SPD-24| Camping

15.5K 533 14
                                    

"Cha lo tahu gak-"

"Enggak!"

Dewi menjitak kepala Icha. "Yeee.. gue belum selesai ngomong! Main potong aja lo."

Icha terkekeh pelan lalu pokus menatap Dewi. "Yaudah, apaan?"

"Gue denger dari anak-anak, kampus kita itu mau ngadain camping ke Bandung selama 5 hari. Dan semua orang bisa ikut! Yeeeeay! Pokonya kita harus ikut Cha. Harus!" Pekik Dewi kesenengan.

"Demi apa?! Beneran! Woaaaa.... gue pengen ikut!" Ucap Icha seraya memegang kedua bahu Dewi dan diguncang-guncangkannya.

"Eh tapi..." Icha melepaskan pegangannya pada bahu Dewi. "Gue harus minta izin dulu dong sama Mas Arkan," ucap Icha memelankan nada suaranya.

"Ya iyalah," sahut Dewi cepat.

"Kalo gak diizinin gimana?" Tanya Icha lesu.

"Usaha dong, Cha. Sampai bener-bener diizinin buat ikut."

"Gimana caranya?"

Icha dan Dewi mendesah bersamaan. Icha menenggelamkan wajahnya pada buku novel yang digenggamnya. Sedang Dewi mengetuk-ngetuk jari telunjuknya pada dagu, tanda sedang berpikir.

Cring!

Sebuah lampu menyala tepat diatas kepala Icha dan Dewi. Keduanya menegakkan tubuhnya bersamaan dengan senyum merekah lalu berseru...

"Gue ada ide!"

💼💼💼

Pagi-pagi sekali dihari minggu, setelah sholat subuh Icha ngacir kedapur. Menyiapkan sarapan, nyuci, dan beres-beres rumah.

Icha menghela napas seraya menyeka keringatnya di dahi. Senyum ia terbitkan saat melihat Arkan menuruni anak tangga dengan pakaian santainya.

"Pagi Mas Arkan, mau minum apa? Teh? Susu? Kopi?" Ucap Icha seraya menggandeng tangan Arkan menuju meja makan.

Arkan pun merasa heran dengan sikap Icha. Tapi, ia mencoba untuk tidak memperdulikannya.

"Teh aja, tapi jangan terlalu manis ya?" Pinta Arkan.

"Loh, kenapa?"

"Kan udah ada kamu yang manisnya gak ketulungan."

Bluuush! Pipi Icha memerah seketika.

"Mas bisa aja." Ujar Icha seraya menyeduh tehnya.

Setelah selesai, Icha membawanya lalu diletakan di meja di hadapan Arkan. Ia duduk disamping suaminya itu lalu berdehem pelan membuat Arkan menoleh.

"Kenapa?" Tanya Arkan.

"Emmm... itu... Mas, Icha... Icha boleh kan ikut camp-"

"Gak boleh!" Arkan menatap Icha tajam membuat nyali Icha menciut seketika. Arkan meminum tehnya lalu menatap Icha dengan senyuman lembut seraya berkata. "Kalo bukan Mas yang anterin." Lanjutnya.

Seketika senyum Icha mengembang. Tangannya terangkat memeluk leher Arkan. "Aaaa... makasih Mas, Icha seneng deh." Ucapnya seraya mengecup pipi Arkan.

"Iya, Mas juga gak cuma nganterin kamu. Tapi, ikut dalam kegiatan camping itu." Ucap Arkan.

"Jadi... nanti siang boleh kan Icha belanja keperluan, ditemenin sama Dewi."

"Iya, boleh. Tapi pulangnya jangan kesorean."

"Ay! Ay! Captain!"

Arkan terkekeh melihat tingkah menggemaskan Icha, lalu ia pamit untuk membersihkan diri meninggalkan Icha sendiri.

Setelah kepergian Arkan Icha bersorak gembira seraya loncat-loncat. Namun, ia  mengingat sesuatu.

"Tunggu, omongan tadi kaya gak asing deh. Ah iyaaaa! Omg! Itu kan iklan teh di tv." Icha menepuk jidatnya pelan lalu terkekeh. Ia ingat dengan iklan teh celup, yang seorang anak perempuan meminta izin pada ayahnya untuk nonton konser.

"Bodo amat lah. Yang penting ikut camping!. Hit you with that ddu-du ddu-du du.. Aye Aye!"

Tbc.

Saranghae, Pak Dosen!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang