09

1.5K 183 22
                                    

Maafkan typonya..
Dan selamat membaca.. 🤗🤗













Saint sama sekali tak beranjak dari tempatnya, ia terus menunggu Perth yang masih setia memejamkan matanya.
Ini sudah 2 hari sejak kejadian di mana Perth di siksa dan di perkosa secara brutal.

Mark dan Godt mencoba membujuk Saint agar dia mau istirahat, dan setidaknya makan meskipun hanya sedikit, namun tak ada jawaban sama sekali dari mulut Saint, Saint hanya diam menatap Perth dengan tangannya memegang tangan Perth, seolah tak ingin melepaskannya.

Saat Saint tertidur di samping Perth, tiba-tiba ada pergerakan di tangan Perth, perlahan Perth membuka matanya.
Dan Saint akhirnya juga terbangun dari tidurnya karena tiba-tiba saja Perth menarik tangannya dari genggaman Saint.
Perth terlihat ketakutan, ia bahkan mundur saat Saint mencoba untuk mendekatinya.

"Jangan..!! Jangan sentuh aku!! PERGIII..!!" teriak Perth nyaring.

"Perth.. Ini phi.. Jangan takut.. Phi tak akan menyakitimu.." bujuk Saint, namun ia tak lagi mendekat ke arah Perth.

Perth terus menggeleng dan mengusap seluruh tubuhnya dengan kasar, ia terus meraung dan menangis, dan itu membuat Saint semakin kalut.
Saint akhirnya meraih kedua lengan Perth, Perth terus saja meronta ingin melepaskan diri dari Saint.

"PERTH!!  Diam!! Lihat aku, jangan takut.. Phi akan melindungi mu, jangan seperti ini.. Phi mohon.." Saint mengguncang tubuh Perth, agar Perth mau menatap matanya.

"Phi... Phi.. P'Saint..!!?"

"Ya ini phi.. Jangan seperti ini.. Phi minta maaf.. Karena tak mendengarkan ucapan mu waktu itu.. Maaf.."

Perth terisak dalam pelukan Saint, Saint pun tak bisa lagi membendung air matanya, saat melihat orang yang ia cintai menjadi seperti ini.

"Phi... Jangan pergi lagi.. Ku mohon.."

"Phi tidak akan meninggalkanmu lagi.. Phi janji. Berhentilah menangis.. Semua akan baik-baik saja na.." Saint melepaskan pelukannya lalu menghapus air mata Perth.

Saint kini duduk di samping Perth dan memeluknya dari samping, membiarkan Perth bersandar pada dadanya.

"Jangan pergi lagi.." racau Perth, kemudian ia kembali terlelap dalam pelukan Saint.

Saint tak tau jika akan menjadi seperti ini, Perth benar-benar terpukul juga trauma dengan kejadian yang menimpanya. Tak terasa air matanya kembali menetes, Saint yang tak pernah menangisi seseorang kini terlihat sangat terluka saat melihat Perth menjadi kacau.
Luka di tubuhnya mungkin bisa sembuh, tapi tidak dengan luka pisikisnya.

Tak lama kemudian Mark datang dan melihat Perth yang tertidur dalam pelukan Saint, dengan tangannya yang mencengkram erat kemeja yang Saint kenakan.

"Apa sia sudah sadar?" tanya Mark sedikit berbisik. Dan di jawab Saint dengan anggukan.

"Sebaiknya jangan biarkan siapa pun masuk ke dalam sini, karena Perth masih tidak bisa di temui." jelas Saint pada Mark.

Mark hanya mengangguk, lalu ia meletakan makanan di atas meja dan keluar dari kamar itu.
Di luar kamar, ada beberapa orang bodyguard yang menjaga kamar itu.
Karena Mark yakin Plan akan kembali dan membawa Perth pergi dari rumah sakit.

Saint akhirnya memutuskan untuk pulang lebih dahulu, karena ada sesuatu yang harus ia kerjakan, juga dia harus mengambil beberapa pakaiannya juga pakaian milik Perth.
Saint mengatakan pada bodyguard yang bekerja di atas suruhan Mark, agar jangan sampai ada yang masuk ke dalam kamar Perth.

Sekitar pukul 11 malam, Plan benar-benar datang ke rumah sakit, ia sudah mengira jika akan ada beberapa orang yang akan menjaga Perth, namun bukan Plan jika dia tak bisa memanipulasi orang-orang itu.
Plan yang memakai kursi roda dengan Mean yang mendorongnga menghampiri orang-orang itu, dan mengatakan jika dia ingin bertemu dengan Perth.

Pain Of Love (Sonpin) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang