※ Sean POV ※
Karena malam ini aku sudah berjanji untuk mengajak Lana jalan-jalan, aku menuntaskan pekerjaanku secepat mungkin. Adzan maghrib aku tiba dirumah. Kupesan kedua asisten rumah tangga kami agar tidak memasak untuk makan malam karena otomatis nantinya kami berdua akan makan diluar.
Setibanya aku dikamar, bukan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri melainkan berjalan ke sisi pojok kamar yang sudah ada komputer khusus yang tersambung dengan cctv yang berada di kamar Lana. Aku ingin tahu sedang apa dia sekarang!
Kedua obsidianku menatap lurus pada layar didepan. Sudut bibirku sedikit tertarik, rupanya anak itu selesai mandi. Entah apa saja yang dilakukannya sedari tadi hingga sekarang baru selesai mandi. Kutatap terus pergerekannya disana, dari memilah pakaian dilemari, mengoleskan lotion pada hampir ke seluruh permukaan kulitnya hinggaㅡ saat dia melepaskan handuk yang melilit ditubuhnya.
Anak itu tidak bisa dikatakan memiliki tubuh yang cukup indah malah cenderung kecil tapi, entahlah aku sangat menyukainya diatas rata-rata wanita-wanita yang bahkan memiliki tubuh seksi diluar sana.
Kurang ajarlah aku melihat adikku sendiri yang tengah telanjang sedang memakai pakaian!
Baiklah, kurasa sudah cukup untuk melihatnya dari sini! Kini giliranku untuk membersihkan diri dan bersiap-siap!
Pukul 7 tepat aku memutuskan untuk keluar kamar. Berjalan kearah kanan dimana kamarnya berada. Terakhir kali kulihat anak itu tengah memainkan ponselnya diatas meja belajar.
"Dek?"
Pintu berwarna putih itu kuketuk sebanyak 3 kali dan tak lama sosoknya muncul hanya menunjukkan kepalanya saja. Sudah cantik rupanya, aku tersenyum.
"Udah siap kan? Ayo!"
"Kita mau kemana?", tanyanya lugu. Wajah polosnya salah satu cobaan terberat yang diberikan Tuhan padaku!
"Kayak yang Kakak bilang tadi. Ayo sini keluar!"
Anak itu terlihat sangat manis bila menjadi penurut seperti ini. Pintu terbuka lebih lebar menunjukkan wujudnya dengan jelas. Aku sempat tertegun, she's so damn pretty tonight!
Padahal hanya mengenakan kaos longgar berkerah berwarna abu-abu yang dibagian dadanya terdapat 3 kancing baju juga jeans berwarna denim. Sebagian rambutnya diikat keatas, juga poni yang mempermanis penampilannya.
"Kita berangkat sekarang.", kataku meraih genggaman tangannya.
"Ih Kak! Aku kan belom bawa tas! Belom pake sepatu!", protesnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙋𝙤𝙨𝙨𝙚𝙨𝙨𝙞𝙫𝙚 𝘽𝙧𝙤𝙩𝙝𝙚𝙧
Teen Fiction[LENGKAP] Awalnya setiap perhatian juga sentuhan yang Kakaknya berikan terhadap Ilana hanya dianggap hal yang lumrah oleh gadis itu. Sama halnya perlakuan Kakak pada seorang adik seperti kebanyakan, namun lambat laun pemikirannya yang semakin dewas...