BAB 4 (Plester Untuk Shea)

670 33 0
                                    

Jam istirahat pertama berbunyi nyaring yang menandakan murid-murid berhamburan keluar kelas untuk menuju ke arah kantin. Beda halnya dengan murid-murid lain yang baru keluar kelas saat bel sekolah berbunyi, Shea dan tiga temannya sudah nongkrong di meja bagian pojok kanan dekat pintu keluar kantin dari setengah jam yang lalu dikarenakan jam kosong saat pelajaran bahasa indonesia. Entahlah apa gurunya malas masuk ke kelas Shea atau lagi halangan, Shea tak peduli tentang hal itu.

Shea sedang berfikir, apa dia ceritakan saja kejadian kemarin sore pada teman-temannya. Toh di antara mereka selalu terbuka satu sama lain jika suatu hal sedang menimpa salah satu dari mereka.

Shea masih berfikir sambil menyisir rambut panjangnya yang hampir sepunggung dengan jari tangan bertujuan untuk menutupi bekas keunguan di leher samping kirinya.

‘Ah, jangan lah. Toh tidak begitu penting.’ batin Shea.

“Ihh, itu punya baby kitty kok di ambil si!!” Lamunan Shea buyar saat Fizka tiba-tiba berteriak.

Fina yang baru saja mengambil salah satu pentol dari mangkuk Fizka hanya menyengir dan langsung melahapnya.

“Satu aja pelit banget sih.”

“Nih gue gantiin punya gue mau?” tanya Shea, menyodorkan mangkuk baksonya.

“Mau.” Jawab Fizka dengan wajah berbinar.

“Mienya aja tapi.” Tawar Shea dengan menarik mangkoknya kembali membuat Fina dan Fehili tertawa terbahak-bahak di ikuti Shea setelahnya.

“Ish,.. Jahat banget sihh.”

###

Nathan yang baru masuk ke area kantin bersama dua temannya otomatis menjadi pusat perhatian para kaum hawa yang berada di kantin, tapi Shea dan ketiga temannya belum juga menyadari ada most wanted yang berdiri di dekat pintu masuk kantin karena asik menertawakan Fizka.

Hal itu membuka banyak peluang Nathan untuk mengarahkan perhatiannya ke meja yang di tempati Shea.

‘Manis’ Batin Nathan saat melihat Shea tertawa bersama teman-temannya.

“Aduh pacar gue cantik banget kalo lagi ketawa.”

“Emang lo udah diterima Ram sama Hili? Perasaan Hili gak jawab ajakan lo buat pacaran deh” goda Umar. Satu orang ini memang sangat usil dan suka sekali menggoda temannya sendiri.

“Bukan gak jawab tapi masih belum dijawab. Dia masih mikir o’on.” Geplak Rama di atas kepala Umar sebelum duduk di meja dekat meja Shea.

"Aduh! KDRT lo." Keluh umar, mengelus kepalanya.

“Udah udah sana pesen gih mar.” Suruh Nathan kepada umar saat mereka telah menduduki salah satu meja kantin yang kosong.

“Lah kok gue sih bos yang disuruh pesen. Nih Rama aja.”

“Gue yang traktir, sana pesen terserah lo mau apa sama minumnya.” Ucapnya sambil mengeluarkan uang lima puluh ribu kepada Umar.

“Kalo gini mah gue mau bang Nathan yang ganteng. Ram, ikut gue. Lo yang beli minumannya.” Jawab Umar memperlihatkan wajah cengengesannya sambil memiting leher Rama untuk berdiri membeli makanan beserta minumnya.

Pandangannya mengarah pada Shea yang duduk sambil terus mencoba menutupi lehernya dengan rambut panjang yang dia miliki. Tiba-tiba Shea berdiri dari tempat duduknya dan berjalan sendiri keluar dari kantin.

Tanpa pikir panjang, Nathan meninggalkan kantin mengikuti langkah Shea yang mengarah ke toilet perempuan. Dia tak peduli jika nanti teman-temannya bingung mencari kemana dia menghilang. Saat Shea masuk ke dalam toilet, dia memilih menunggu di depan toilet karena akal sehatnya masih ia miliki untuk tidak menyerobot masuk keruangan itu.

VILAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang