Berubah?

39 4 0
                                    

"kenapa kaget gitu?" Tanya Ray membuyarkan lamunan Aeril. Aeril sedikit bingung harus jawab apa.

"Ucapan gue bener ya?" Tanya Ray lagi membuat Aeril sedikit lega. Berarti Ray tidak mendengar kata batin Aeril.

"Nggak! Lo salah!" Cetus Aeril dengan cepat lalu melanjutkan proses makan yang tadi sempat terhenti.

Ray hanya tersenyum melihat Aeril sampai akhirnya sebuah tangan mendarat di atas kepala Aeril membuat Aeril sedikit kaget.

"Jangan ngambek lagi ya." Ucap Ray singkat sambil mengelus kepala Aeril.

Gimana bisa Aeril bakalan ngambek lagi kalau Ray selucu ini membuat jantung Aeril seperti akan copot.

"Ihh Rayy! Ada orang tau, maluu.." ucap Aeril pelan karena merasa malu.

Ray yang mendengar itu langsung melihat sekitar dan langsung menurunkan tangannya.

"Rayy!! Astagaa!! Pipi gue apa kabarr sekarang!! Rayy kok lucu banget sih?!!" Batin Aeril sambil menunduk malu.

"Iya gue ga ngambek lagi, abisnya lo tadi nyebelin bangett tau ga?! Lo nyuekin gue dari pagi. Apa emang lo gitu ya? Abis bikin gue terbang, lo bikin gue jatoh ke landasan, iya?!" Tanya Aeril panjang lebar tapi Ray hanya diam sambil melihat bekalnya.

Aeril yang melihat itu hanya bisa berdecak kesal. Ia langsung mengikuti Ray untuk lanjut memakan bekal.

"Nyebelin banget sihh!!" Batin Aeril kesal sampai membuat sendok nya berbunyi sangking kesalnya ia mengambil nasi.

Ray yang melihat itu kembali tersenyum, menurut Ray tingkah Aeril sangat menggemaskan jika sedang ngambek dan kesal seperti ini.

Ingin rasanya Ray memeluk Aeril atau mencubit pipi Aeril, tapi ia tau dirinya belum berhak melakukan itu semua.

"Gue jatuhin lo ke hati gue, bukan ke landasan." Ucap Ray singkat sekali lagi sambil berdiri.

Aeril yang mendengar itu langsung terdiam, ia mencerna semua kata-kata yang keluar dari mulut Ray. Lalu Aeril mendangakkan kepalanya melihat Ray yang berdiri.

"Ma-maksud l-lo?" Tanya Aeril sedikit gugup karena melihat senyuman kecil Ray yang sangat manis.

Ray hanya diam dan masih tersenyum kecil lalu berjalan ke arah tempat duduknya. Aeril hanya bisa diam sambil melihat Ray duduk di kursinya.

"Waah!! Aerill!! Tumben banget bawa bekel" pekik Alina membuat Aeril kaget dan langsung melihat ke arah Alina.

Aeril hanya tersenyum kikuk sambil melirik ke arah seseorang yang ada dibelakang Alina. Siapa lagi kalau bukan pacarnya, Vero.

Vero hanya mengangguk tidak jelas dan melewati Aeril yang masih sedikit terpaku mendengar ucapan Ray tadi.

"Ohh jadi bekelnya samaan nih?" Tanya Vero sambil tersenyum jahil sambil melirik bekal yang ada di meja kedua temannya ini.

Aeril menutup matanya malu karena saat itu juga Alina melirik Aeril dengan memicingkan matanya. Lalu beberapa detik kemudian ia memberanikan membuka matanya melihat Alina dengan sedikit tercengir.

"Parah lo, Ril. Gue gapernah lo bikinin bekel tapi Ray udah lo bikinin aja. Apa ini yang disebut sahabat?!" Cetus Alina sambil memanyunkan bibirnya kesal dan sedikit lebay.

"Eh!! Bukann!! Ini bikinan-" ucapan Aeril terhenti karena ia juga malu jika bilang Ray yang membuat bekal ini.

"Siapa? Ray?" Tanya Alina sambil melirik ke arah Ray yang masih sibuk makan bekalnya.

"Kayaknya sih iya beb." Jawab Vero yang hanya bisa melihat Ray memakan bekal seperti tidak mendengar apa-apa.

Sedangkan Aeril hanya diam sambil beberapa kali tersenyum kecil lalu hilang.

He is Cold or WarmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang