SPD-49| Semur Jengkol

12.8K 485 15
                                    

Genggaman tangan Icha semakin erat saat memasuki kantor polisi. Arkan yang merasakan itu mengusap punggung tangan Icha dengan tangannya yang bebas. Berusaha menenangkan sang istri yang mungkin mengingat kembali masa-masa kelam dulu.

"Ssst, tenanglah. Mas ada disini." Bisiknya pelan seraya mengecup pelipis Icha.

"Icha takut Mas, gimana kalo misalkan dia-"

"Sayang, Mas ada disini buat lindungin kamu. Lagian, ada polisi juga yang jaga-jaga. Kamu gak perlu khawatir."

"Tapi-"

"Yaudah, kamu tunggu disini aja. Biar Mas yang masuk kedalam."

"Enggak! Icha gak mau Mas kenapa-napa. Icha ikut."

Arkan menghela napas pelan saat melihat mata Icha yang sudah berkaca-kaca. Direngkuhnya tubuh mungil itu, memeluknya erat seraya mengusap punggungnya lembut.

Isakan kecil mulai terdengar membuat Arkan menghujani puncak kepala Icha dengan kecupan ringan penuh kasih sayang.

Arkan tau, akhir-akhir ini Icha sudah berusaha keras untuk melawan traumanya. Meskipun tidak mudah, tapi Icha berhasil sedikit demi sedikit menghilangkan rasa takutnya.

Dirasa sudah tenang dan tidak terdengar isakan lagi. Arkan merenggangkan pelukannya hingga keduanya bisa saling menatap. Tangannya terulur mengusap pipi Icha yang basah karena air mata.

"Semuanya akan baik-baik saja. Maka tetaplah berada disamping Mas. Kita masuk sekarang,"

Icha menganggukkan kepalanya pelan, perasaan hangat ia rasakan saat tangan Arkan menggenggam tangannya erat seraya menuntunnya masuk ke dalam kantor polisi.

"Selamat siang Pak Arkan," sapaan polisi menyambut kedatangan mereka. Dan pembicaraan mereka pun berlanjut mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan Radit.

Tiba saatnya Arkan dan Icha menuju ruang sel dimana Radit ditahan. Disana Arkan melihat jelas senyum miring serta tatapan angkuh Radit, membuat emosi Arkan sedikit bangkit. Sedangkan Icha yang melihat itu langsung bergetar ketakutan.

Arkan meraih pinggang Icha lalu dipeluknya posesif. Matanya menatap tajam lelaki brengsek yang sudah menyakiti istrinya itu.

"Siang Pak Arkan, bagaimana kabar anda? Akhirnya kita bisa bertemu juga ya?" Ucap Radit dengan nada sedikit mengejek, lalu tatapannya beralih pada perempuan disamping Arkan. "Ah, sweetheart! Kau tambah cantik saja."

Arkan menggeram, rahangnya mengeras. "Saya tidak percaya Anda masih tenang - tenang saja disaat seperti ini. Anda memang benar-benar tidak punya hati. Jangan pernah mengganggu keluarga kami lagi! Kalo sampai itu terjadi, saya tidak akan segan-segan menuntut Anda lebih dari ini dan memberikan hukuman seberat-beratnya. Camkan itu!"

Setelah mengatakan itu, Arkan membawa Icha keluar kantor polisi. Dirinya sudah tak tahan untuk menonjok wajah Radit yang seolah-olah tidak punya salah.

"Mas,"

Arkan menoleh, menampilkan senyum hangatnya. Tangannya terulur mengusap puncak kepala Icha. "Apa sayang?"

"Umm... Icha lapar." Cicitnya.

"Loh, kita baru saja selesai makan sebelum kesini. Kamu sudah lapar lagi?"

"Iyaaa, Icha pengen makan semur jengkol buatan Ibu."

Bumil satu ini...

Tbc.

Saranghae, Pak Dosen!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang