Semoga berhasil.

25 6 0
                                    

Sekarang sudah waktunya jam pulang sekolah. Terlihat semua anak sudah tidak sabar ingin pulang, termasuk Aeril. Ingin rasanya ia pulang sekarang, merebahkan badannya di atas kasurnya yang empuk, lalu tertidur pulas untuk melupakan kejadian tadi.

Kejadian yang membuat dirinya menangis, tapi untuk apa? Untuk apa dia menangis? Cemburu? Apa Aeril berhak cemburu? Jelas-jelas Aeril bukan siapa-siapanya Ray.

Hanya saja Aeril memikirkan darimana letak kesalahannya? Apa yang membuat Ray kembali dingin seperti dulu? Apa ini karena dirinya? Tapi hal apa yang membuat Ray begitu?

Atau mungkin, memang Ray sudah bosan dengan dirinya? Bosan berteman dengan Aeril? Tapi kenapa sebelumnya ia bersikap hangat?

Semua pertanyaan itu muncul di kepala Aeril yang membuatnya melamun dan tidak fokus.

"Eh eh Rill!!! Ituu buku guee!!!" Teriak Zahra dan langsung merampas bukunya yang hendak dimasukkan kedalam tas Aeril.

Aeril sedikit kaget dan pikirannya langsung buyar.

"Lo mikirin apa sih?? Jangan bilang lo mikirin onoh!" Tanya Zahra judes sambil ngelirik sinis laki-laki yang ada di belakang mereka.

"Eh, Zahra!" Tegas Aeril dan langsung menarik Zahra untuk duduk, karena sedari tadi Zahra memang berdiri.

Tiba-tiba cowok yang ada di belakang mereka langsung berdiri dan berjalan keluar, sebelumnya ia sempat berhenti di samping Aeril.

"Pulpen lo jatuh, tuh!" Ucapnya lalu berjalan meninggalkan Aeril dan Zahra yang sedikit kaget melihat dirinya.

Aeril dengan cepat mengambil pulpennya yang ternyata jatuh tanpa ia sadari.

"Tu anak aneh banget sih?!" Cetus Zahra lagi.

Aeril hanya bisa tersenyum kecil lalu berkata, "udah lah biarin aja."

Aeril sedikit melirik ke arah Vero yang sepertinya melihat semua kejadian tadi, tapi saat Aeril menatapnya, Vero langsung mengalihkan pandangannya dengan cepat.

Aeril yang melihat itu hanya diam, lalu mengarahkan pandangannya ke arah depan.

Sepertinya Vero tahu kenapa Ray bersikap seperti ini.

"Apa gue nanya Vero aja?" Batin Aeril.

"Aerill!! Zahraa!! Makann yukk!!" Teriak Alina yang langsung mengagetkan Aeril dan Zahra.

"Buset dah! Mereka cuma di belakang kita Alina!! Mesti banget apa teriak-teriak?!" Kesal Lana yang berada di samping Alina.

"Hehe sorry,,, lagian kok lo yang sewott sih?! Mereka aja gapapa" balas Alina dengan suaranya yang khas.

"Hehh mana gapapa, budek nih telinga gue. Aeril juga pasti kaget, ya kan?" Jawab Zahra dan langsung menyenggol Aeril. Tidak lupa sedikit kedipan mata dari Zahra.

"E-ehh iyaa, untung gue ga jantungan Al" jawab Aeril sambil menahan senyum.

Lana langsung menatap Alina dengan tatapan jahil. Alina langsung tersenyum kikuk.

"Hehe yauda deh maap, sebagai gantinya gue traktir makan deh..."

"Yes!"

"Yeyy!!"

Ucap Lana dan Zahra berbarengan sambil memasang wajah penuh syukur. Sedangkan Aeril, ia hanya tertawa kecil sambil menggelengkan kepala.

'Alina memang anak yang polos'.

"Hmm Ve-Vero ngga lo ajak Al?" Tanya Aeril ragu tapi membuat Alina sedikit terdiam dan langsung menatap Vero.

"E-eh? Gausaa!"

He is Cold or WarmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang