SPD-08| Ddu Du - Ddu Du

18.7K 821 4
                                    

"Ibuuuuu!!!" Pekikkan nyaring itu membuat Widia menghentikan aktivitas memasaknya, tangannya ia gunakan untuk menutup telinganya rapat - rapat.

Setelah tak terdengar suara cempreng Icha, Widia menatap Icha tajam seraya berkacak pinggang. Tak lama ia tersenyum seraya merentangkan tangannya membuat Icha yang awalnya cemberut menjadi tersenyum lebar.

Tak menyia-nyiakan itu, Icha berlari memeluk dan membenamkan wajahnya dicekuk leher Widia, merasakan kehangatan yang mampu membuatnya tenang. Arkan yang berdiri tak jauh dari mereka hanya tersenyum simpul seraya menyenderkan punggungnya pada tembok dengan tangan dimasukan pada saku celana.

"Icha kangen. Kenapa Ibu jarang banget main kerumah?" Ucap Icha seraya mengeratkan pelukannya.

"Iya, maaf sayang. Ibu akhir - akhir ini punya kegiatan yang membuat Ibu tak ada waktu untuk mengunjungimu, Nak." Widia mengelus punggung Icha sayang.

Icha tersenyum lembut seraya memejamkan matanya meresapi kehangatan pelukan Widia. Disaat ia membuka mata, seketika Icha terbelalak dengan mulut terbuka saat melihat sesuatu di dalam wajan tepat dibalik punggung Widia.

"JENGKIII...!!" Pekik Icha girang. Ia melepaskan pelukannya lalu mencondongkan badannya untuk mencium bau wangi dari masakan Widia. Semur Jengkol.

Widia menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Icha. "Sekarang, kita siapin buat makan bersama. Kamu bantu Ibu ya, Cha." Ucap Widia yang langsung diangguki Icha.

Disaat Icha dan Widia menata makanan di meja makan. Pekikan nyaring dari si gadis kecil Sasya membuat keduanya menoleh.

"Omaaaa, Sasya pulang!" Seru Sasya riang, "Aunty Cha!!" Pekiknya saat melihat Icha.

"Hai sayang!" Sapa Icha tersenyum manis.

"Waaah, Aunty Cha mau makan disini ya baleng-baleng." Tanya Sasya seraya di kursi.

"Iya, boleh kan?" Icha duduk tepat disamping Sasya.

"Boleh dong. Sasya seneng deh ada Aunty disini."

Icha tersenyum lebar seraya mengusap puncak kepala Sasya. Usapannya tak bertahan lama karena tiba-tiba Sasya turun dari kursi lalu berlari menghampiri wanita dewasa yang Icha yakini adalah Ibu kandungnya Sasya.

"Bunda kok lama sih?" Tanya Sasya pada Bunda nya itu.

"Iya, tadi Bunda habis nelpon Ayah. Katanya besok Ayah pulang," Mendengar ucapan Bundanya itu Sasya memekik senang seraya memeluknya erat.

"Kamu Icha, Ya? Saya Amel, kakanya Arkan. Senang bisa bertemu denganmu." Amel tersenyum hangat, dan itu menular pada Icha yang langsung tersenyum seraya menganggukkan kepalanya sopan.

"Sekarang kita makan!" Seru Widia seraya mengangkat sendok dan garpu tinggi-tinggi membuat semua terkekeh melihatnya.

💼💼💼

Oh wait til’ I do what I do
Hit you with that ddu-du ddu-du du
Aye aye
Hit you with that ddu-du ddu-du du
Aye aye
Ddu-du ddu-du du

Icha mengerakkan tangannya dengan jari telunjuk dan jempol yang ditegakkan sedangankan ketiga jarinya ia lipat sehingga terlihat seperti sedang menembak.

Arkan yang sedang menyetir disampingnya hanya menggelengkan kepalanya seraya terkekeh melihat tingkah Icha.

"Ayo dong Pak, ikutin gerakan aku. Ini lagi trend banget loh, Pak." Ucap Icha seraya terus menggerakkan tangannya mengikuti alunan musik Ddu-Du Ddu-Du milik grup girl Korea BlackPink.

"Iya, terus nanti keluar sebuah artikel 'sepasang kekasih dinyatakan tewas kecelakaan mobil dikarenakan berkendara sambil ngedance Ddu-Du Dhu-Du' gitu?"

Icha terbahak seketika. "Ya ampun, Bapak. Hahaha... lucu banget lawakannya."

"Saya serius Icha." Geram Arkan.

Icha menghentikan tawanya lantas berdehem, "Oke, oke, aku minta maaf. Bapak sih, dari tadi diem aja. Ngomong dong Pak, emang berapa sih harga suara Bapak? Mahal banget kayaknya." Gerutu Icha.

Arkan terkekeh lalu sebelah tangannya terulur untuk menggenggam tangan Icha. Tapi tak bertahan lama karena Icha menepisnya membuat Arkan kaget.

Icha terpana seketika melihat Arkan tertawa dengan lesung pipitnya ditambah matanya yang tak terlihat seakan tenggelam karena mata sipitnya.

"Woooah! Ini perdana loh, Pak. Saya liat Bapak ketawa kaya gitu, jadi makin ganteng ehh-" Icha menutup mulutnya cepat-cepat.

Terlambat, Arkan mendengar semuanya membuat Icha merutuki dirinya sendiri karena keceplosan. Tawa Arkan yang semakin menggelegar membuat Icha menundukkan kepalanya, merasa malu.

TBC.

Saranghae, Pak Dosen!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang