SPD-40| Selow

13.2K 486 2
                                    

Dewi menatap Icha cengo dengan mulut terbuka.

"Dew, lo denger kan?" Icha menatap Dewi dengan satu alis terangkat.

"Eh, ah, apa, oh iya, gue denger kok." Ucap Dewi lalu tersenyum. "Yaudah gue bikinin dulu ya," ia beranjak dari duduknya meninggalkan Icha sendiri.

Dewi berjalan lesu menuju dapur kantin, sesekali ia mendengus. "Ck. Sahabatan sama bumil gini amat. Untung sayang." Gumamnya.

"Eh, neng Dewi. Ada apa?" Tanya Bi Ratna, pemilik kantin.

"Ini Bi, aku mau buat siomay sama batagornya sendiri. Gak papa kan? Soalnya ini permintaan Icha, dia lagi ngidam." Ujar Dewi.

"Oalah, neng Icha hamil? Yaudah neng buat aja, Bibi kedepan dulu."

"Oke, Bi."

Dewi berkutat di dapur membuat makanan pesanan Icha. Setelah selesai, ia menatap satu persatu makanan buatannya itu yang sudah ditaruh diatas nampan, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Enak gak ya? Kalo Icha gak suka bahaya nih." Gumamnya seraya membawa nampannya menuju meja Icha.

"Dewi."

Dewi membalikkan badannya saat mendengar seseorang memanggil namanya. "Eh, Pak Arkan. Ada apa ya?" Tanya Dewi setengah kaget.

"Maafin istri saya ya, sudah ngerepotin kamu."

Dewi menyunggingkan senyumnya saat tahu maksud dari perkataan Arkan. "Gak usah minta maaf, saya justru senang saat Icha ngandelin saya sebagai sahabatnya. Ya meskipun permintaannya itu bikin saya kesel." Ucap Dewi lalu terkekeh pelan. "Icha satu-satunya sahabat yang mengerti saya, meskipun dia cerewet tapi dia sangat pengertian. Dan saya sayang sama dia Pak." Lanjutnya.

"Saya senang melihat kedekatan kalian, semoga persahabatan kalian tetap terjaga. Kalo gitu kamu lanjutin, biar saya aja yang bayar makananya." Ucap Arkan.

"Aamiin, kalo gitu saya permisi dan terimakasih sudah dibayarin."

Setelah mendapat anggukan dari Arkan, Dewi meninggalkan Arkan sendiri. Ia berjalan menuju meja Icha. "Taraaa! Makanannya udah jadi. Selamat makan tuan putri." Seru Dewi semangat.

"Yeay! Makasih dayang." Jawab Icha membuat senyum Dewi meredup seketika.

"Ups! Maaf, cuma bercanda kok. Maksud gue, makasih sayang." Ucap Icha seraya terkikik.

"Gue coba ya," Icha menarik piring yang berisi siomay lalu mencicipinya. Ia menatap Dewi yang kini tengah menatapnya juga dengan cemas, lalu seulas senyum ia tampilkan seraya mengangkat ibu jarinya membuat Dewi memekik senang.

Icha mengambil piring kedua yang berisi batagor lalu mencicipinya. "Woaaa! Ini beda banget rasanya, lebih enak." Pekik Icha membuat senyum Dewi merekah semakin lebar. "Pokoknya tiap gue beli batagor, harus elo yang raciknya."

"Mie ayamnya mana?" Tanya Icha saat tak mendapati semangkuk mie ayam.

"Umm.. itu... udah habis Cha, gakpapa kan?" Ucap Dewi hati-hati.

"Okey deh, gakpapa." Ucap Icha seraya menarik mangkuk berisi kuah baso.

Disaat kuah baso itu masuk kedalam mulutnya, disaat itu juga ia menyemburkannya. "Asiin banget!" Pekik Icha.

"Hah, masa sih?" Dewi menggeser mangkuk itu kehadapannya lalu ia mencoba untuk mencicipinya. Dan seketika ia mengernyitkan alisnya saat rasa asin itu memenuhi lidahnya. "Anjrit! Beneran asin."

"Ck. Elo gimana sih Dew."

"Ya sorry Cha, jangan marah dong."

"Oke gue gak akan marah. Tapi... sambil nemenin gue ngabisin ni batagor sama siomay elo harus nyanyi. Tadi kan udah janji."

"Iya, iya," Dewi berdiri dari duduknya lalu berdehem sebentar sebelum akhirnya mengeluarkan suara emasnya.

"Apa salah dan dosaku sayang
Cinta suciku kau bu-"

Uhhuk! Uhhuk!

Icha terbatuk membuat Dewi mengehentikan nyanyiannya. "Ganti lagu!" Ketus Icha galak.

"Emang lagi manja lagi pengen dimanja
Pengen berduaan dengan dirimu saja
Emang lagi syantiik-"

"Astaga, geli gue dengernya. Ganti, ganti."

"HAYANG KAWIN WIN WIN WIN HAYANG KAWIN
GEUS TEU KU-"

"HEH?! LAGU APAAN TUH, GANTI WOY GANTI!"
Dewi mendengus seraya memutar bola matanya malas. Tak sengaja ia menatap cowok berkacamata dengan gitar dipangkuannya sedang duduk dipojok kantin. "Bentar Cha," ucap Dewi seraya berjalan meninggalkan Icha untuk menghampiri cowok berkacamata itu.

"Jojo!" Seru Dewi membuat cowok berkacamata itu menoleh padanya. Dewi menarik tangan Jojo menuju meja Icha seraya membisikkan sesuatu yang langsung diangguki oleh Jojo.

Tepat dihadapan Icha, Jojo memetik gitarnya lalu diikuti suara Dewi.

"Sudah biasa diriku ditinggalkan
Diacuhkan dan dicampakan
Oleh orang yang kucinta
Menyakitkan tapi tak kurasakan

Kupasrahkan semua pada tuhan
Yang telah mengatur semua
Jalanku dan juga jodohku
Dimanapun kapanpun itu"

Tiba saat memasuki reff semua yang ada dikantin berdiri seraya bertepuk tangan lalu ikut bernyanyi bersama.

"Karnaku selow sungguh selow
Sangat selow tetap selow
Santai santai jodoh gak akan kemana

Karnaku selow sungguh selow
Sangat selow tetap selow
Santai santai kuyakin tuhan berikan
Gacoan!"

Lagu Selow yang dipopulerkan oleh Via Vallen itu selesai dinyanyikan membuat semua orang bersorak riang, begitu juga dengan Icha, ia bertepuk tangan seraya berseru. "Lagi! Lagi!"

Tak butuh waktu lama untuk mengambulkan permintaan Icha. Petikan gitar Jojo kembali terdengar disertai tepukan meja dengan ketukan yang pas. Mereka kembali bernyanyi dan berjoget bersama. Dewi pun berlari menghampiri Icha lalu berdiri disampingnya dan berjoget dengan gerakan yang sama.

Disisi lain, Arkan menatap Icha dengan senyum lembutnya. Hatinya menghangat melihat Istri tercintanya itu tertawa lepas tanpa beban.

"Ini pertama kalinya Bibi melihat neng Icha tertawa lepas. Terlihat sangat bahagia."

Arkan menoleh pada sumber suara, didapatinya Bi Ratna kini berdiri disampingnya yang tengah menatap lurus kearah Icha.

Bi Ranta menatap Arkan sebentar lalu kembali menatap Icha yang tengah berjoget ria. "Bibi kenal neng Icha sudah lama, karena waktu SMA dia sekolah tepat dibelakang kampus ini. Setiap istirahat ataupun pulang sekolah, neng Icha gak pernah absen kesini, bahkan dia sering bantu Bibi. Neng Icha banyak cerita, terutama tentang keluarganya, dan mungkin Bapak juga pasti tahu."

"Dia gak pernah pulang langsung kalo habis belajar, katanya di rumah bosen karena gak ada siapa-siapa. Mamanya sibuk kerja, sedangkan Kakaknya gak pernah peduli sama dia. Tapi dibalik itu semua, neng Icha gak pernah nunjukin kesedihannya. Sikapnya yang ramah dan selalu ceria membuat orang-orang pasti mengira neng Icha tak pernah tertimpa masalah."

"Dan saat Bibi tahu kalo neng Icha nikah sama Bapak, Bibi senang. Betapa beruntungnya Icha bisa bebas dari semua beban yang dipikulnya dulu. Dan Bibi juga yakin kalo Bapak gak mungkin ngebiarin Icha larut dalam kesedihannya."

Arkan menepuk pelan pundak Bi Ratna. "Justru disini saya yang beruntung. Memiliki istri yang tegar dan penuh kasih sayang, yaaa meskipun dia kadang cerewet dan manja." Arkan terkekeh kala ingatan tentang Icha yang tengah merengek padanya melintas dikepalanya. "Tapi meskipun begitu, dia selalu tahu situasi dan kondisi. Icha dengan penuh keceriaannya yang mampu membangun aura positif bagi sekitarnya, selalu membawa kebahagian dan kehangatan." Lanjut Arkan.

Matanya kembali pokus melihat Icha yang tengah bergojet saling bergenggaman tangan dengan Dewi. Hingga akhirnya matanya Icha tertuju padanya. Keduanya saling tatap cukup lama hinga seukir senyum terbit dari keduanya. Senyum menawan yang merekah yang mampu membuat siapa saja yang melihatnya meleleh seketika.

Tbc.

Saranghae, Pak Dosen!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang