SPD-26| Bocah Tengil

13.3K 546 9
                                    

"Assalamualaikum." Seruan dua pria membuat obrolan Icha dan Della terhenti.

"Wa'alaikumsalam."

Icha dan Della berdiri dari duduknya lalu tersenyum saat melihat suami masing-masing yang kini berjalan mendekat kearah mereka.

"Mas Arkan kok tahu Icha ada disini?" Ucap Icha seraya meraih tangan Arkan lalu dikecupnya.

"Iya, tadi Mas udah kerumah, tapi kamunya gak ada. Yaudah, Mas kesini bareng Devan." Ucap Arkan seraya menarik Icha duduk di sofa.

"AYAAAAH!" Pekik Vano dan Vina seraya berlari dari dapur kearah Devan dan memeluknya.

"Hai sayang, duh anak-anak Ayah bahagia banget kayanya." Ucap Devan seraya memangku keduanya bersamaan.

"Iya dong kan ada Aunty can-" Vano menghentikan ucapannya, ia manatap Arkan yang tengah merangkul Icha. "Jadi, Aunty cantik istlinya Om Sipit? Yaaaah... gagal deh buat Aunty cantik jadi pacal Vano." Celetuk Vano.

Arkan melotot seketika, "heh! Bocah tengil! Maksudnya apaan hah?" Ucap Arkan galak.

"Halusnya Aunty cantik jangan mau sama Om sipit, gimana mau jagain Aunty kalo pelototin mata aja gak bisa."

"Hahahahaha...."

Tawa semuanya pecah mendengar penuturan Vano, kecuali Arkan yang terdiam seraya menatap Vano tajam. Ia mengeratkan pelukannya pada Icha seraya mengecup pipinya, memperlihatkan pada Vano bahwa hanya ia yang bisa memiliki Icha.

Vano mendengus kesal lantas ia turun dari pangkuan Devan. Berjalan kearah Icha yang masih dalam dekapan Arkan.

"Aunty... gendooong.." Ucap Vano merentangkan kedua tangannya seraya menunjukan puppy eyesnya.

Icha yang tahan dengan tingkah menggemaskan Vano, melepaskan pelukan Arkan lalu mengangkat Vano didudukkan dipangkuannya.

Tak menyia-nyiakan itu, Vano memeluk leher Icha erat dengan menenggelamkan wajahnya membuat Icha terkekeh karena geli.

Arkan semakin jengkel melihat Vano. Ia lantas berdiri dari duduknya membuat semua orang menatapnya heran.

"Mas-"

"Kita pulang!" Ucap Arkan final, menurunkan Vano dari pangkuan Icha lalu menarik tangan Icha hingga berdiri disampingnya.

"Mas cemburu sama Vano?" Tebak Icha.

"Enggak!"

"Bohong. Mas cemburu kan? Ayo ngaku."

"Ngapain juga harus cemburu sama anak kecil."

"Yaudah, kalo gitu Icha mau gendong Vano lagi."

"Enggak! Kita pulang. Besok kan kita berangkat camping. Jadi sekarang harus istirahat total."

"Alesan!"

💼💼💼

"Mas," Panggil Icha seraya memegang tangan Arkan yang melingkar diperutnya.

"Hmm.." Arkan bergumam seraya mengecup bahu Icha.

"Liat deh, mereka kelihatan bahagia banget. Keluarga yang sempurna, saling melengkapi. Disaat Bang Devan kerja full seharian, Kak Della gak pernah mengeluh, dia selalu sabar mengurus anak-anaknya, dan dia juga gak lupa buat mengurus suaminya."

"Maafin Icha ya Mas, belum bisa jadi istri yang baik. Bahkan Mas kerja sampe Sore aja, Icha suka ngeluh dan ngomel-ngomel gak jelas." Ujar Icha seraya melihat keharmonisan keluarga Devan dari jendela kamarnya.

"Ya, semua suami pasti akan melakukan hal yang sama. Mereka mati-matian kerja karena ingin membahagiakan istri dan anak-anaknya. Begitu juga Mas, kerja double karena ingin menabung untuk masa depan kita nanti, masa dimana mereka hadir ditengah-tengah kita."

"Mereka?"

"Ya, mereka yang akan tumbuh dari sini." Ucap Arkan seraya mengelus perut Icha.

Icha tersenyum haru. "Jangan bosan buat bimbing Icha ya Mas."

"Iya, Kita masih sama-sama belajar, sayang. Jangan pernah ragu buat tegur kalau Mas ada salah, dan jangan lupa untuk selalu cerita sama Mas, karena suatu hubungan perlu yang namanya Komunikasi, sharing, saling berbagi cerita suka maupun duka. Rumah gak akan bisa kita pijak tanpa ada tangganya. Begitu juga kita, Harta gak bisa bikin kita bahagia kalo tidak ada kasih sayang dan kebersamaannya."

Tbc.

Saranghae, Pak Dosen!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang