Di depan sana ada laki-laki itu. Orang yang sama dengan yang waktu itu menolongnya saat pingsan di saat upacara, yang menolongnya dari kejadian permerkosaan, kejadian yang hampir membuat dia melepas keperawanannya pada lelaki jahanam, orang yang sama dengan orang yang menciumnya tadi.
“SHEA!”
Apa yang harus Shea lakukan saat ini. Dia belum siap bertemu lelaki tampan itu. Dia masih ingat ciuman tadi, ciuman pertamanya. Rasa hangat yang menyalur sampai ke hatinya saat ciuman itu berlangsung masih terekam di dalam otak Shea. Ingin rasanya ia berlari sejauh mungkin dan bersembunyi dari laki – laki itu.
“Hil, gue jadi kan pulang bareng mobil lo berempat?” tanya Shea panik dengan sendirinya.
Fehili yang tahu situasi, langsung mendorong Shea maju ke arah Nathan yang berjalan ke arah mereka.
“Nggak jadi. Sana, tuh pangeran lo nungguin mungkin dari tadi.”
“Fehili! Plis tolongin gue, ayo buka kunci pintu mobil lo cepetan!” geram Shea kalang kabut saat Nathan hampir sampai di depannya.
“Gue gak mau.”
“Fehi—“
“Udah She, sana.” Dorong Fina saat Nathan sudah berada di depan mereka.
“Ehh, bang Nathan. Nih princesnya udah siap pulang bareng pangeran.” Sapa Fizka menggoda.
“Boleh gue bawa Sheanya?” tanya Nathan seolah-olah tak terjadi apa-apa sebelumnya.
“Aku pulang bareng mere—“
“BOLEH!!” teriak ketiga cewek itu sebelum Shea menyelesaikan ucapannya.
‘Bangsat lo bertiga!’ batin Shea menatap sengit ketiga temannya.
“Ayo She.” Ajak Nathan menarik tangan Shea menuju motornya terparkir.
###
Angin segar menerpa wajah Shea yang berada di belakang Nathan membuatnya terasa nyaman, tapi tidak untuk saat ini. Karena insiden tadi, dia jadi gugup setengah mati dengan Nathan yang hanya diam dari tadi di balik helm Full facenya.
“Kita mampir beli helm ya?”
“A..apa? Aku gak denger.” Saut Shea tergugup.
“Kita beli helm dulu buat kamu.”
“Kenapa?” tanyanya bingung karena Nathan tiba – tiba mengusulkan hal itu.
“Untuk keselamatan kamu. kamu gak pernah pakek helm. Emang kamu mau kenapa – napa di jalan?”
“Enggak mau.” jawab Shea cepat.
“Ya udah kita mampir beli helm dulu.” Ucap Nathan final.
Akhirnya mereka berhenti di pinggir jalan tepat di depan toko helm. Dan pilihan Shea jatuh pada helm merah bergambar jarum jam di samping kanan kiri helmnya. Setelah Nathan membayar, mereka melanjutkan perjalanan yang sebelumnya Nathan memasangkan helm itu di kepala Shea yang makin membuat Shea bertambah gugup dengannya.
“Loh Nathan, k...kok kita malah kesini?”
“Aku laper. Kita makan dulu.” Ajak Nathan yang dengan sengaja menarik tangan Shea dan menyuruhnya duduk di kursi.
“Kok kamu mau makan di sini?” Tanya She setelah terduduk di kursinya. Iya, dia heran kenapa tiba – tiba Nathan membawanya ke pedagang kaki lima di pinggir jalan raya. Bukan karena ia tak mau atau jijik jika makan di sini, tapi dia tak habis pikir pada Nathan. Menurutnya, orang seperti Nathan itu tongkrongannya di tempat mahal – mahal. Tapi ini apa? Malah sebaliknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
VILAIN
JugendliteraturANTI 21+! Gak ada adegan dewasanya! Cerita ini berlaku untuk semua kalangan. Shea adalah cewek bar-bar dan tukang bikin masalah dengan segudang masalah. Tapi karena salah satu masalahnya, tanpa sengaja dia mengenal seorang lelaki tampan di sekolahny...