Tidak mungkin.

33 7 0
                                    

Akhirnya Aeril sampai, ia meminta supir taksi untuk menurunkannya di samping rumahnya. Lalu ia turun dengan wajah sedikit sembab terlebih di bagian mata.

Sekarang Aeril sedang berdiri kaku di samping rumahnya. Ia melihat sangat banyak wartawan didepan rumahnya.

"Paa, ke-kenapa begini?" ucap Aeril kecil sambil menangis. Ia tidak bisa menahan air matanya. Ingin rasanya ia menelfon kakaknya sekarang, saat ia hendak mengambil handphone, tiba-tiba datang seseorang yang langsung memeluk Aeril.

Sontak Aeril membeku, ia tidak tau harus berbuat apa.

"Ril, semangat!" Ucap suara itu lembut di telinga Aeril. Kini Aeril berdiri setara dengan orang itu. Karena ia berdiri di atas trotoar sedangkan seseorang itu dibawahnya.

 Karena ia berdiri di atas trotoar sedangkan seseorang itu dibawahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"R-ray?" Ucap Aeril pelan tapi masih terdengar di telinga Ray.

Hangat, itulah yang ia rasakan kali ini.

"Ril, lo boleh nangis sekejer-kejernya sekarang, DI DALAM PELUKAN GUE" Ucap Ray dengan penuh penekanan.

Aeril langsung menangis di dalam pelukan Ray. Ia merasa nyaman di dalam pelukan Ray. Rasanya ia bisa melepas semua rasa sakit dan kecewanya di dalam dada bidang Ray. Ia tidak bisa menahannya, apalagi orang yang melarangnya menangis kini mengizinkannya untuk menangis.

Ray hanya bisa diam, ia tidak tau harus berbuat apa. Melihat Aeril menangis membuat hati Ray terasa sakit. Ia tidak tau mengapa hal ini terjadi.

Hampir 5 menit Aeril menangis, akhirnya ia mulai sedikit berhenti. Meskipun Ray masih mendengar Aeril menangis. Aeril hendak menjauhkan badannya dari pelukan Ray. Karena ia takut, ia semakin nyaman di dalam pelukan Ray yang hangat.

Tapi dengan sigap, Ray menarik tubuh kecil Aeril ke dalam pelukannya kembali. Sepertinya, Ray lah yang sudah terlanjur nyaman. Sontak membuat Aeril sedikit kaget dengan perlakuan Ray.

"Ril, gue harap setelah lo lepas dari pelukan gue, lo udah ga nangis lagi. Janji sama gue, cuma gue yang bisa liat lo nangis." Ucap Ray dan sedikit mempererat pelukannya.

Aeril membulatkan matanya, air matanya seketika terhenti tergantikan dengan senyuman hangat yang terukir di wajahnya. Ia terharu mendengar ucapan Ray, "Ray, asal lo tau, gue nyaman dengan hangatnya pelukan lo." Batin Aeril, lalu membalas pelukan Ray.

"Ray, gue udah ga nangis" ucap Aeril.

"Boong" jawab Ray tidak percaya.

"Ih serius!!"

"Becanda"

"Ih ga becanda Ray, liat nih muka gue!!"

"Ga keliatan"

"Makanya lepasin pelukannya biar liat!!"

"Gamau"

"Ih modus"

He is Cold or WarmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang