Keramik Putih.

31 7 1
                                    

"Ray, sekarang jujur sama gue. Lo kenapa bisa mukulin Yohan?!" Tanya Aeril yang sudah sekian kalinya bertanya kepada Ray. Tapi cowok yang duduk didepannya hanya diam.

Ray tidak tau harus menjawab apa, sedari tadi ia hanya diam. Bahkan saat dia di ruang BK, ia melakukan hal yang sama. Hanya Yohan yang memberi keterangan panjang. Ray sebenarnya menjawab pertanyaan dari guru BK itu. Tapi lebih banyak ia berdiam diri daripada menjawab.

"Rayy!! Jawabb sihh!!" Kesal Aeril membuat sedikitnya seisi kelas menatapnya. Aeril tidak memperdulikan mereka, yang ia pikirkan adalah Ray. Ia khawatir dengan Ray.

"Bukan urusan lo." Ucap Ray dengan nada dingin dengan tatapan yang membuat Aeril sakit hati. Tatapan itu menyayat hati Aeril.

"Ray, itu urusan gue. Gue..." Ucapan Aeril terhenti.

"Suka sama lo, gue khawatir!" Batin Aeril yang sepertinya mulai merasakan kehadiran Ray dihatinya.

"Lo kenapa? Khawatir? Iya? Gaperlu. Lo gausa khawatirin gue!" Ucap Ray yang lagi-lagi membuat hati Aeril sakit.

"Lo jahat banget sih! Emang salah gue khawatir? Ha? Oke kalo gaperlu! Gue gabakal khawatir tentang lo lagi!" Kata Aeril dengan nada kesalnya lalu berjalan keluar kelas tak lupa ia membawa tasnya ikut bersamanya. Ia tidak tau kenapa Ray bisa berkata setajam itu.

"Kenapa lo gini disaat gue udah suka sama lo, Ray!!" Batin Aeril sambil menahan tangisnya. Ia langsung mengirimi pesan singkat ke grup nya.

Skuwat
(Squad)

Aeril: Gaes, gue izin yaa. Gue ngerasa gaenak badan. (Sent)

Setelah mengirimi pesan itu, ia langsung berjalan meninggalkan sekolah.

•••

Disisi lain, Ray hanya bisa diam. Ia tidak bermaksud berkata seperti itu. Ia rasa ini semua karena ia cemburu dengan Aeril dan Putra.

"Ahhh!!!!" Teriak Ray frustasi sambil menenggelamkan wajahnya yang tegas kedalam lipatan tangannya.

"Aerilll!! Maafinn guee!" Batinnya.

•••

"Mamaa, gimana kabar mama? Mama pasti senang ya disana? Maa tau ga? Aeril kangen mama banget. Akhir akhir ini Aeril banyak nemuin masalah. Apa karna Aeril udah mau dewasa? Kan kata mama Aeril jangan cepat cepat dewasa karna takutnya banyak masalah yang susah buat Aeril selesaiin. Kayanya sekarang anak mama udah mau dewasa deh. Aeril ngerasa susah lewatin masalah kaya gini. Maaa, Aeril bingung harus cerita ke siapa. Maafin Aeril dateng kesini malah dengan kondisi cabut sekolah, hal yang paling mama ga suka." Ucap Aeril sambil meneteskan air matanya di depan makam mamanya. Ia tidak tau harus berbuat apa sekarang selain mendatangi makam mamanya.

"Maa.. papa sekarang gatau gimana kabarnya. Kak Randi gatau kapan balik ke sini. Aeril bingung maa, kalo ada mama pasti mama bakal bantu Aeril. Bakal jagain Aeril, bakal nemeni Aeril. Aeril sendirian banget maa disini. Mama, plis bantu Aeril yaa maa, doain Aeril jadi kaya mama, wanita yang kuat ga gampang nangis lagi. Tau ga ma? Tadi Aeril nangis cuma karena cowo, Aeril bego banget ya ma?" Tanya Aeril sambil sedikit tertawa kecil.

"Maa, Aeril bakal kuat lagi. Aeril bakal jadi anak yang ga gampang ngeluh, doain Aeril bisa ya? Tapi mama bantu Aeril dari sana. Bantu buat Aeril kuat ngehadapin semua masalah disini" lanjutnya sambil menghapus air matanya. Lalu tersenyum.

Tiba-tiba handphonenya berbunyi. Ternyata panggilan masuk dari Lana.

"Halo?"

"Aerilll!!! Lo dimanaaaa??? Loo sakitt?? Udah lah jangan mikirin bokap lo!! Gue yakin bokap lo gasalah!!" Teriak Lana dari sana.

He is Cold or WarmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang