5 - Usaha

11.1K 740 11
                                    

Bel masuk sudah berbunyi sedari tadi namun Guru pelajaran Kimia baru masuk dan mulai mengajar di kelas mereka.

Kelas yang awalnya berisik seperti pasar itupun seketika langsung hening, sunyi dan tenang saat Bu Arum menginjakkan kakinya di kelas itu, 10 TKJ 3.

Mereka langsung mengeluarkan buku dan alat tulis mereka saat melihat Bu Arum hendak menuliskan sesuatu di papan tulis putih yang besar itu. Kecuali Arsen yang masih menggigiti tutup pulpen sembari menatap Bu Arum yang sedang membuat coret-coretan di papan tulis baginya.

Suara cekikikan murid perempuan yang duduk dibangku barisan sebelah mereka membuat Arsen menoleh. 4 murid perempuan itu sedang menertawakan sesuatu, entah apa itu. Yang jelas, mereka menatap kearah tempat duduk Arsen.

Hm, apa dia lucu? Tidak...

Arsen mengernyit kemudian berbalik, melihat Verdo yang sedang memasukkan kepalanya kedalam gorden jendela, entah mengintip apa diluar sana.

Ia sadar, 4 murid perempuan itu menertawakan Verdo diam-diam. Arsen segera menarik kepala Verdo keluar dari gorden jendela.

Laki-laki itu hanya menatap Arsen dengan tatapan bingung sebelum akhirnya matanya berhasil menangkap 4 sosok murid perempuan yang kini tawanya semakin pecah. Ia hanya tersenyum tipis kemudian menatap kearah jendela itu.

"Lu malu-maluin tau ga?"

Verdo menoleh sekilas, ia tersenyum tipis, sangat tipis.

"Jangan gitu lagi."

"Iya, bang." ia tersenyum

Arsen menoleh, "Bang?" gumamnya.

Tidak ada jawaban, ia yakin Verdo tidak mendengar gumamannya. Ia diam saja, menatap Bu Arum yang tampak mulai tak fokus karena suara murid-murid kelas yang bisa dibilang berisik.

Akhirnya Bu Arum berbalik dengan ekspresi wajah kesal, sesuai tebakan Arsen. Laki-laki itu tersenyum, sebentar lagi pasti wanita itu akan bertanya tentang siapa yang berisik.

"Siapa yang berisik daritadi? Kalian ga nyatet?!" tanya Bu Arum.

Kelas itu hening seketika, hanya suara jarum jam yang terdengar. Arsen tersenyum lagi, tebakannya benar.

"Sen..." tegur Ganang, ia sudah tau apa yang akan Arsen lakukan.

Arsen hanya menoleh sekilas kemudian tersenyum tipis, Verdo menoleh dan menatap laki-laki itu dengan tatapan heran.

"Saya ga nyatet tuh.." ucap Arsen, laki-laki itu mengangkat satu kakinya keatas bangku. "Bosen tau bu? Nyatet terus, ga bikin pinter."

Semua orang hanya diam. Tidak ada yang tau tujuan Arsen melakukan itu, kecuali ke 6 temannya. Verdo tidak termasuk.

"Kamu yang barusan ngomong itu." Bu Arum menunjuk Arsen. "Sini maju, kedepan!" ia menurunkan tangannya, menatap Arsen yang melangkah menuju arahnya.

Arsen berhenti, tepat didepan tubuh Bu Arum yang lebih kecil darinya.

Bu Arum mendongak dan mengernyit, "Tinggimu berapa?"

Arsen ikut mengernyit, kenapa tiba-tiba bahas tinggi badan? "Emang kenapa?"

"Kamu beneran kelas 10?"

Arsen mengangguk-angguk dengan tampang polos, ia tidak tau keadaan apa ini.

"Tinggimu berapa?" tanya Bu Arum, lagi.

Arsen menggeleng, "Nggak tau."

"Kamu ga tau berapa tinggi badanmu sendiri?"

ARSEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang