Percaya.

28 7 0
                                    

Aeril memasuki kelas dengan sedikit menundukkan kepalanya, terdengar teman-temannya memanggil namanya. Tetapi Aeril tidak menghiraukannya. Ia masih menunduk memikirkan ucapan Erlee, sampai akhirnya seseorang datang dan sedikit menyenggol Aeril pelan, membuat Aeril menegakkan lehernya yg sedari tadi ditekuk.

"Ray? Usil banget si!" Cetus Aeril.

"Sorry" ucap Ray singkat tidak menghiraukan sikap Aeril.

"Ish nyebelin banget, gatau apa ya gue lagi kesel" batin Aeril sambil memicingkan matanya ke arah Ray. Sedangkan Ray ia dengan santai duduk di tempatnya.

Ntah mengapa Aeril merasa kesal dengan sikap Ray seperti tadi. Awalnya ia kira Ray ingin mengajaknya bercanda karena tau dirinya sedang bete, dengan cara menyenggol dirinya. Tapi apa? Ray malah bersikap biasa saja.

"Rill, sadaar!!! Kenapa lo makin bt gegara Ray gituin lo!!!" Batin Aeril kesal. Dan sekarang ia duduk di tempatnya.

"Rill! Lo yang sabar ya!" Ucap Alina.

"Iyaa!! Gausa mikirin kata orang tentang bokap lo!" Sambung Lana.

"Satu lagi! Lo harus percaya kalo bokap lo ga salah, ga ngelakuin hal itu. Gue yakin bokap lo orang baik baik, Ril!" Kata Zahra.

Aeril hanya menatap wajah teman-temannya. Ia rasa, ada benarnya ucapan ketiga temannya. Tidak seharusnya ia memikirkan kata-kata Erlee.

"Iyaa, makasih banget ya." Ucap Aeril tetapi masih terlihat wajahnya kurang bersemangat.

Tiba-tiba handphone Aeril berbunyi, ia langsung mengambil handphonenya dan melihat siapa yang menelfonnya. Dan ternyata itu kakaknya, kak Randi. Ia langsung mengangkat telfonnya lalu berjalan keluar kelas.

"Dekk!? Kamu gapapa kan?!"

"Rill! Kamu jangan percaya sama siaran di tv tentang papa okey?"

"Kakak yakin papa pasti di jebak Rill!! Percaya sama kakak okey?!"

"Kaa? Kakak kapan balik? Udah lama banget kakak disana, Aeril juga gaenak sama Ray kaa, semenjak Ray tinggal serumah sama Aeril, Aeril ngerasa banyak ngerepotin dia."

"Ril, sebenarnya kaka disini bukan kemauan kakak. Papa nyuruh kakak buat ngebantu bisnis papa yang disini, supaya papa bisa sama kamu ril"

Deg! Hati Aeril terasa sedih mendengar ucapan kakaknya tadi. Ia merasa bersalah sempat merasa papanya jahat melakukan hal-hal kotor itu.

"Ril? Kamu disekolah gimana? Temen temen kamu ngatain kamu ga? Kalo iya jangan tinggal diem, kamu harus berani ngelawan okey?"

"Hmm ng-nggak kok kak, mereka baik baik aja, gaada yang ngatain juga" jawab Aeril berbohong. Ia tidak ingin kakaknya memikirkan dia untuk sekarang, biarkan saja kakaknya disana membantu bisnis papanya.

"Oh i-iya, udah dulu ya kak, daa!!"

Aeril langsung mematikan sambungan telefonnya. Ia takut kakaknya merasa curiga dan semakin banyak bertanya tentang dirinya. Karena jika ia, berarti ia semakin banyak berbohong kepada kakaknya.

Ia pun membalikkan badannya yang sedari tadi membelakangi pintu masuk ke dalam kelas. Aeril sontak kaget melihat ada Lana dan Ray di belakangnya secara bersamaan. Tetapi yang lebih dekat dengannya adalah jarak Lana yang sudah memasang ekspresi penuh tanda tanya.

"Mati gue!" Batin Aeril.

"E-eh Lana, dari kapan lo disini?" Tanya Aeril kikuk sambil nyengir kuda.

"Lo berutang penjelasan sama gue, Ril" balasnya dengan tatapan sedikit tajam.

"Ha?? Ma-maksud lo apa sih Lan? Heheh" jawab Aeril seakan-akan tidak tau apa yang dimaksud Lana.

He is Cold or WarmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang