BAB 17 (Ternyata)

358 15 0
                                    

‘Suara itu? Suara...’ batin Shea yang tercekat mendengar suara dari arah belakangnya karena dia sedang membelakangi arah suara itu berasal. Dia sangat mengenal suara itu.

###

“Mama bawa siapa ke rumah?” tanyanya menghadap ke arah Shea yang masih membelakanginya. Dia merasa  familiar dengan bentuk dan tinggi cewek yang ada di depannya meskipun cewek itu masih membelakanginya. Kira-kira siapa yang di bawa mamanya ke rumah?

Saat Shea masih gugup, ia menoleh ke arah samping saat menemukan helm yang biasa ia pakai kalau satu motor dengan Nathan di atas nakas samping pintu. Dia semakin tercekat, dia lupa dengan helmnya tadi siang! Dia tak sengaja meninggalkannya di atas motor Nathan. Berarti helmnya di bawa Nathan pulang dong? Jadi motor yang di depan itu? Jadi suara itu? Jadi helm itu?

“Kenalin, ini Shea." Nathan terpaku mendengar ucapan mamanya. Shea? Kenapa namanya sama persis dengan gadisnya?

"Tadi mama hampir di rampok sayang, mama takut banget. Untung ada Shea, dia yang nolongin mama saat di rampok tadi. Ohh ya, katanya Shea juga satu sekolah sama kamu. Coba kamu lihat, apa kamu kenal Shea?” Lanjut Ana—Mama Nathan—membalikkan tubuh Shea yang masih membelakangi Nathan.

“Itu anak ibu, namanya Nathan.” Lanjut Ana mengenalkan Shea pada Nathan

Otomatis kedua mata mereka terbelalak saling menatap tak percaya dengan siapa di depannya. Disana ada Nathan yang terlihat memakai kaos putih se-lengan dengan tangan saling menaut di depan dada sedang berdiri di tangga terakhir.

Shea meremas ujung kemeja sekolahnya erat-erat, sementara Nathan menelan salivanya. Ini benar – benar suatu keajaiban. Bagaimana bisa mereka bertemu dalam waktu yang seperti ini?

“Nathan? Kok diam? Kamu kenal sama Shea?” tanya Ana heran dengan anaknya yang masih diam membeku setelah melihat gadis yang ia bawa ke rumah.

“Dia temenku.” Jawab Nathan mencoba bersikap biasa meskipun masih ada rasa kaku tak percaya Shea bisa ada di rumahnya.

“Jadi kalian udah saling kenal? Bener She?” Ana tersenyum menghadap Shea.

“Iya Bu.” Ucap She, menunduk malu untuk sekedar mengangkat kepala.

“Wah mama nggak nyangka kalian udah saling kenal. Ya udah kalo gitu kalian bicara aja dulu. Mama mau ke dapur nyiapin makan malam kita.”

“Bu, biar Shea bantu ya?”

“Nggak usah sayang, kamu temani Nathan aja. Bincang-bincang, kan kalian udah saling kenal.” Ana mengedipkan sebelah matanya kepada Nathan saat melangkah pergi.

Nathan yang menangkap sinyal godaan dari mamanya hanya menghela nafas pasrah.

“Kamu mau berdiri terus disitu She?” tanya Nathan mendekat lalu menarik lengan Shea tanpa aba-aba ke arah lantai atas melewati tangga. Shea yang merasa di tarik ke lantai atas langsung melepaskan pegangan tangan Nathan pada lengannya di tengah-tengah tangga.

“Kita mau kemana?”

Bukannya menjawab, Nathan malah berteriak kencang yang membuat Shea semakin tercekat dengan keadaan saat ini.

“Ma! Aku ke kamar sama Shea! Pengen ngobrol!”

“Iya! Hati-hati ya?!”

Setelah mendengar balasan dari mama Nathan yang berada di dapur, Shea melotot di buatnya. Sementara Nathan tersenyum dengan kemenangannya. Tanpa lama-lama, Nathan langsung menarik kembali tangan Shea menuju ke kamarnya.

Sesampainya di dalam kamar, Nathan melepas cekalannya pada tangan Shea dan langsung menutup pintu. Shea bukannya takut dengan Nathan yang tiba-tiba menutup pintu, tapi dia terkagum melihat kamar lelaki ini. Sunggu! Kamar ini sangat menarik. Lihat saja bagaimana bentuk kamar Nathan.

VILAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang