SPD-47| Untung Sayang

11.4K 441 8
                                    

"Mending yang ungu apa yang pink ya?" Tanya Icha seraya mengangkat dua sweater di tangannya.

"Warna ungu aja, kamu kan suka warna ungu." Ucap Arkan.

"Tapi warna pink lucu."

"Yaudah, beli dua-duanya aja."

"Gak mau ih, boros!"

"Yaudah, kamu lebih suka sama yang mana?"

"Lebih suka dua-duanya."

"Cha..."

"Bingung."

"Yaudah beli dua-duanya."

"Boros, Mas. Boros! Mas itu udah capek-capek kerja. Kita harus hemat, buat masa depan anak kita."

"Gakpapa sayang, itu kan memang sudah jadi tugas Mas sebagai seorang kepala rumah tangga. Lagian kamu juga jarang kan belanja kaya gini, sekali-kali."

"Terus Icha harus beli yang mana?"

Arkan menghela napas sabar. "Yaudah, sekarang kamu beli yang ungu nanti yang pink. Gimana?"

"Ah iya, iya. Oke deh, Icha mau yang ungu. Besok kita kesini lagi buat beli yang pink." Ucap Icha semangat.

Dalam hati Arkan hanya bisa beristigfar, berusaha menahan kesal. Ngapain nunggu besok kalo sekarang aja bisa beli dua-duanya? Ngghhh, untung sayang.

💼💼💼

Selama dalam perjalanan pulang, sepasang suami istri itu bergeming. Arkan yang pokus pada jalanan di depannya, sedang Icha pada handphonenya.

"Mas..." panggil Icha, ia merasa tak nyaman dengan keterdiaman suaminya itu.

"Hmm.." gumam Arkan.

"Mas marah ya sama Icha?"

"Loh, kenapa Mas harus marah sama kamu?"

"Habisnya Mas dari tadi cuekin Icha."

Arkan terkekeh melihat wajah cemberut Icha, tangannya terangkat mengusap puncak kepala istrinya itu.

"Ya ampun sayang, maaf ya. Yaudah, kamu mau apa?"

"Makan, Icha lapeeer." Rengeknya.

"Laper? Kita kan baru makan tadi."

"Iya, tapi sekarang Icha lapar lagi. Yaudah kalo gak mau, biarin aja Icha sama dedek bayi kelaparan. Huhu... sayang, Ayah udah gak sayang sama kita lagi." Ucap Icha dramatis seraya mengelus perut buncitnya.

Arkan menahan napasnya, mulutnya sedikit menganga melihat kelakuan Icha. Sabar Ar, istri lo lagi hamil. Ingat! Lagi hamil.

Menyalakan sen, Arkan memberhentikan mobilnya dipinggir jalan. Tangannya terangkat berusaha menggapai Icha. "Sini," ucapnya.

Icha menatap Arkan sebentar lalu bersingkut mendekat masuk kedalam pelukan hangat itu.

"Jangan asal bicara. Sampai kapanpun, rasa sayang Mas sama kamu itu gak akan pernah luntur."

"Tapi Mas gak mau beli makan buat kita."

"Kata siapa? Mas bahkan belum ngomong apa-apa, tapi kamu udah berasumsi begitu."

"Maaf..."

"Maaf mulu. Belum lebaran sayang."

"Tapi Icha salah, Icha kekanakan, labil, manja, selalu bikin Mas susah dan kesal. Icha istri yang gak berguna hiks! Ich-"

"Ssst... sayang, jangan pernah ngomong gitu."

"Icha gak sempurna, Mas pasti nyeselkan udah nikahin Icha?"

"Cha, dengerin Mas. Pernikahan kita sudah berjalan hampir 1 tahun, dan selama itu kita baik-baik aja kan? Kalo Mas menyesal nikahin kamu, dari dulu Mas pasti udah gugat cerai kamu. Tapi lihat! Mas masih disini."

"Gak ada manusia yang sempurna, kamu punya kekurangan begitu juga dengan Mas. Itu sebabnya Allah mengtakdirkan kita bersatu agar bisa saling melengkapi, memahami satu sama lain. Dan malaikat kecil dalam dirimu ini, adalah bukti dari bersatu cinta kita."

Icha menatap Arkan berkaca-kaca. Tangannya membelai rahang tegas itu lalu satu kecupan Icha berikan tepat dibibir Arkan. Dipeluk kembali tubuh kekar itu dengan menenggelamkan kepalanya di dada bidangnya.

"Jangan pernah tinggalin Icha, ya Mas?"

"Gak akan, sayang."

Tbc.

Saranghae, Pak Dosen!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang