Entah kenapa, saat Arsen mengingat tentang bubur dan bawang, emosinya meningkat. Ia kesal, tapi tak bisa berbuat apa-apa selain diam.
Ia menghentikan langkahnya dianak tangga menuju tempat parkiran saat seorang gadis muncul entah darimana dan langsung berdiri dihadapan laki-laki itu dengan tangan terlentang seolah mencegah Arsen untuk melanjutkan langkahnya.
Arsen terdiam dipijakannya, hanya menatap gadis pendek itu yang perlahan menurunkan tangannya yang semula terlentang itu. Gadis itu mengulurkan tangannya pada Arsen, "Boleh salaman?"
Arsen membuka tutup botol air mineralnya kemudian menyiramkannya ke tangan gadis itu lalu ia menyambut uluran tangan gadis itu dan melangkah pergi begitu saja.
Meninggalkan gadis itu yang kini masih terpaku dipijakannya sembari menatap tangannya yang basah dan air yang mengalir dari tangannya dan jatuh ketanah.
"Tangan gue... BERSIH TAUUUU!!!" ia bebalik, menatap Arsen yang kini sedang menaiki motor Kawasaki Ninja Hitamnya.
Gadis itu baru saja hendak menghampiri Arsen, ingin marah. Tapi langkahnya terhenti karena ia melihat seorang gadis lainnya sudah menghampiri Arsen lebih dulu.
Arsen tak menoleh sama sekali saat mendengar suara lembut seorang gadis yang tengah memanggilnya. Ia sedang tidak enak badan dan suasana hatinya sedang buruk. Dia tidak ingin diganggu.
"Hey, Arsen! Gue mau ngomong!"
Arsen masih tak menoleh, ia mulai menyalakan mesin motornya namun gadis itu malah menyentuh tangan Arsen hingga laki-laki itu mematikan lagi mesin motornya.
Arsen mendongak, menatap wajah gadis yang tak asing dimatanya. Siapa ya?
"Lo inget gue?" gadis itu menunjuk dirinya sendiri.
Arsen menggeleng kecil.
"Gue Ratu. Yang ngobrol sama lo pas lo digodain Amila waktu itu, Inget?"
Arsen terdiam sebentar kemudian ia mengangguk pelan.
Ratu terkekeh pelan, "Gue mau ngomong."
"Silahkan."
"Gue mau jadi pacar lo." ucapnya, cepat. Untungnya, pendengaran Arsen masih cukup baik walau gadis itu bicara dengan cepat sekaligus dengan perasaan gugup.
Arsen mengangkat kedua bahunya, acuh. "Ok."
"Ok?" gadis itu menatap mata Arsen dalam-dalam, berusaha mengembalikan kesadarannya. "SERIUSS?!"
"Yeah, why not."
Gadis itu melompat senang sambil tersenyum lebar, "Lo ga lagi becanda kan?" ia menatap Arsen dengan mata yang berbinar-binar.
Arsen hanya mengangkat kedua alisnya sekilas. Gadis itu manis, hanya itu yang ada dipikirannya saat ini.
"Gue boleh minta nomer lo kan?"
"DM aja, nanti gua kasih. Tapi jangan kasih ke siapa-siapa."
"Okayyy!" gadis itu tersenyum lebar lagi kemudian menyingkir, seolah membiarkan Arsen pergi dari sana.
Arsen mengenakan helmnya kemudian melajukan motornya dengan cepat meninggalkan Ratu sendirian disana.
~~~
Arsen memarkirkan motornya digarasi rumahnya. Ia menatap sepasang sendal hitam didepan pintunya. Siapa yang datang? Bukannya, Elsa dan Karin sudah pulang?
Ia membuka pintu rumahnya perlahan, takut ada maling yang datang kerumahnya. Ia tak bisa melihat siapapun, tapi ia bisa mendengar suara yang berasal dari dapur rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSEN (END)
Teen FictionKalau kata orang, cinta itu bagian dari hidup. Tapi, tidak bagi Arsen. Arsen Raditya Arkharega, hanya seorang siswa SMK biasa yang menjadi pujaan hati para wanita karena parasnya yang diatas standar. Ia benci dibilang tampan. Karena baginya, itu ha...