Bohong.

26 6 0
                                    

"makasih ya" ucap Aeril saat turun dari motor Putra.

Putra hanya menatap Aeril sambil tersenyum.

"Lo manis banget sih Ril!" Batin kak Putra.

"Put?? Kenapaa?" Tanya Aeril membuyarkan lamunan Putra.

"Eh ga-gaapapaa. Oiya tar pulsek ada ekskul yaa, harus dateng. Kalo gadateng..." Ucap Putra ngegantung membuat Aeril sedikit kepo.

"Kenapa kalo ga dateng?" Tanya Aeril.

"Lo jadi pacar gue!" Ucap Putra sambil nyengir kuda.

Aeril hanya terdiam, tersipu malu.

"Gombal uu.. yauda sans gue dateng" ucap Aeril.

"Ih gausa aja, biar jadi pacar gue" kekeh Putra membuat Aeril sedikit tertawa lalu berkata "NGAREP!" lalu Aeril berjalan meninggalkan Putra yang masih tertawa kecil di parkiran.

Aeril berjalan dengan senyuman yang terpampang di wajahnya. Rasanya ia senang sekali papanya kembali ke rumah. 2 orang yang ia sayangi akhirnya kembali. Meskipun 1 orangnya lagi harus ia lepas perlahan, yaitu Ray.

"Kenapa gue bisa suka sama Ray sih!??" Batin Aeril kesal sambil memukul kepalanya pelan sebelum akhirnya sebuah tangan memegang tangannya.

Aeril terbelalak melihat seseorang yang berdiri di hadapannya, yang dengan gampang memegang tangannya. Padahal sudah susah payah Aeril menahan untuk tidak berhubungan dengan orang itu. Aeril mencoba untuk melepaskan tangannya dari orang itu. Tetapi kekuatannya kalah. Kekuatan Aeril tidak ada apa-apanya.

Cowok itu sedikit menggelengkan kepalanya, sedikit mengkode bahwa ia tidak suka perilaku Aeril yang ingin melepaskan tangannya. Lalu membawa Aeril ke arah taman sekolah.

Seketika Aeril menjadi pusat perhatian anak-anak yang sedang berada di sekitar koridor. Tetapi Aeril tidak dapat menghindar. Ia hanya bisa mengikuti langkah orang di hadapannya saat ini.

Sampai akhirnya, mereka sampai di taman. Dimana belum seramai saat jam istirahat tiba.

"Ishh!! Lepasin Rayy!!" Cetus Aeril secara kasar dan mencoba untuk melepaskan tangannya dari Ray, yap! Orang yang sudah membawanya ke taman ini adalah Ray, Ray yang membuatnya menjadi pusat perhatian sedari tadi.

"Ril, masih marah sama gue?" Tanya Ray tanpa meregangkan tangannya di tangan Aeril. Wajahnya yang tampan, matanya yang tajam, rahangnya yang sedari tadi mengeras, menandakan dirinya serius.

"Rayy!! Pliss!! Guee gamau baperrr dengan tatapan loo!!" Batin Aeril sedikit menahan detak jantungnya.

"Ril?? Jawabb!" Tegas Ray. Kali ini wajahnya lebih serius dari yang tadi.

"Lepas Ray!" Balas Aeril.

"Ga!" Ucap Ray dengan cepat membuat Aeril sedikit kesal.

"Lepas!" Paksa Aeril yang mulai sedikit risih.

"Jawab dulu Ril, jawab!"

"Lepasin! Baru gue mau jawab!" Kata Aeril sambil menatap wajah Ray serius.

Dan perlahan, genggaman tangan Ray mulai sedikit meregang. Ada rasa sedikit sedih di hati Aeril. Melihat tangan itu sedikit demi sedikit melepas tangannya. Tapi Aeril mencoba untuk bersikap biasa aja.

"Ray, gue udah gamarah sama lo" ucap Aeril. Sebelumnya ia mencoba mengatur nafasnya lalu menghembuskan nya secara kasar. Tak lupa ia sedikit memberi senyuman tipis ke arah Ray.

Kali ini Ray merasa, senyuman itu senyuman yang selalu Aeril perlihatkan kepada semua orang. Tidak seperti kemarin-kemarin, Aeril selalu memberi senyuman yang beda kepada Ray.

He is Cold or WarmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang