Hay guys! Maaf bgt aku baru bisa update skarang. Aku janji rabu mau update tapi ngaret malah hari ini. Bukannya php atau apa. Tapi, aku tuh kemarin sakit sampe bener2 gak bisa bangun dari tidur. Tapi untungnya skarang udh agak mendingan. Cuma jalan aja masih agak sakit diperut.
Makasih ya, selalu setia sama cerita ini. Maaf kalo feelnya gak dapat atau mungkin banyak typo. Soalnya aku nulis ini dadakan bgt, baru nulis langsung kirim. Karena takut ngecewain kalian lebih lama. Happy reading, jangan lupa vomentnya 🙏💕
.............
"Mamaaaaa, Icha kangen!" Icha berlari menghampiri Lidya yang menyambut kedatangannya dirumah mertuanya itu.
"Mama juga kangen sama kamu. Gimana kandungan kamu, sehat?" Ucap Lidya seraya melepaskan pelukannya, menatap putri kesayangannya itu yang sudah lama tak ia temui.
"Alhamdulillah ma, sehat. Mama kemana saja? Mama baik-baik saja, kan?"
Lidya tersenyum lembut, ia mendengar jelas nada khawatir pada ucapan Icha. Tangannya terulur mengusap pipi Icha. "Maafin Mama yang jarang mengabari kamu, Mama baik-baik aja. Sekarang ini, Mama lagi bantu Aldy mengembangkan usaha Papa yang dulu sempat terbengkalai."
"Terus, sekarang, Kak Aldy mana?"
"Aldy masih kerja, tapi nanti malam dia bakal usahain datang, kok."
Icha mengangguk seraya tersenyum, lalu menggandeng tangan Lidya masuk kedalam rumah. Pekikan sikembar yang menyambut kedatangan Icha terdengar jelas. Ternyata keluarga Devan juga disana, membuat suasana rumah kian ramai.
"Vano, Vina, Aunty kangen banget sama kalian." Ucap Icha seraya memeluk keduanya secara bersamaan.
"Vano juga kangen Aunty."
"Vina juga."
Icha tersenyum lebar seraya mengusap rambut Vano dan Vina. Lalu tanpa sengaja pandangannya bertemu dengan Sasya yang tengah berdiri memeluk kaki Bundanya dari belakang.
Icha berjalan mendekat kearah Sasya, gadis itu terlihat murung membuat Icha mengerutkan keningnya. Tatapan jatuh pada Amel yg kini juga tengah menatapnya seraya mengangkat bahunya. Seolah tahu apa yang Icha pikirkan, Amel berjalan meninggalkan Sasya sendirian.
Sasya panik. Saat hendak berlari, tangannya ditarik kuat hingga tubuhnya masuk dalam lingkaran tangan Icha yang memeluknya erat.
"Sasya gak kangen Aunty? Padahal, Aunty kangen banget sama Sasya."
"Bohong!" Ucap Sasya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Setelah melepas pelukannya, Icha kaget. "Hey! Kenapa nangis? Jangan bikin Aunty khawatir, ada apa hemm?"
"Aunty udah gak sayang lagi sama Sasya, hiks!"
"Siapa bilang? Aunty sayang sama Sasya, sayang banget malah."
"Tapi Aunty gak pelnah nemuin Sasya. Aunty malah seling main sama Vano dan Vina. Meleka selalu celita kalo disekolah."
Icha tersenyum lembut lalu mengecup kedua pipi Sasya. "Vano dan Vina itu rumahnya deket sama rumah Aunty, makanya mereka selalu main sama Aunty. Aunty itu sayang sama Sasya, sayang banget. Maafin Aunty yang jarang main sama Sasya, apalagi rumah kita yang jaraknya lumayan jauh. Sasya ngerti, kan?"
Sasya menganggukan kepalanya pelan. "Iya, dan sekalang dipelut Aunty ada dedek bayinya. Pasti uncle gak bolehin Aunty main jauh-jauh.
Icha kembali membawa Sasya kepelukannya. "Mau pegang dedek bayinya?" Bisik Icha seraya melepaskan pelukannya.
Sasya menatap binar pada Icha, "Boleh?"
"Boleh dong, apasih yang enggak buat Sasya."
Sasya memekik senang, tangannya terulur mengusap perut Icha yang mulai membuncit. "Hay, dedek bayi. Cepet kelual ya, nanti main sama Sasya."
💼💼💼
Suasana dirumah kini kian ramai saat semuanya sudah berkumpul. Para perempuan sibuk menyiapkan makan malam, anak-anak sibuk bermain robot-robotan dan boneka, sedangkan para laki-laki sibuk bermain ps. Ck, gak inget umur banget.
Setelah makanan sudah tertata rapi di meja makan. Icha dan Amel bertugas memanggil para lelaki dan anak-anak untuk makan. Baru sampai pintu ruang tengah keduanya menghentikan langkahnya lalu saling pandang.
"Cha, lo, ngerasa ada yang aneh gak?"
"Apa, kak?"
"Liat anak-anak main, okelah, itukan emang mereka. Liat Aldy main ps, ya, masih oke juga, dia kan masih single. Lah, ini, Arkan sama Bimo ngapain coba, udah punya buntut juga. Apalagi Ayah, ya Allah, udah punya cucu masih aja ikut-ikutan." Sungut Amel.
Mendengar ucapan Amel membuat Icha tak bisa menahan tawanya. Dan itu mampu menarik perhatian keempat lelaki itu.
"Kenapa, Cha?" Tanya Aldy seraya menaruh stick psnya, berjalan kearah Icha diikuti yang lainnya.
"Kamu kenapa?" Kini Arkan yang bertanya.
"Kak Amel, lucu. Masa, ya, dia bilan-mmmmppth"
Icha membelalak saat tiba-tiba Amel membungkam mulutnya dengan tangan.
"Ah, enggak, tadi aku cuma bilang, masa ada kucing lari pake behel sama kaca mata? Kan lucu, hahaha," Amel tertawa keras.
Melihat tidak ada seorang pun yang tertawa, Amel berdehem pelan saraya menarik tangan Icha menuju ruang makan. Sedangkan para lelaki itu masih mematung ditempat, saling tatap lalu mengangkat bahu bersamaan.
💼💼💼
"Aww! Ampun, yah, sakit." Amel mengeluh saat Rahman mencubiti tangannya.
"Kalo aja Icha gak ngomong, Ayah gak akan tahu kalo kamu tadi ngomongin Ayah." Ucap Rahman.
"Ish, kan omongan aku bener. Ngapain sih Ayah main ps segala, udah punya cucu juga, udah tuwir-addaww! Bunda, kenapa cubit aku sih?" Amel kembali meringis saat tiba-tiba Widia mencubit pinggangnya.
"Gak sopan sama orang tua, jaga bicara kamu." Ucap Widia marah.
Amel cemberut, lantas pindah posisi duduknya disamping sang suami. "Mas..." rengeknya seraya bergelayut manja dilengan kekar Bimo.
Icha yang sedari tadi menonton hanya bisa tertawa terbahak-bahak. Mendapat pelototan dari Amel, Icha hanya menampilkan cengirannya seraya berkata. "Keceplosan, kak."
Arkan yang gemas melihat tingkah Icha mencubit pipi gembil itu. Namun, reaksi Icha membuatnya kaget, bahkan semua orang menatap kearah mereka cengo. Icha menepis tangannya kasar.
"Icha tahu, Icha itu imut. Tapi gak usah cubit-cubit juga. Gak suka tahu!"
What...?! Bumil satu ini.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saranghae, Pak Dosen!
RomansHighest Rank 🏅 #1 Dosen (25/10/19) #1 Cinta Beda Usia (28/10/19) #5 Dosen (20/07/23) #2 Romancomedy (15/07/24) Kepincut Dosen ganteng? Udah biasa. . Dijodohin Dosen ganteng? Itu luar biasa. . Tapi bagi gadis yang biasa disapa Icha, itu adalah sebua...