Bel istirahat berbunyi sedikit terlambat. Arsen dan teman-temannya melesat dengan cepat menuju kantin dan berhasil mendapatkan tempat duduk terakhir yang hampir saja ditempati orang lain.
Mereka ber 8 duduk di 2 bangku yang ditengahi oleh sebuah meja lebar.
"Makan apa hari ini?" tanya Gazza, antusias. Sambil memukul-mukul meja itu.
"Hari ini jadwal siapa yang mesen?" tanya Arsen, menatap ke 7 teman-temannya itu satu-persatu.
"Hari ini jadwalnya Ganang sama Adit guys!" sahut Micho, ia menatap Ganang dan Adit sembari menaik turunkan alisnya.
Ganang mendesah lelah, ia mengusap wajahnya dengan kasar. "Mesen apaan lu pada?"
"Bubur ayam sama air mineral yang botol, 1." sahut Arsen, matanya masih fokus pada ponsel di hapenya.
"Samain aja ya semuanya?" tanya Aldo, laki-laki itu menatap teman-temannya satu persatu.
Akhirnya mereka hanya mengangguk pasrah dan memberikan uang mereka pada Ganang dan Adit yang langsung pergi memesan makanan dan minuman.
Tak lama kemudian, 2 laki-laki itu mulai mondar-mandir mengantarkan makanan dan minuman milik teman-temannya itu. Tak sampai 10 menit, mereka sudah duduk rapih ditempat duduk mereka dan memulai ritual makan mereka.
Arsen masih fokus pada ponselnya, dengan tangan kanannya yang perlahan menggapai sendok bubur kemudian menyuapi sesendok bubur itu kedalam mulutnya.
Ia mengunyahnya perlahan, hendak menelan namun tiba-tiba itu terdiam. Raut wajahnya berubah, dahinya berkerut kemudian ia memuntahkan seluruh isi makanan dimulutnya dan mulai batuk-batuk.
Keadaannya mulai kacau saat murid-murid dari meja lain mulai menatap mereka, berpikiran yang tidak-tidak.
Ditambah lagi dengan ke 7 temannya itu yang sedang panik dan tidak tau harus berbuat apa. Arsen tidak mengatakan apapun, ia hanya terus batuk-batuk dan bibirnya langsung tampak pucat.
"Eh, Reg. Lo kenapa bego, jangan nakut-nakutin!" Ganang mengusap punggung Arsen dengan tidaa sabaran.
"Lu sakit, Reg? Lu kenapa anjir, ngomong dong!" tambah Bagas yang berdiri disisi kiri Ganang.
Sisanya hanya diam, menatap keadaan itu dengan takut-takut. Verdo berjongkok dihadapan Arsen, mengusap dada laki-laki itu dan bertanya dengan lembut, "Rega, kamu kenapa? Ga enak badan?"
"B-bawang.."
"Bawang?!" kaget mereka, bersamaan.
Ganang menoleh kearah Adit, "Dit, lo ga nyuruh abang-abangnya buat ga pakein bawang ke mangkoknya Arsen?"
"Gua udah bilang kok. Kayak biasa, kan? Ga pake daun bawang, ga pake seledri, dan ga pake bawang goreng?" sahutnya, panik juga.
Ganang berdecak kesal, tangannya masih tetap mengusap punggung Arsen.
"Aduh, cari mati dia. Dia bisa masukin bawang ke mangkok siapapun, tapi kenapa harus mangkok Arsen?" tanya Bagas, sebal.
Arsen tiba-tiba bangkit dan berlari pergi sambil sempoyongan, meninggalkan teman-temannya yang masih terpaku disana.
Verdo langsung berlari dan menyusul Arsen setelah ia menyadarkan ke 6 teman-temannya yang melamun karena keadaan itu.
"Do, bawain air putihnya si Rega." perintah Ganang, sambil menatap Aldo.
Aldo meraih botol air mineral Arsen kemudian berlari menyusul Arsen dan Verdo.
"Gazza, Micho. Lo urusin dulu deh urusan disini." perintah Ganang lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSEN (END)
Teen FictionKalau kata orang, cinta itu bagian dari hidup. Tapi, tidak bagi Arsen. Arsen Raditya Arkharega, hanya seorang siswa SMK biasa yang menjadi pujaan hati para wanita karena parasnya yang diatas standar. Ia benci dibilang tampan. Karena baginya, itu ha...