SPD-09| Mulai Dekat

17.6K 739 1
                                    

"Icha!"

"Ichaaa!"

"Eh, i-iya Pak?" Icha tersadar dari lamunannya lalu menatap Arkan.

"Kita udah sampai." Ucap Arkan.

Icha mengedarkan pandangannya kesegala arah lalu menatap Arkan nyengir, memperlihatkan deretan gigi putihnya.

Arkan menggelengkan kepalanya pelan seraya menghela napas. "Ayo turun!" Ajaknya.

Arkan turun dari mobil lalu membuka pintu samping kemudi. Tangannya terulur yang langsung disambut oleh Icha. Keduanya tersenyum lalu berjalan seraya bergandengan tangan menuju rumah Icha.

Senyuman Icha seketika lenyap saat melihat kakaknya berdiri disamping pintu menatapnya sinis.

"Kakak..." Lirih Icha.

"Cih, kemana aja lo? Gak pulang-pulang dan sekalinya pulang bawa cowok. Kenapa gak sekalian aja elo gak balik lagi kesini." Aldy berdecih lalu berjalan seraya menyenggol bahu Icha kuat. Ia menaiki motornya lalu melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan Icha yang mematung di tempat.

Tepukan dibahu membuyarkan lamunan Icha. Ia tersenyum saat tangan Arkan kini mengusap bahunya pelan hingga mampu membuatnya tenang.

"Assalamualaikum!" Icha memasuki rumah diikuti Arkan dibelakangnya.

"Waalaikumsalam. Ya allah Icha, Mama khawatir sama kamu. Untung saja tante Widia telpon Mama semalem." Ucap lidya seraya memeluk Icha erat.

"Maafin Icha, Ma."

"Iya sayang, maafin Mama juga."

Lidya melepas pelukannya lalu berjalan ke belakangan Icha, dimana ada Arkan yang tersenyum hangat padanya.

"Siang, Tante." Arkan mengulurkan tangannya.

Lidya tersenyum seraya menyambut tangan Arkan dengan senang hati. Disaat Arkan membungkukkan tubuhnya untuk mencium punggung tangannya. Lidya mengusap surai hitam legam itu lembut.

"Mama, nak. Panggil aku Mama, seperti Icha yang memanggil Ibu pada Ibumu." Pinta Lidya.

"Baik, Ma." Ucap Arkan membuat Lidya tersenyum haru.

💼💼💼

"Saya pulang dulu ya, Cha." Ucap Arkan setelah sampai didepan pintu mobilnya.

"Mmm... Pak?" Panggil Icha ragu.

"Iya?"

"Icha harap besok kita bisa bersikap biasa seperti hari pertama kita bertemu dikampus."

"Loh, kenapa?" Tanya Arkan tak mengerti.

"Bapak tahu sendiri kan, kalo semua mahasiswi dikampus mengidolakan Bapak. Kalo sampai mereka tahu kita dekat, bisa-bisa Icha dicabik-cabik sama mereka."

Arkan terkekeh mendengarnya.

"Iiiih Bapak, Icha serius."

"Iya, iya, saya tahu. Tapi itu hanya berlaku saat dikampus saja kan?"

"Iya, Icha kan tahu. Kalo Bapak itu gak bisa jauh dari Icha. Secara, pesona Icha itu udah meluluhlantahkan hati Bapak." Ucap Icha percaya diri seraya menaik turunkan sebelah alisnya.

"Ih Annoying!"

"Alah, ngaku aja deh Pak."

"Kalo iya memangnya kenapa?" Tanya Arkan seraya mendekatkan wajahnya pada Icha.

Dengan refleks Icha mundur, ia menggigit bibir bawahnya seraya tangannya meremas sisi baju. Arkan yang melihatnya merasa gemas, ia terkekeh seraya mengacak-acak rambut Icha.

"Yaudah, kalo gitu saya pulang. Sampai ketemu besok." Arkan membuka pintu mobil, tapi ia tidak langsung masuk. "By the way, saya suka cara kamu berbicara dengan saya sekarang. Berawal dari saya, aku, dan terakhir Icha. Saya tahu, kamu menyebut namamu sendiri hanya pada orang-orang terdekatmu. Dan sekarang kamu melakukan itu pada saya." Arkan mengedipkan sebelah matanya membuat Icha salah tingkah.

Saat Arkan hendak masuk kedalam mobil, Icha memegang tangannya hingga membuat pergerakkannya terhenti. Ia menoleh dan seketika terpana saat melihat senyuman Icha.

"Hati-hati dijalan, Pak."

TBC.

Saranghae, Pak Dosen!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang