BAB 11 (Whisper)

482 21 0
                                    

Pagi ini Shea harus bangun pagi karena Nathan akan menjemputnya. Tak hanya di jam beker, dia juga memasang alarm di ponselnya. Sampai mewanti-wanti Bik Nani untuk membangunkannya tepat waktu jika ia belum bangun. Tapi apa yang terjadi membuat Shea terheran heran sendiri karena ia bangun sebelum alarm menyala. Dengan mata yang masih menahan kantuk, Shea menoleh ke arah jam dinding.

"Jam lima? Hebat banget." Ucap She sambil menguap. Bagaimana tak hebat, dia sering terbangun tengah malam karena mimpi buruk. Hal itu membuatnya susah tertidur kembali. Dan saat dia mencoba untuk tidur lagi, maka ke esokan harinya ia akan bangun kesiangan.

Dengan berandalkan sedikit kesadaran yang ia miliki, Shea berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri. Memakai seragam sekolah, membenahi penampilannya, memasukkan peralatan sekolah ke dalam tas ransel biru toskanya, lalu turun ke bawah untuk sarapan.

Sejenak ia termangu di pertengahan tangga karena melihat ayahnya-Dhani-duduk di meja makan, bertopang siku pada meja yang sedang membaca koran. Sesaat Dhani menoleh ke arah ia berdiri.

"Kenapa diam? Sini Shea." Ujarnya, melihat anak kesayangannya yang tumbuh dengan cantik.

Shea yang mendengar ayahnya memanggil namanya langsung berlari dan menubruk tubuh yang berusia setengah abad itu.

"Ayah tumben masih dirumah? Aku kangen." Ucap Shea, memeluk erat ayahnya. Dhani-ayah Shea merasakan hatinya seperti di sayat saat Shea berkata seperti itu.

"Ayah juga kangen. Kamu tumben udah bangun?"

Shea melepaskan pelukan Dhani dan duduk di samping kanan kursinya.

"Mulai hari ini mau di jemput temen, jadi harus terbiasa bangun pagi supaya gak telat." Jawabnya, menyengir kuda.

"Temen apa temen? Jangan - jangan udah punya pacar nih, terus minta jemput."

"Apaan sih ayah ngaco. Temen beneran." Seketika wajah Shea terasa panas karena godaan ayahnya

"Laki? Ganteng gak? Kalo gak ganteng mah kamu payah."

"Ganteng tau. Malahan kalo di sekolah, dia itu terkenal banget."

"Ohh-jadi laki? Beneran emang gak pacaran? Kok kayaknya belain banget" sindir Dhani, mulai memancing anaknya.

"Ihh, apaan sih ayah gak jelas. Kakak mana kok gak muncul?"

"Tadi udah berangkat subuh - subuh. Katanya ada urusan penting."

"Ayah sama Kakak jarang kelihatan di rumah. Aku jadi kesepian." Shea menggigit roti panggang buatan Bik Nani, memandangi wajah-Dhani-ayahnya dengan raut sedih. Lagi, Dhani merasa hatinya perih mendengar tuturan anak gadisnya itu.

"Maafin Ayah ya Sayang. Mulai sekarang, Ayah akan luangin waktu buat Shea." Mengusap lembut sebelah pipi Shea.

"Iya-Ayah harus."

'Tin!'

"Temen aku udah jemput." Ujar Shea bangun dari duduknya.

"Ayo Ayah anterin ke depan. Sekalian lihat pacar ganteng kamu." Menggandeng Shea menuju ke depan. Di sana-depan gerbang, ada Nathan yang berdiri di samping motornya.

"Ayah... Dia temen aku, bukan pacar." Bisik Shea.

"Pagi Om." Sapa Nathan saat Shea dan Dhani sampai di depan gerbang, tepatnya di depan Nathan.

"Pagi." Nathan langsung menyalimi Dhani.

"Saya Nathan, teman Shea Om. Saya mau ngajak berangkat bareng. Boleh Om?"

"Boleh, asal anak saya gak kamu nakalin aja."

"Ayah-" Bisik Shea, mencubit lengan Dhani.

"Saya bakal jagain Shea Om."

VILAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang