15 - Club Malam

7.1K 562 4
                                    

Club itu dipenuhi asap-asap rokok yang membuat suasananya sedikit remang-remang. Disana terdapat layar LED yang mengitari ruangan, sofa besar, sound system yang menggelegar, dan liquid oxygen di lantai dansanya.

Ditambah lagi dengan counter bar, dan penampilan permainan musik di meja putar dengan berbagai macam aliran musik.

Ditempat itu, banyak perempuan-perempuan muda dengan pakaian sexy yang tampak minum-minum bersama laki-laki yang sedikit mabuk.

Sebenarnya, club bukan tempat yang tepat untuk remaja usia 17 tahun. Tapi, diclub ini banyak sekali remaja usia 17 tahun. Bahkan, ada yang baru berusia 14 tahun. Entah bagaimana cara anak kecil itu masuk kedalam sini. Tapi tampaknya, anak 14 tahun itu sedang duduk santai, sendirian dibangku-bangku kecil counter bar.

7 laki-laki itu duduk di sofa besar yang ditengahi sebuah meja bundar besar tempat terletaknya beberapa botol minuman keras serta gelas-gelas kecil untuk minum. Tak lupa juga, dilengkapi dengan sebuah ember kecil berisi es batu penuh yang ditengahnya juga terdapat satu buah botol minuman keras

Suara musik yang menggelegar membuat semua orang disana 'harus' bicara dengan nada teriak agar lawan bicaranya dapat mendengar suaranya.

Diclub ini, juga tersedia beberapa kamar yang luas, nyaman, gelap dan kedap suara yang mencegah orang-orang diluar kamar menguping. Mungkin, beberapa orang sudah tau apa fungsi kamar itu, jadi tidak perlu dijelaskan lagi.

Beberapa perempuan diclub ini juga terkenal karena agresif. Mereka tidak segan-segan maju duluan demi mendapatkan perhatian bule atau laki-laki tampan disana.

Arsen bersandar pada kepala sofa itu. Ia menatap langit-langit club itu. Kemudian, ia memejamkan matanya perlahan.

"Reg, lu ke club cuma buat numpang tidur?"

Arsen membuka matanya, mendapati sosok Gazza yang tengah berdiri dihadapannya sambil menatapnya.

Arsen mengerutkan dahinya.

"Gua, Ganang, sama Bagas mau ke counter bar. Lu ikut ga?" tanya laki-laki itu, lagi.

Arsen menggeleng, kemudian menatap ke 3 laki-laki itu yang semakin menjauh. Tempat ini ramai sekali, hampir tak ada sofa kosong. Ditambah lagi dengan Dance Floor yang tampak dipenuhi orang.

Disana, tampak perempuan dengan pakaian sexy sedang menari-nari bersama cowok-cowok nakal yang datang entah darimana.

Arsen hanya diam. Dia kesana memang hanya untuk duduk, mendengar musik, dan minum-minum. Bukan cari cewek.

Ia kembali memejamkan matanya, membiarkan Aldo, Adit dan Micho yang sedang minum-minum sambil merokok.

"Hai, kita boleh duduk disini ga?"

Tak ada jawaban.

Arsen membuka matanya saat ia merasakan seperti ada beberapa orang yang duduk didekatnya. Ia mendapati 4 orang perempuan cantik dengan pakaian minim yang sedang duduk berdempetan memenuhi sofa itu.

Aldo, Adit dan Micho diam saja. Mereka tak berani menjawab pertanyaan salah seorang gadis tadi. Karena, Arsen memang tidak suka diganggu. Apalagi, saat ia sedang tidur.

"Kalian darimana? Indonesia atau luar?" tanya salah satu perempuan itu. Namun lagi-lagi tak ada jawaban.

Aldo, Adit dan Micho hanya diam saja. Menatap Arsen yang tampaknya akan marah tapi ia menahan amarahnya karena ini tempat umum.

"Siapa yang ngebolehin kalian duduk disini?" tanya Arsen, dengan nada dingin.

"Abisnya ga ada yang jawab. Kalau diem aja, tandanya boleh, kan?"

ARSEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang