Diruangan pertemuan kini suasana semakin canggung bayangkan saja. Orang yang dikabarkan tiada dalam artian telah mati sekarang ada disampingmu. Dot Pixis datang dengan membawa sebuah laporan. "Aku rasa kita disini sama terkejutnya bukan?" Semua diam tanpa ada suara. "Dan aku meminta (fullname) untuk membantu tugasmu komandan Hanji sebagai perwakilan dari organisasi kami." Hanji hanya menatap lekat gadis tidak jauh di depannya tanpa ekspresi.
"Jika kalian masih ragu kami sudah membuat surat perjanjian dengan sang ratu. Ini akan sangat mudah tentu saja aku tidak akan segan-segan dengan tawananku sendiri walau dia mantan anggota. Syarat ini diberlakukan untuk semua dengarkan baik-baik!" Seakan semua mengerti sikap tegas mereka ditunjukkan untuk Pixis.
"Syarat pertama, apa pun yang (fullname) lakukan jika itu membahayakan kelompok kalian, hukumannya dapat disesuaikan dengan ketua masing-masing dan itu tidak ada bantahan dari (fullname)," semua menatap tajam pada gadis tanpa ekspresi. "Perjanjian lainnya, jika (fullname) kembali berkhianat.. akan dihukum gantung. Itu perjanjiannya. Untuk itu komandan Hanji aku minta anggota 'khusus' ku ini jaga dia baik-baik. Hanya itu yang kusampaikan hari ini, bubar semuanya."
.
.
.
.
Suasana canggung seketika terjadi. Hanji yang menatap (name) dan yang lain dengan pandangan yang sulit diartikan. "Kita akan bahas perjalanan besok untuk keperluannya aku serahkan pada kalian Eren, Connie." Hanji setelahnya meninggalkan semua yang ada diruangan itu. (Name) masih diam tanpa ada pergerakan dari tempatnya. Hingga Mikasa menghampiri dan mengambil tas (name), "ikut aku." Dengan patuh (name) mengikuti Mikasa. Hingga mereka sampai di ruang bawah tanah. "Kami masih tidak percaya pada penghianat sepertimu. Jadi mengertilah." Dengan menghela nafas kasar (name) memutuskan mengistirahatkan tubuhnya. Berharap akan ada sesuatu esok hari.
Pagi ini (name) bangun lebih awal dalam artian langit masih berwarna hitam. Memutuskan untuk menuju atap dan memandangi langit dengan merenungkan diri. Ini bukan dirinya yang dulu ini dirinya yang baru bagaimana pun dirinya harus membuka kartu. Agar permainan sesuai dengan yang sebenarnya. Sayangnya, orang-orang tidak tau didalam diri (name) yang mengaung. Menatap langit yang hanya berharap jika esok hari dan hari berikutnya dirinya bisa menikmati hembusan angin.
.
.
.
Dipadang pasir kini mereka mengendarai kuda. Haus dan lapar tentu saja, namun semua menatap pada (name) yang menggunakan kain menutupi kepalanya dan wajah, menyisakan bagian mata. Hingga tanpa mereka sadari seorang titan menghampiri. Mikasa menyadari itu dengan sigap dirinya mengeluarkan pedangnya. Namun, (name) secepat mungkin menghampiri titan itu menghiraukan yang lain yang memanggilnya dan menatap ngeri pada titan itu kecuali satu orang. Saat (name) berdiri diatas kudanya dengan merentangkan tangan. Titan itu langsung menghampirinya dan mengambilnya lalu, membawa pergi dengan menyisakan beberapa orang yang terkejut. Mereka bergegas menyusul dengan cepat. Seperti sekelompok yang kehilangan bukti berharga.
Mereka sampai pada sebuah hutan yang lumayan rimbun. Tidak terlalu jauh dari lokasi utama. Menelusuri hutan itu dan menemukan sebuah rumah tua. Hanji menghampiri rumah itu dan ketika akan membukanya, "Reisa! Jangan berlari terlalu kencang!" Suara (name) terdengar jelas dan dilihatnya titan yang menangkap (name) berlari dengan menggenggamnya. "Wagh..wagh.." titan itu menggeram. "Iya, aku senang juga kita bertemu lagi." Dan Hanji menatap pria di depannya yang sebenarnya telah berada disana sedari awal.
"Senang melihat mereka bertemu lagi."
"Maaf, anda siapa? Dan mengapa anda tinggal disini bukankah ini sangat berbahaya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Makes Me Difficult Brat
Fanfictioncerita yang terinspirasi dari seseorang . . . kisah dimana seorang gadis harus menghadapi kenyataan pahit yang menimpanya dengan mengorbankan perasaannya sendiri demi melindungi orang yang dicintainya . . . . romance, levi, ackerman, levixreader, fa...