerombolan gadis-gadis yang sedang duduk dibangku loker itu sambil menatapnya. Arsen tidak menjawab, ia hanya buang muka kemudian membawa baju olahraganya dan pergi dari sana.
Laki-laki itu melangkah dengan cepat, melesat ketoilet. Ia membuka semua pakaiannya kemudian memakai pakaian olahraganya. Laki-laki itu merasa ada yang aneh. Ia meraba-raba seragam abu-abunya serta celana olahraganya. "Hape gua masih diloker ya? Arghh, bangsat."
Arsen menaruh seragam bekasnya diatas pundaknya kemudian kembali ke loker. Loker itu sudah sepi, tidak ada siapapun. Dan pemandangan pertama yang bisa ia lihat adalah, pintu lokernya yang terbuka lebar dan ponselnya yang ada didalam sana dengan keadaan layar yang sedang menyala.
"Sialan, jam berapa sekarang?" Arsen meraih ponselnya dengan kasar kemudian memasukkan benda elektronik itu kedalam saku celananya dan pergi tanpa menutup pintu lokernya.
Persetan dengan loker. Tidak akan ada yang mencuri pakaiannya juga. Kenapa dia harus khawatir?
~~~
Seperti biasanya, saat kelas 12 TKJ 3 ber-olahraga. Banyak murid-murid perempuan dari berbagai kelas yang memenuhi tepi lapangan hanya demi melihat mereka.
Dan sepertinya, sebagian dari gadis-gadis itu, terlalu banyak berhalu...
"Aduh, Arsen cakep banget." seru Aura, gadis itu menepuk" lengan kedua sahabatnya Intan, dan Vivi.
Dua gadis itu hanya meringis kesakitan saat Aura menepuk" lengan mereka dengan kencang.
"Eh gila lu ya? Sakit tau!" protes Vivi, gadis itu mengelus-elus lengannya yang memerah.
"Heboh mulu ih. Santai napa? Jangan lebay." timpal Intan.
"By the way, kemaren pas pulang sekolah, gue ketemu kak Verdo dong." Aura tersipu-sipu, bahagia melihat kejadian kemarin.
"Kapan? Kok lo ga ajak-ajak sih? Males ah." gerutu Vivi, gadis itu membuang muka, kesal.
"Kemaren pas mau pulang, ada cowo tinggi jalan didepan gue. Gue kira siapa, dan pas dia berhenti lalu balik badan, ternyata Kak Verdo dong. Dia senyumin Ganang yang ternyata jalan dibelakang gue dong!!" seru Aura, dia heboh lagi.
"Ih seriusan? 2 sekaligus dong." sahut Intan, ikut-ikutan heboh sendiri.
"Kebayang ga? Kemaren abis ketemu 2 cogan sekaligus. Hari ini, cogannya lengkap dong, ada 8." seru Aura lagi, tambah heboh.
Vivi hanya menggeleng tabah, kedua temannya itu memang selalu heboh kalau membicarakan cogan.
"Bayangin deh bayangin." bisik Aura, tiba-tiba serius. "Kalau gue, Kak Verdo, Kak Ganang sama Kak Arsen jalan bertiga. Bahagia banget ga sih hidup gue, dapet 3 cogan sekaligus." Aura kembali berteriak heboh, tak peduli walau orang-orang disekitarnya mulai menoleh dan menatap mereka dengan tatapan heran.
"Halu mulu sih lo, Ra. Bangun woy, udah siang ini." Vivi menepuk-nepuk pipi Aura. Gadis itu hanya meringis kesakitan.
"Biarin dong. Selagi halu tentang hal positif yang bikin bahagia, kenapa nggak?" Aura menjulurkan lidahnya, mengejek Vivi.
Vivi menopang dagu, menatap Arsen, Ganang dan Verdo yang sedang berdiri di tepi lapangan. 3 cowok itu sedang minum. Sedangkan 5 temannya yang lain, sedang giliran melempar bola basket.
"Gue kira, cowok sesempura mereka cuma ada didunia webtoon sama wattpad doang." Vivi mendesah lelah, matanya fokus menatap 3 sosok laki-laki itu.
"Sekolah kita terkenal karena cogannya, kan?" Aura ikut menopang dagu, akhirnya dia sedikit tenang.
"Andaikan dia jadi pacar gue. Mungkin ga sih?"
Intan dan Vivi menoleh kearah Aura, menatap gadis itu dengan tatapan yang aneh. "Halunya kelewatan batas." keluh Vivi dan Intan bersamaan.
"Dia kan udah punya pacar." ucap Vivi, tatapannya lurus kedepan.
"Dan katanya sih, pacarnya ga cantik. B aja." timpal Intan.
Aura hanya mengangguk-angguk. "Cowok kayak dia, bisa dapetin cewek kayak gimanapun yang dia suka. Tapi, kenapa dia milih yang kayak gitu?"
Intan dan Vivi hanya menggelengkan kepalanya. Memang, banyak yang heran kenapa Arsen bisa menyukai gadis bernama Lova itu.
Secara, Arsen biasanya tidak pernah tampak dekat dengan anak perempuan.
~~~
Arsen meregangkan tubuhnya kemudian mengambil seragam putih abu-abunya yang ada diloker. Saat ini, loker itu sepi.
Hanya ada anak-anak Rascal saja. Jumlahnya pas, 8.
"Abis ini pelajaran apa deh?" tanya Arsen, ia melirik Verdo.
"Sejarah kalau ga salah. Tugas kemarin, aku belum selesai. Gimana dong?" Verdo tampak khawatir. Tak biasanya ia tidak mengerjakan PR.
"Tumben ga ngerjain? Gua nyalin PR sama siapa dong?" Ganang mengerucutkan bibirnya.
"Kerjain sendiri aja kali, Nang. Nyalin mulu, kapan mau pinter?" tanya Micho.
Ganang mendelik kearah laki-laki itu. "Ganteng banget ya gua." laki-laki itu tiba-tiba mengubah topik. Memuji dirinya sendiri sambil bercermin.
"Iyain aja, biar cepet." sahut Bagas.
Mereka tertawa kecuali Arsen dan Ganang. Arsen menyisir rambutnya yang agak basah karena keringat. "Gua ga bawa parfum lagi." ia berdecak kesal kemudian melangkah pergi, disusul oleh ke 7 teman-temannya.
Laki-laki itu duduk diatas meja. Sepertinya guru-guru akan mengadakan rapat, mungkin sebentar lagi mereka akan pulang.
*TOK TOK TOK*
8 laki-laki yang duduk didekat pintu itu sontak menoleh kearah seorang murid laki-laki yang baru saja mengetuk pintu.
"Yang namanya Arsen, yang mana?"
Arsen mengerutkan dahinya, "Gua. Kenapa?"
Laki-laki itu tersenyum pada Arsen, ia melangkah perlahan menghampiri Arsen. "Apa ada sesuatu yang ilang? Sesuatu milik, lu.."
Arsen merogoh saku celananya, kemudian memeriksa tasnya secara cepat. "Nothing, ga ada yang ilang. Kenapa, dek?" tanya laki-laki itu, ia langsung tau bahwa murid laki-laki yang sedang berdiri dihadapannya ini adalah adik kelasnya.
"Gamau dicek lagi?" ia menatap Arsen dengan tatapan yang agak aneh.
Arsen menggelengkan kepalanya. "Kenapa?"
"Nothing. Makasih." laki-laki itu tersenyum kemudian pergi dari sana. Meninggalkan 8 laki-laki itu dengan perasaan bingung.
"Kenapa sih dia?" tanya Arsen, ia menoleh kearah Ganang. Ganang hanya mengangkat kedua bahunya, tanda bahwa ia tidak tau.
"Lu yakin ga ada yang ilang, Reg?" tanya Adit, laki-laki itu menatap Arsen dengan tatapan serius.
Arsen menggeleng, "Nggak kok. Baju yang gua tinggal diloker aja ga ilang padahal loker gua ga gua kunci."
Arsen menoleh kearah Verdo, laki-laki lugu itu juga sedang menatapnya dengan tatapan ragu. Tapi, tidak ada satupun dari mereka yang bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSEN (END)
Teen FictionKalau kata orang, cinta itu bagian dari hidup. Tapi, tidak bagi Arsen. Arsen Raditya Arkharega, hanya seorang siswa SMK biasa yang menjadi pujaan hati para wanita karena parasnya yang diatas standar. Ia benci dibilang tampan. Karena baginya, itu ha...