[LENGKAP]
Awalnya setiap perhatian juga sentuhan yang Kakaknya berikan terhadap Ilana hanya dianggap hal yang lumrah oleh gadis itu. Sama halnya perlakuan Kakak pada seorang adik seperti kebanyakan, namun lambat laun pemikirannya yang semakin dewas...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
※ Author POV ※
Pintukamar itu terbuka. Menyuguhkan sosok Sean yang baru tiba dengan kantong plastik berwarna putih ukuran kecil. Isinya adalah obat serta vitamin yang tadi tertulis di resep obat yang dokter wanita itu berikan. Lana yang kala itu tengah berbaring dengan memainkan ponselnya pun menoleh kearah pintu.
Dengan ekspresi datar Sean mendekat lantas merampas ponsel itu dari tangan Lana. Tidak, Ia tidak melakukannya dengan kasar. Ia hanya ingin Lana istirahat dan berhenti bermain ponsel selama jatuh sakit.
Gadis itu hanya mengerang pasrah ketika benda canggih miliknya itu sudah masuk dan tersimpan di saku celana kakaknya.
"Kakak tadi bilang apa hmm?"
Lana hanya menatap Sean tanpa bermaksud untuk protes atau melawan. Ia sedikit mengerucutkan bibirnya.
"Istirahat, Ilana. Bukan main hape!"
"Hmm.", sahut Lana menggulirkan bola matanya kearah lain.
Sebungkus obat-obatan itu Sean letakkan diatas meja nakas. Ia sudah tidak ada selera untuk kembali ke kantor setelah melihat adiknya yang terbaring itu.
Sebentar lagi masuk jam makan siang, jadilah Sean keluar dari kamar lalu turun meminta Bibi Zaenab yang kebetulan Ia lihat pertama kali begitu sampai dapur untuk membuatkan makan siang untuknya juga untuk adiknya yang sedang sakit itu.
Sean sudah terlebih dahulu menyantap makan siangnya sesaat setelah berdebat dengan Lana perihal siapa yang makan duluan. Gadis itu ngotot agar Sean makan terlebih dahulu dan Ia berjanji akan mau makan setelahnya. Tapi, apa? Sampai hampir jam 2 dan makanan itu keburu dingin Lana tak kunjung membuka mulutnya.
Beragam bujukan sudah Sean tujukan agar Lana mau makan karena dengan itu Lana baru bisa minum obat. Kalau begini Sean jadi pusing sendiri.
"Aku mau teh madu, Kak.", pinta Lana yang duduk bersandar di kepala ranjang.
"Ya, nanti dibikinin sekarang makan dulu..."
Namun, gadis mungil itu menggeleng, "Ga mau. Tenggorokan aku sakit."
"Hhh ini bubur sayang, ga bakal bikin tenggorokan kamu seret. Ayo a' coba dulu sini..."
"Hmm ga mau...", tolak Lana untuk kesekian kalinya.
Mangkuk itu Sean letakkan di meja nakas, "Kalo kamu ga makan gimana minum obatnya? Hmm?"
Sebagai jawaban Lana hanya menatap Sean kemudian mengangkat bahu.