Shea sangat ingin bertemu Nathan. Tapi keadaannya tidak memungkinkan. Untuk duduk saja, pusing langsung menggelayutinya. Seperti ada beban berat yang bersarang di atas kepalanya.
Tapi bagaimana nasib Nathan saat ini. Apa Nathan dimarahi kakaknya karena kemarin malam mereka kepergok berciuman? Lebih tepatnya Shea yang mencium pipi Nathan. Apa saat ini kakaknya telah memukul wajah tampan Nathan, entahlah Shea tak tahu dan itu membuatnya penasaran.
Tiba-tiba pintu kamarnya kembali terbuka, ia kira hanya kakaknya saja yang sudah kembali dari menemui Nathan. Tapi di belakang kakaknya ada seseorang lagi yang ingin masuk ke dalam kamarnya. Saat orang itu bergeser, Shea terkejut karena orang itu adalah laki-laki yang ingin ia temui.
"Nathan pengen ketemu kamu dek." Ujar Sean, melangkah masuk yang diikuti Nathan di belakangnya.
'Syukurlah dia gak kena tinju kak Sean." Batin Shea lega yang melihat wajah lelakinya masih utuh tanpa bekas tonjokan.
"Nathan..."
"Aku disini." Ujar Nathan, memegang telapak tangan Shea. Dia mencoba tersenyum walau hatinya terasa sakit melihat gadisnya yang pucat seperti ini.
"Kok gak berangkat sekolah?" tanya Shea pelan.
"Aku bakal nemenin kamu disini."
"Jangan..." Sergah Shea. "Kakak juga harus berangkat kuliah."
"Enggak, kakak yang bakal jaga kamu. Nat, lo pergi aja. Nanti lo telat lagi." Paksa Sean yang tak mau meninggalkan adiknya.
"Pelajaran hari ini gak begitu penting kok, mendingan gue yang jagain Shea kak. Kakak aja yang berangkat, kuliah kan bayarnya mahal, eman-eman kalo gak di masukin." Jawab Nathan tak mau kalah.
"Bener juga kata Nathan kak, kakak harus kuliah yang bener supaya gak sia-sia." Ujar Shea yang ikut menimpali. Nathan teriak senang dalam hati karena ceweknya ini sangat peka dengan keadaan sekitarnya.
"Kalian sekongkol supaya kakak pergi ya?"
"Sekongkol? Buat apa?" Saut Shea pelan, memejamkan kedua matanya karena pusing kembali menyerangnya.
"Gue bakal bener-bener jaga Shea kok kak. Gue gak akan macam-macam, jadi gak usah kawatir." Saut Nathan cepat sebelum Sean semakin tak percaya dengannya.
Sean akhirnya mengalah untuk berangkat kuliah karena mata pelajaran hari ini sangat penting untuk dilewati.
"Ya udah Kakak pergi. Lo jangan macam-macam ke adek gue. Awas aja kalo lo modusin adek gue. Inget! Di rumah gak ada orang, Cuma kalian berdua."
"Gue juga masih inget masa depan kak. Jadi gak usah kawatir."
Mendengar jawaban Nathan, Sean mendekat ke arah telinga Nathan dan berbisik sangat pelan tapi sanggup membangunkan ketegangan Nathan.
"Gue tahu lo punya hubungan sama adek gue. Gue juga tahu kemaren malam apa yang terjadi di depan rumah. Kalau gue tahu lo apa-apain adek gue lagi, gue gak bakal segan-segan buat lo masuk rumah sakit. Inget itu!" tekan Sean dengan nada rendahnya agar tak terdengar Shea.
"Kakak pergi ya dek. Kamu baik-baik di rumah."
Sean mencium dahi Shea. Shea yang merasakan kecupan di dahinya langsung membuka mata dan tersenyum mengiyakan ucapan sang kakak.
Nathan pun mulai duduk di lantai samping kasur tempat Shea berbaring dan menatap ceweknya itu dengan menggenggam erat tangannya setelah Sean keluar dari kamar Shea. Baju seragamnya sudah di keluarkan, dasi yang menggantung di lehernya pun sudah masuk ke dalam tas yang ia taruh di atas meja belajar Shea. Tak lupa ia juga baru saja menghubungi Umar, Dia memaksa Umar untuk membuat surat izin untuknya dan Shea bagaimanapun caranya. Dan pastinya sekarang Umar sedang kalang kabut di sekolah karena paksaan dari sang pak bos.

KAMU SEDANG MEMBACA
VILAIN
Teen FictionANTI 21+! Gak ada adegan dewasanya! Cerita ini berlaku untuk semua kalangan. Shea adalah cewek bar-bar dan tukang bikin masalah dengan segudang masalah. Tapi karena salah satu masalahnya, tanpa sengaja dia mengenal seorang lelaki tampan di sekolahny...