SPD-22| Expired

15.7K 577 1
                                    

Icha melangkahkan kakinya menyusuri lorong kampus menuju kantin. Rambutnya yang ia gerai dengan sedikit bergelombang berayun-ayun seirama dengan langkahnya. Senyum dibibirnya yang merekah membuat siapa saja terpana melihatnya.

"Neng pacaran sama Aa yuk!"

"Cantik banget Cha."

"Astaga, Cha, berhenti senyum sebelum gue meleleh."

"Nikah yuk Cha!"

Icha hanya tersenyum lembut menanggapi para kaum adam yang menggodanya itu. Berjalan menuju seseorang yang sudah menunggunya di pojok kantin.

"Hay, Dew. Sorry ya gue telat."

Dewi mengalihkan perhatiannya dari handphone kemudian menatap Icha. Mulutnya seketika menganga seraya bangkit dari duduknya.

"DEMI APA?! Ini elo Cha? Kok makin kinclong sih lo?" Pekik Dewi keras membuat Icha kelabakan.

"Berisik! Gak usah teriak-teriak!" Desis Icha.

"Sumpah ya, elo beda banget. Kaya lebih bersinar gitu."

"Oh iya dong, gue gituloh." Ucap Icha seraya mengibaskan rambut panjangnya membuat para pengunjung kantin bersiul ria.

"Suiit! Suuiiit!"

"Wikwiw!"

Icha menundukkan wajahnya karena malu, lalu ia menarik tangan Dewi keluar dari kantin, menyeretnya menuju kelas.

"Ish! Cha, gue masih laper." Rengek Dewi.

"Diem! Entar gue traktir elo makan sepuasnya."

"Beneran?"

"Iya."

"Yeay!!! Makin sayang deh gue sama elo." Pekik Dewi girang seraya mengecup pipi Icha.

Icha melotot seketika seraya mengusap pipinya, ia menatap kesal pada Dewi yang dibalas dengan kedipan menggoda oleh Dewi.

Icha mendengus lalu berjalan meninggalkan Dewi. Baru beberapa langkah, tangannya dicekal keras membuat Icha terhentak dan berbalik kebelakang.

"Dewi, elo ap-"

"Cara jalan elo kok beda sih, Cha."

Icha membuang wajahnya kesamping, salah tingkah. "Lo ngo-ngomong apasih? Gak jelas." Ucap Icha sedikit terbata.

Dewi menatap Icha curiga, disaat itu juga ia menyadari sesuatu membuat matanya terbelalak. "Lo udah ngelakuin 'itu' ya sama Pak Arkan?"

Icha terbelalak lalu dengan cepat menaruh jari telunjuknya di depan bibirnya. "Ssssth, nanti gue cerita. Sekarang kita ke kel-"

"Cerita sekarang!" Tukas Dewi seraya melipat kedua tangan di dada.

Icha menghembuskan napas pelan, menatap Dewi lama lalu menganggukkan kepalanya. "Hmm.. iya, gue udah lakuin itu." Cicit Icha, takut ada orang yang mendengar ucapannya.

"OMG! AKHIRNYA JEBOL JUGA LO-MMMPTH..." Icha membekap mulut Dewi dengan satu tangannya seraya menatapnya tajam .

Icha mengedarkan pandangannya ke sekeliling di mana orang-orang kini menatap keduanya heran. Icha memejamkan matanya sebentar lalu menatap Dewi kesal.

Dewi menggaruk tengkuknya yang tak gatal seraya meringis. "Hehe, sorry Cha, keceplosan."

"Tau ah! Kesel gue sama lo." Ucap Icha meninggalkan Dewi.

Dewi terkekeh setelah berjalan sejajar dengan Icha lalu menaruh tangannya dibahu Icha. "Yaelah, gitu aja ngambek."

"Gue cuma takut orang-orang tahu, Dew."

"Iya, iya, sorry."

"Hmmm..."

Dewi mencolek dagu Icha membuat sang empu menoleh.

"Apa?" Tanya Icha.

"Berarti sekarang, masa gadis lo udah kadaluarsa alias expired."

"APA?!!"

"Hahaha.... expired! Kasian."

"DEDEW! AWAS LO YA, JANGAN KABUR WOY!" Icha berteriak melihat Dewi yang sudah berlari duluan seraya memeletkan lidah padanya.

Icha berlari mengejar Dewi, karena larinya yang tidak pokus tak sengaja ia menyenggol tong sampah hingga membuat badannya oleng.

Icha menutup matanya, siap merasakan keras dan dinginnya lantai. Namun, Icha tak merasakan semua itu. Ia membuka matanya dan seketika terbelalak saat melihat wajah seseorang yang sangat dikenalnya itu.

"Cha, lo gakpapa kan?"

Kenapa dia ada disini?!

Tbc.

Saranghae, Pak Dosen!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang