BAB 2 (Pertemuan)

911 58 1
                                    

Jangan lupa klik BINTANG di pojok bawah ya.....

____________________________________

Disebuah ruangan bernuansa putih bersih yang dilengkapi beberapa kasur sedang dan gorden pembatas dengan bau khas berbagai macam obat, Shea terbangun dari tidurnya. Dia mengernyit menatap sekelilingnya, kepalanya terasa pening saat dia mencoba bangkit untuk duduk dari posisi tidurnya. Sambil memegang kepalanya, Shea mencoba bangkit kembali.

“Udah bangun She?”

Shea menoleh ke arah orang yang baru datang.

Bukannya menjawab pertanyaan yang dilontarkan Fina, Shea malah berbalik bertanya.“Gue pingsan ya fin?”

“Bukan hanya pingsan, lo bikin upacara yang lagi berlangsung jadi gaduh gara-gara lo mati tepat di depan tiang bendera.”

“Ah masa?” dengan wajah bengongnya dia tak percaya dengan ungkapan yang di ucapkan Fina padanya. “Terus siapa yang bawa aku kesini?” sambungnya.

“Gila, Nathan si dewa super tampan itu yang nolongi lo. Dia langsung lari pas lihat lo tiba-tiba tumbang gitu, terus boyong lo kesini deh. Bikin gempar satu sekolah aja.” Bukan Fina yang menjawab pertanyaan Shea, melainkan Fizka yang baru masuk dengan wajah di buat se alay mungkin dan di ikuti Fehili di belakangnya.

“Alay lo ndro.”

Shea tertawa mendengar respon Fehili pada ucapan yang dilontarkan Fizka tadi. Seketika dia ingat ke kilasan tadi pagi saat dia hampir kehilangan kesadaran, tak hanya namanya saja yang ia dengar saat temannya berteriak. Tapi nama Nathan pun di teriaki sebagian orang yang ada dilapangan.

“Nathan siapa?” tanya Shea.

“Lo itu kurang update atau gak tau sama sekali sih? Udah sekolah di sini dua tahun lebih tapi masih aja gak kenal anak satu sekolah sendiri.”

“Tau Fiz, dia mah orang utan. Kapten tim basket sekolah aja gak tau.” Tambah Fina.

“Dia gak kenal siswa di sekolah, tapi satu sekolah kenal dia. Soalnya dia ratu yang suka bikin ulah.”

Shea hanya mendengus mendengarkan sahutan Fehili.

“Nih makan, lo belum makan kan makanya tadi tumbang” ucap Fehili sambil menyerahkan bungkusan plastik putih yang berisi nasi padang kepada Shea.

“Gue takut lo gak suka bubur, jadi gue beliin nasi padang itu di depan sekolah”

“Ih, apaan sih mami Hili. Tadi kan itu dibeliin bang Nathan bukan lo!” seru Fizka yang tak terima.

‘Nathan lagi? Kenapa dia bersikap peduli padahal kan gue gak pernah kenal dia. Terus Nathan kemana, kok gak kesini langsung buat anterin makanannya?’ Batin Shea.

“Gue tau lo pasti bingung kan mikirin Nathan, gue juga. Tadi dia mau kesini ngasih nasi itu, tapi di tengah jalan dia di suruh ke ruang guru. Jadi yah,.. dia titip bungkusan ini ke kita deh.” Jawab panjang lebar fizka.

Tanpa pikir panjang, Shea langsung makan makanan yang katanya dari Nathan itu karena perutnya sudah tak kuat menahan rasa lapar.

###

“Hehh.. Diem gak lo!!” sentak Fina pada beberapa perempuan yang bisik-bisik bahkan ada yang sengaja menyindir Shea karena kejadian tadi pagi di lapangan sekolah saat mereka melewati lorong kelas dua belas yang di dipenuhi beberapa siswa pada jam istirahat kedua berlangsung.

“Sana pergi!! Bukannya jajan dikantin ngisi perut malah ngegunjingin orang lo. Iri lo sama Shea? Sana suruh Nathan buat gendong lo lo pada kalo  iri” timpal Fizka yang tak kalah galak.

VILAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang