BAB 24 (Help Me Nathan...)

329 12 0
                                    

Di sinilah Shea sekarang, duduk di dalam mobil Nathan dengan tatapan yang sama sejak lelaki di sampingnya menjemput ia di depan rumah. Iya, Shea memperhatikan Nathan dengan tatapan heran dan sedikit tak percaya.

Bagaimana bisa lelaki di sampingnya yang tepatnya sedang memegang kemudi itu lihai mengendarai mobil. Sejak kapan? Mengapa Shea baru tahu sekarang kalau Nathan juga bisa mengendarai mobil selain motor hitamnya itu.

“Kenapa lihatinnya kayak gitu?” ucap Nathan kala tahu bahwa cewek disampingnya sedang memperhatikan ia sedari tadi.

“Kok aku baru tahu sekarang kalo kamu bisa bawa mobil? Kok kamu gak pernah cerita sih?!” Kesal Shea yang melihat Nathan malah tertawa.

“Buat apa hal kayak gini di ceritain. Turun She.” Ajak Nathan saat mobilnya telah berhenti di parkiran.

Shea yang mendengar ajakan Nathan seketika tersadar dan langsung menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri saat mengetahui bahwa tempat ini sangat familiar.

“Hah? Kok ke sekolah, mau ngapain?” tanya Shea bingung, walaupun akhirnya ia melepas seatbelt dan berjalan keluar mengikuti langkah Nathan.

“Temenin aku main basket.” Jawab Nathan enteng sambil menenteng kaos basketnya.

Ia baru sadar bahwa Nathan saat ini telah memakai celana tim basketnya. Kenapa baru ngehnya sekarang.

Dan—tunggu-tunggu... kenapa Nathan menjemputnya hanya karena ingin ditemani bermain basket. Dia bisa kan bermain basket dengan temannya tanpa mengajak Shea.

Dan karena Nathan yang tak bilang-bilang, apakah Shea tidak salah kostum? Hais! Ia malah memakai dress biru langit seperempat di atas lutut dengan lengan se siku dan—high heels?! What?! Ya walaupun tingginya hanya lima centimeter tapi tetap saja penampilannya tidak cocok  berbanding terbalik dengan suasana di sekolah.

Ahhh... harusnya tadi ia memakai kaos dan celana jins dengan sneakers bukannya malah dress dan high heels.

“Nathan!!” tariknya pada lengan Nathan agar lelaki itu berbalik padanya.

“Apa?” tanya Nathan bingung setelah menghadap wajah gelisah sang pacar.

“Kamu kok gak bilang sih kalo mau ke sekolah? Aku kan jadi salah kostum!”

“Emang kenapa penampilan kamu? Cantik kok.” Jawab Nathan memperhatikan penampilan Shea dari atas sampai bawah.

“Ihhh... Masak aku pakek dress ke sekolah?!” rajuk Shea yang mulai kesal menatap Nathan.

Seketika Nathan yang baru menyadari penampilan Shea langsung tertawa terbahak bahak. Bagaimana bisa suasana sepi di parkiran dengan rajukan dari Shea malah membuatnya tertawa senang seperti itu.

“Kamu mau ngedate ya?” goda Nathan yang masih menyisahkan tawanya.

“Ishh__” dengan sekali hentakan pada kakinya, Shea melangkah ke arah gerbang sekolah.

“Ehhh... mau kemana?” tahan Nathan pada pergelangan tangan Shea.

“PULANG!”

“Sini dulu.” Tarik Nathan saat Shea mencoba melangkah kembali. Otomatis posisi Shea pun menghadap Nathan.

Dengan mata yang saling menatap meresapi kekesalannya dan Nathan yang dengan kegeliannya pada Shea, Nathan memakaikan jaket levis yang sedari tadi ia pegang ke badan mungil Shea. Jelas saja jaket itu terlalu besar di tubuh Shea. Lihat saja, sampai-sampai ujung jaketnya berada di setengah paha Shea.

“Jangan malu, kamu cantik kok pakek dress ini. tapi kalo masih malu, pakek aja jaket aku.”

“Ya kamu gak bilang-bilang kalo mau ngajak ke sekolah.”

VILAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang