Tak tentu.

31 7 2
                                    

"Gara gara apa tuu??" Sahut seseorang dari belakang Aeril dan Zahra. Lalu berjalan ketengah meja di antara Aeril dan Alina.

Aeril yang sedari tadi panik, setelah melihat cowok itu semakin panik. Ia sama sekali tidak mengedipkan matanya sedetik pun. Bukan hanya Aeril, ketiga temannya juga terlihat kaget karena kehadiran cowok itu.

"Ih malah ngelamun, pada ketularan Ray sama cewek ini ya pasti! Alina, kamu jangan ngelamun juga dong." sambung cowok tersebut.

Alina yang merasa namanya disebut sedikit gelagapan, ia langsung tersenyum.

"D-dia siapa?" Tanya Aeril gugup.

"Lah? Lo ngelamunnya kebangetan nih pasti. Gue anak baru disini, temen sekelas lo, duduk dibelakang lo-"

"Salah! Gue duduk di samping Ray yang duduknya dibelakang lo, dan satu lagi,  GUE PACARNYA ALINA" jelas cowok itu dengan menekankan beberapa kalimat terakhirnya yang membuat Aeril langsung menatap ke arah Alina.

"O-oh iyaa, kenalin ini Vero Ril, pacar gue. Yang pernah gue ceritain, hehe" ucap Alina sedikit terkekeh padahal tidak ada yang lucu.

Aeril hanya menatap Alina sekilas lalu dengan sigap menatap Vero.

"Lo nguping?" Tanya Aeril dengan tatapan panik campur kepo.

"Dih! Kaga lah anjir!! Yakalii gue nguping. Jadi tadi gue lewat sini, trus ngeliat Alina, yauda gue ke sini deh. Denger lo pada lagi serius, ya gue nimbrung" ucap Vero dengan santai lalu berjalan dan duduk di samping Alina.

Seketika terdengar hembusan nafas lega dari Aeril, Alina, Lana dan Zahra. Aeril lega Vero tidak mendengar apapun tentang pembicaraannya tadi. Aeril langsung tersenyum selega-leganya.

Sampai akhirnya, suara yang sangat familiar itu terdengar.

"Gue gabung ya!" Ucap suara dingin itu dan langsung duduk di samping Aeril.

Lagi dan lagi Aeril kaget dan diam membeku. Ia hanya bisa menatap lurus ke depan dimana ada Alina disana. Nafasnya seakan-akan berhenti seketika. Zahra, Lana, Alina dan Vero sadar akan keadaan Aeril sekarang. Mereka hanya bisa menatap satu sama lain tanpa bisa berkata-kata. Mereka bingung, apalagi Aeril. Sedangkan lelaki itu seperti tidak sadar dengan keadaan itu, sampai akhirnya ia tersadar.

"Kenapa?" Tanya nya dengan polos.

"Ish dia bego apa ga peka sih!" Batin Aeril lalu berusaha untuk rileks. Ia merasa sepertinya hanya dia yang berfikir berlebihan.

"H-ha? Engga, gapapa Ray!" Jawab Vero lalu tersenyum. Senyuman itu langsung diikuti semua yang duduk disitu kecuali Aeril.

Ntah dia tidak sadar beneran tapi wajah Aeril benar-benar biasa saja. Ia juga melihat teman-temannya yang seperti tersenyum memberi kode untuknya, namun Aeril tidak mengerti maksudnya.

"Ril, lo gapeka apa bego sih?!" Bisik Zahra sambil tersenyum singkat ke arah Aeril.

"Lah! Kok malah gue yang dibilang ga peka sih?" Batin Aeril, lalu memanyunkan bibirnya sedikit.

"Yauda kalo terganggu sama kehadiran gue, gue pindah" ucap Ray datar namun mampu membuat semua mata yang ada dimeja itu langsung melihat ke arahnya.

He is Cold or WarmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang