BAB 5 (Berdua di Depan Tiang Bendera)

656 37 0
                                    

Klik Bintangnya dulu dong, sebelum baca....
______________________________________

Malam ini terasa amat dingin, jam menunjukkan pukul satu malam saat Shea terpaksa bangun karena mimpi itu lagi. Dan disinilah dia, berdiri di balkon kamarnya. Merasakan hawa dingin yang menyengat memasuki lapisan kulitnya.

Sambil mengeratkan sweater, ia mendongakkan wajahnya yang dipenuhi kringat dan bekas air mata. Dimana tempat bintang bintang sedang bersinar terang digelapnya malam.

"Bunda, aku mimpi kejadian itu lagi. Hatiku rasanya sakit jika kejadian itu selalu masuk ke dalam mimpiku." Sambil mengelap bekas air matanya.

Iya, kejadian menyeramkan yang dialami Shea enam tahun lalu saat dia masih berumur sebelas tahun. Kejadian yang menimbulkan rasa trauma mendalam yang selalu bertambah saat setiap kali ia terlelap dalam tidurnya.

"Bunda, Aku selalu dibayang bayangi muka laki-laki itu. Lelaki yang selama seminggu ini menghiasi hari hariku." Ucapnya sambil tersenyum manis.

"Aku gak tau bun perasaan apa yang aku rasakan. Tapi yang jelas, aku nyaman di dekat dia. Gak mungkin kan bun aku suka sama dia?"

Selama seminggu ini dia memang dekat dengan Nathan karena paksaan Rama yang selalu mengajak Nathan jikalau dia menghampiri Fehili. Alhasil, Nathan pun akhirnya bisa lebih dekat dengan Shea.

Apa kalian tahu kenapa Rama selalu menghampiri Fehili akhir akhir ini? Apalagi alasannya jika bukan karena mereka menjalin hubungan. Iya, Fehili akhirnya menerima perasaan Rama.

"Gak mungkin lah gue suka dia." Jawabnya sendiri sambil geleng-geleng kepala setelah melontarkan pertanyaan konyol itu.

Tanpa ada yang tau, Sean yang berada di balkon sebelah kamar Shea merekam semua suara yang dikatakan adik kesayangannya itu.

Dia belum tidur karena menunggu ayahnya pulang dari kantor. "Oh ternyata dia bukan pacar kamu She? Dan ternyata kamu lagi suka sama dia?" ucap Sean sangat pelan yang hanya bisa didengar olehnya sendiri.

"Bunda, ayah semakin lama semakin gak pernah ngurus badannya sendiri. Dia gila kerja semenjak bunda pergi. Shea takut Ayah kenapa-napa kalo ayah terus terusan kayak gitu." Ucapnya sendu menatap salah satu bintang yang bersinar sangat terang dari bintang lainnya.

"Tapi bunda tenang aja, Kak Sean gak pernah bikin masalah kok bun. Oh ya, kak Sean juga dapat beasiswa selama empat tahun sampai dia dapat gelar S1 lo bun. Jadi dia cuma harus fokus kuliah aja, gak perlu repot-repot minta uang ayah. Keren kan."

Sean tertegun mendengarkan ucapan yang dilontarkan Shea. "Kamu yang keren Shea, bukan kakak." Bisik Sean sambil tersenyum.

"Bunda, Shea tidur dulu ya. Biar besok gak telat berangkat sekolahnya. I love you." Ucapnya, tersenyum.

Shea kembali berjalan masuk ke dalam kamarnya dan melanjutkan tidur yang sempat terganggu tadi.

Setelah Shea tertidur, beberapa menit kemudian mobil Ayahnya--Dhani Gabriell dengan sapaan Dhani--itu memasuki gerbang rumah. Sean yang tau ayahnya baru pulang, melirik ke arah jam dinding yang ada kamarnya.

"Jam dua kurang lima belas menit yah. Lumayan dari pada kemarin yang baru pulang jam setengah tiga pagi." Gumamnya, melangkahkan kaki ke dalam kamar.

###

"Shea bangun!!" Teriak Sean di depan pintu kamar Shea.

"She, kamu mau sekolah apa enggak?! Kakak berangkat sekarang, soalnya ada kuliah pagi. Cepetan bangun ini udah jam setengah tujuh, nanti kamu telat lagi kalo gak bangun sekarang!"
Mendengar suara kakaknya, dia langsung terbangun.

VILAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang